Kamis, 10 Juni 2010

Anak Khusus

Gangguan Belajar

DEFINISI
Gangguan belajar meliputi kemampuan untuk memperoleh, menyimpan, atau menggunakan keahlian khusus atau informasi secara luas, dihasilkan dari kekurangan perhatian, ingatan, atau pertimbangan dan mempengaruhi performa akademi.

Gangguan belajar sangat berbeda dari keterlambatan mental dan terjadi dengan normal atau bahkan fungsi intelektual tinggi. Gangguan belajar hanya mempengaruhi fungsi tertentu, sedangkan pada anak dengan keterlambatan mental, kesulitan mempengaruhi fungsi kognitif secara luas. Terdapat tiga jenis gangguan belajar : gangguan membaca, gangguan menuliskan ekspresi, dan gangguan matematik. Dengan demikian, seorang anak dengan gangguan belajar bisa mengalami kesulitan memahami dan mempelajari matematika yang signifikan, tetapi tidak memiliki kesulitan untuk membaca, menulis, dan melakukan dengan baik pada subjek yang lain. Diseleksia adalah gangguan belajar yang paling dikenal. Gangguan belajar tidak termasuk masalah belajar yang disebabkan terutama masalah penglihatan, pendengaran, koordinasi, atau gangguan emosional.

PENYEBAB
Meskipun penyebab gangguan belajar tidak sepenuhnya dimengerti. Mereka termasuk kelainan pada proses dasar yang berhubungan dalam memahami atau menggunakan ucapan atau penulisan bahasa atau numerik dan pertimbangan ruang.

Diperkirakan 3 sampai 15% anak bersekolah di Amerika Serikat memerlukan pelayanan pendidikan khusus untuk menggantikan gangguan belajar. Anak laki-laki dengan gangguan belajar bisa melebihi anak gadis lima banding satu, meskipun anak perempuan seringkali tidak dikenali atau terdiagnosa mengalami gangguan belajar.

Kebanyakan anak dengan masalah tingkah laku tampak kurang baik di sekolah dan diperiksa dengan psikologis pendidikan untuk gangguan belajar. Meskipun begitu, beberapa anak dengan jenis gangguan belajar tertentu menyembunyikan gangguan mereka dengan baik, menghindari diagnosa, dan oleh karena itu pengobatan, perlu waktu yang lama.

GEJALA
Anak kecil kemungkinan lambat untuk mempelajari nama-nama warna atau huruf, untuk menyebutkan kata-kata untuk objek yang dikenal, untuk menghitung, dan untuk kemajuan pada awal keahlian belajar lain. Belajar untuk membaca dan menulis kemungkinan tertunda. Gejala-gejala lain dapat berupa perhatian dengan jangka waktu yang pendek dan kemampuan yang kacau, berhenti bicara, dan ingatan dengan jangka waktu yang pendek. Anak tersebut bisa mengalami kesulitan dengan aktifitas yang membutuhkan koordinasi motor yang baik, seperti mencetak dan mengkopi.

Anak dengan gangguan belajar bisa mengalami kesulitan komunikasi. Beberapa anak mulanya menjadi frustasi dan kemudian mengalami masalah tingkah laku, seperti menjadi mudah kacau, hiperaktif, menarik diri, malu, atau agresif.

DIAGNOSA
Anak yang tidak membaca atau belajar pada tingkatan yang diharapkan untuk kemampuan verbal atau kecerdasan harus dievaluasi. Pemeriksaan pendengaran dan penglihatan harus dijalankan, karena masalah pikiran sehat ini bisa juga berhubungan dengan keahlian membaca dan menulis.

Dokter meneliti anak tersebut untuk berbagai gangguan fisik. Anak tersebut melakukan rangkaian tes kecerdasan, baik verbal maupun non verbal, dan tes akademik pada membaca, menulis, dan keahlian aritmatik.

PENGOBATAN
Pengobatan yang paling berguna untuk gangguan belajar adalah pendidikan yang secara hati-hati disesuaikan dengan individu anak. Cara seperti membatasi makanan aditif, menggunakan vitamin dalam jumlah besar, dan menganalisa sistem anak untuk trace mineral seringkali dicoba tetapi tidak terbukti. Tidak ada obat-obatan yang cukup efektif pada pencapaian akademis, intelegensi, dan kemampuan pembelajaran umum. Karena beberapa anak dengan gangguan belajar juga mengalami ADHD, obat-obatan tertentu, seperti methylphenidate, bisa meningkatkan perhatian dan konsentrasi, meningkatkan kemampuan anak untuk belajar.
http://medicastore.com/penyakit/3187/Gangguan__Belajar.html

DEFINISI GANGGUAN BELAJAR lLearning Disorders= LD (Diagnostic & Statistical Manual of Mental Disorders [DSM-IVJ): (2∞4)

Diagnosis gangguan belajar ditegakkan bila hasil yang dicapai di bidang membaca, maternatik, atau menulis di bawah hasil yang semestinya dapat dicapai sesuai dengan tingkat usia, akademik dan inteligensinya.

Problem belajar sangat erat kaitannya dengan pencapaian hasil akademik dan aktivitas sehari-hari.

Di AS: 5% murid di sekolah umum mengalami LD. Hampir 40% nya mengalarni putus sekolah (1,5 X populasi umurn). Orang dewasa dengan LD biasanya mengalami kesulitan dalam pekerjaan dan adaptasi sosialnya. Orang dengan LD mempunyai proses kognitif yg abnormal: kelainan di bidang persepsi visual, bicara, atensi, dan daya ingat.

Jenis jenis Kesulitan Belajar ( LD ):

• Gangguan membaca (Disleksia)
• Gangguan matematik (Diskalkulia)
• Gangguan menulis ekspresif (Spelling Dyslexia, Spelling Disorder)
• Gangguan belajar lainnya / tidak spesifik

Gangguan Membaca (Disleksia):

Adalah ketrampilan membaca yang berada di bawah tingkatan usia, pendidikan dan inteligensi anak.
Ciri khasnya: gagal dalam mengenali kata-kata, lambat & tidak teliti bila membaca, pemahaman yang buruk.
4% dari anak usia sekolah di AS
Anak laki-laki 3-4 kali > anak perempuan
Gangguan. emosi & perilaku yang sering menyertai: - ADHD, Conduct disorder, & depresi (remaja)


Gangguan Matematik (diskalkulia)

Adalah ketrampilan matematik yang berada di bawah tingkatan usia, pendidikan dan inteligensi anak
Ciri khasnya adalah kegagalan dalam ketrampilan :

• linguistik (memahami istilah matematika, mengubah soal tulisan ke simbol matematika),
• perseptual (kemampuan untuk memahami simbol dan mengurutkan kelompok angka)
• matematik (+/-/x/: dan cara mengoperasikannya)
• atensional (mengkopi bentuk dengan benar, mengoperasikan simbol dengan benar)
• Prevalensi ± 5% anak usia sekolah
• Anak perempuan > anak laki-laki
• Biasanya disertai gangguan belajar yang lain
• Kebanyakan terdeteksi ketika berada di kelas 2 dan 3 SD (6-8 th)

Gangguan Menulis Ekspresif (Spelling Dyslexia, Spelling Disorder)

Adalah ketrampilan menulis yang berada di bawah tingkatan usia, pendidikan dan inteligensi anak
Banyak, ditemukan kesalahan dalam menulis dan penarnpilan tulisan yang buruk (cakar ayam)
Biasanya sudah tampak sejak kelas 1 5D
Rasa frustrasi, marah oleh karena kegagalan dalam prestasi akademik menyebabkan munculnya gangguan depresi yang kronis






Bagaimana Penatalaksanaan yang Komprehensif dan Terpadu Itu ? (2-3,4)

Anak merupakan bagian dari keluarga, ia hidup dalam keluarga. Ia tidak berdiri sendiri, ia mempunyai keterkaitan yang erat dengan semua anggota keluarga, berikut semua permasalahan yang ada. Oleh karenanya setiap permasalahan pada anak merupakan suatu tanda adanya bentuk 'permasalahan' lain dalam keluarga itu, yang mungkin belum muncul ke permukaan, sehingga sering orang tua tidak menyadari hal ini. Oleh karenanya untuk menanggulangi masalah ini diperlukan suatu pendekatan tim, yang terdiri dari tenaga medis (dokter anak, psikiater anak, dokter rehabilitasi medik), tenaga psikolog dan tenaga pendidik/remedial, ahli terapi wicara, okupasi, fisioterapis, petugas sosial.

Tergantung dari permasalahan yang muncul, maka suatu kombinasi dari cara-cara pengobatan di bawah ini perlu dipertimbangkan:

Farmakoterapi:
disesuaikan dengan kondisi gangguan yang ada

• Stimulan: methylphenidate
• Neuroleptika: misalnya Haloperidol, Risperidone.
• Anti depresan: golongan Trisiklik anti depresan, SSRI (mis.Fluvoxamine, Fluoxetine, Sertraline), RIMA (Moclobomide).
• Anti anxietas: misalnya buspirone, hydroxyzine dihydrochloride.

Psikoterapi :
termasuk terapi individual, terapi keluarga, terapi kelompok.

Terapi lainnya :
termasuk terapi edukasi khusus, wicara, perilaku, okupasi & fisioterapi.


Kesimpulan

Gangguan belajar pada anak merupakan suatu gangguan yang sangat kompleks baik penyebab maupun penanganannya. Untuk ini diperlukan satu tim terpadu, yang terdiri dari tenaga medis (dokter anak, psikiater anak, dokter rehabilitasi medik), psikolog, terapis wicara, terapis okupasi, fisioterapis dan tenaga pendidik/remedial yang dapat mengatasi permasalahan gangguan belajar ini secara komprehensif dan terpadu.

http://www.kesulitanbelajar.org/index.php?option=com_content&task=view&id=15&Itemid=2

Gangguan Belajar
Gangguan belajar adalah defisiensi pada kemampuan belajar sepesifik dalam konteks

Tipe-tipe Gangguan Belajar
- Gangguan Matematika
Gangguan Metematika menggambarkan anak-anak dengan kekurangan kemampuan aritmatika.
- Gangguan Menulis
Gangguan Menulis mengacu pada anak-anak dengan keterbatasan kemampaun menulis
- Gangguan Membaca ( disleksia )
Gangguan Membaca –disleksia- mengacu pada anak-anak yang memiliki perkembangan ketrampilan yang buruk dalam mengenali kata-kata dan memahami bacaan.
Perspektif Teoritis

Penyebab gangguan belajar cenderung terfokus pada masalah-masalah kognitif-perseptual dan kemungkinan faktor-faktor neorologis yang mendasarinya. Banyak anak dengan gangguan belajar memiliki masalah dengan persepsi visual dan auditori.

Intervensi gangguan belajar
Intervensi-intervensi untuk gangguan belajar umumnya menggunakan perspektif berikut (Lyon & Moats,1988)
1. Model Psikoedukasi
Menekankan pada kekuatan-kekuatan dan preferensi-preferensi anak daripada usaha untuk mengoreksi definisi yuang diduga mendasarinya.
2. Model Behavioral
Mengasumsikan bahwa belajar akademik dibangun diatas hierarki ketrampilan-ketrampilan dasar, atau “perilaku yang memampukan (enabling behaviours).”
3. Model Medis
Mengasumsikan bahwa gangguan belajar merupakan simtom-simtom dari defisiensi dalam pengolahan kognitif yang memiliki dasar biologis.
4. Model neuropsikologi
Berasal dari model psikoedukasi dan medis, diasumsikan bahwa gangguan belajar merefleksikan deficit dalam pengolahan informasi yang memiliki dasar biologis (model medis).
5. Model lingguistik
Berfokus pada defisiensi dasar dalam bahasa anak, seperti kegagalan untuk mengenali bagaimana suara-suara dan kata-kata saling dikaitkan untuk menciptakan arti, yang akan menimbulkan masalah dalam membaca, mengeja, dan menemukan kata-kata untuk mengekspresikan diri mereka.
6. Model kognitif
Berfokus pada bagaimana anak-anak mengatur pemikiran-pemikiran mereka ketika mereka balajar materi-materi akademik.
http://www.masbow.com/2009/11/gangguan-belajar.html
MENGENAL GANGGUAN BELAJAR
DISKALKULIA & DISGRAFIA
DISKALKULIA
Menurut Jacinta F. Rini, M.Psi, dari Harmawan Consulting, Jakarta, diskalkulia dikenal juga dengan istilah "math difficulty" karena menyangkut gangguan pada kemampuan kalkulasi secara matematis. Kesulitan ini dapat ditinjau secara kuantitatif yang terbagi menjadi bentuk kesulitan berhitung (counting) dan mengkalkulasi (calculating). Anak yang bersangkutan akan menunjukkan kesulitan dalam memahami proses-proses matematis. Hal ini biasanya ditandai dengan munculnya kesulitan belajar dan mengerjakan tugas yang melibatkan angka ataupun simbol matematis.
CIRI-CIRI
Inilah beberapa hal yang bisa dijadikan pegangan:
1. Tingkat perkembangan bahasa dan kemampuan lainnya normal, malah seringkali mempunyai memori visual yang baik dalam merekam kata-kata tertulis.
2. Sulit melakukan hitungan matematis. Contoh sehari-harinya, ia sulit menghitung transaksi (belanja), termasuk menghitung kembalian uang. Seringkali anak tersebut jadi takut memegang uang, menghindari transaksi, atau apa pun kegiatan yang harus melibatkan uang.
3. Sulit melakukan proses-proses matematis, seperti menjumlah, mengurangi, membagi, mengali, dan sulit memahami konsep hitungan angka atau urutan.
4. Terkadang mengalami disorientasi, seperti disorientasi waktu dan arah. Si anak biasanya bingung saat ditanya jam berapa sekarang. Ia juga tidak mampu membaca dan memahami peta atau petunjuk arah.
5. Mengalami hambatan dalam menggunakan konsep abstrak tentang waktu. Misalnya, ia bingung dalam mengurut kejadian masa lalu atau masa mendatang.
6. Sering melakukan kesalahan ketika melakukan perhitungan angka-angka, seperti proses substitusi, mengulang terbalik, dan mengisi deret hitung serta deret ukur.
7. Mengalami hambatan dalam mempelajari musik, terutama karena sulit memahami notasi, urutan nada, dan sebagainya.
8. Bisa juga mengalami kesulitan dalam aktivitas olahraga karena bingung mengikuti aturan main yang berhubungan sistem skor.

FAKTOR PENYEBAB
Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi gangguan ini, di antaranya:
1. Kelemahan pada proses penglihatan atau visual
Anak yang memiliki kelemahan ini kemungkinan besar akan mengalami diskalkulia. Ia juga berpotensi mengalami gangguan dalam mengeja dan menulis dengan tangan.
2. Bermasalah dalam hal mengurut informasi
Seorang anak yang mengalami kesulitan dalam mengurutkan dan mengorganisasikan informasi secara detail, umumnya juga akan sulit mengingat sebuah fakta, konsep ataupun formula untuk menyelesaikan kalkulasi matematis. Jika problem ini yang menjadi penyebabnya, maka anak cenderung mengalami hambatan pada aspek kemampuan lainnya, seperti membaca kode-kode dan mengeja, serta apa pun yang membutuhkan kemampuan mengingat kembali hal-hal detail.
3. Fobia matematika
Anak yang pernah mengalami trauma dengan pelajaran matematika bisa kehilangan rasa percaya dirinya. Jika hal ini tidak diatasi segera, ia akan mengalami kesulitan dengan semua hal yang mengandung unsur hitungan.
CARA PENANGGULANGAN
Diagnosa diskalkulia harus dilakukan oleh spesialis yang berkompeten di bidangnya berdasarkan serangkaian tes dan observasi yang valid dan terpercaya. Bentuk terapi atau treatment yang akan diberikan pun harus berdasarkan evaluasi terhadap kemampuan dan tingkat hambatan anak secara detail dan menyeluruh.
Bagaimanapun, kesulitan ini besar kemungkinan terkait dengan kesulitan dalam aspek-aspek lainnya, seperti disleksia. Perbedaan derajat hambatan akan membedakan tingkat treatment dan strategi yang diterapkan. Selain penanganan yang dilakukan ahli, orang tua pun disarankan melakukan beberapa latihan yang dapat mengurangi gangguan belajar, yaitu:
1. Cobalah memvisualisasikan konsep matematis yang sulit dimengerti, dengan menggunakan gambar ataupun cara lain untuk menjembatani langkah-langkah

atau urutan dari proses keseluruhannya.
2. Bisa juga dengan menyuarakan konsep matematis yang sulit dimengerti dan minta si anak mendengarkan secara cermat. Biasanya anak diskalkulia tidak mengalami kesulitan dalam memahami konsep secara verbal.
3. Tuangkan konsep matematis ataupun angka-angka secara tertulis di atas kertas agar anak mudah melihatnya dan tidak sekadar abstrak. Atau kalau perlu, tuliskan urutan angka-angka itu untuk membantu anak memahami konsep setiap angka sesuai dengan urutannya.
4. Tuangkan konsep-konsep matematis dalam praktek serta aktivitas sederhana sehari-hari. Misalnya, berapa sepatu yang harus dipakainya jika bepergian, berapa potong pakaian seragam sekolahnya dalam seminggu, berapa jumlah kursi makan yang diperlukan jika disesuaikan dengan anggota keluarga yang ada, dan sebagainya.
5. Sering-seringlah mendorong anak melatih ingatan secara kreatif, entah dengan cara menyanyikan angka-angka, atau cara lain yang mempermudah menampilkan ingatannya tentang angka.
6. Pujilah setiap keberhasilan, kemajuan atau bahkan usaha yang dilakukan oleh anak.
7. Lakukan proses asosiasi antara konsep yang sedang diajarkan dengan kehidupan nyata sehari-hari, sehingga anak mudah memahaminya.
8. Harus ada kerja sama terpadu antara guru dan orang tua untuk menentukan strategi belajar di kelas, memonitor perkembangan dan kesulitan anak, serta melakukan tindakan-tindakan yang perlu untuk memfasilitasi kemajuan anak. Misalnya, guru memberi saran tertentu pada orang tua dalam menentukan tugas di rumah, buku-buku bacaan, serta latihan yang disarankan.
DISGRAFIA
Kelainan neurologis ini menghambat kemampuan menulis yang meliputi hambatan secara fisik, seperti tidak dapat memegang pensil dengan mantap ataupun tulisan tangannya buruk. Anak dengan gangguan disgrafia sebetulnya mengalami kesulitan dalam mengharmonisasikan ingatan dengan penguasaan gerak ototnya secara otomatis saat menulis huruf dan angka.
Kesulitan dalam menulis biasanya menjadi problem utama dalam rangkaian gangguan belajar, terutama pada anak yang berada di tingkat SD. Kesulitan dalam menulis seringkali juga disalahpersepsikan sebagai kebodohan oleh orang tua dan guru. Akibatnya, anak yang bersangkutan frustrasi karena pada dasarnya ia ingin sekali mengekspresikan dan mentransfer pikiran dan pengetahuan yang sudah didapat ke dalam bentuk tulisan. Hanya saja ia memiliki hambatan.
Sebagai langkah awal dalam menghadapinya, orang tua harus paham bahwa disgrafia bukan disebabkan tingkat intelegensi yang rendah, kemalasan, asal-asalan menulis, dan tidak mau belajar. Gangguan ini juga bukan akibat kurangnya perhatian orang tua dan guru terhadap si anak, ataupun keterlambatan proses visual motoriknya.


CIRI-CIRI
Ada beberapa ciri khusus anak dengan gangguan ini. Di antaranya adalah:
1. Terdapat ketidakkonsistenan bentuk huruf dalam tulisannya.
2. Saat menulis, penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur.
3. Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisannya tidak proporsional.
4. Anak tampak harus berusaha keras saat mengkomunikasikan suatu ide, pengetahuan, atau pemahamannya lewat tulisan.
5. Sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap. Caranya memegang alat tulis seringkali terlalu dekat bahkan hampir menempel dengan kertas.
6. Berbicara pada diri sendiri ketika sedang menulis, atau malah terlalu memperhatikan tangan yang dipakai untuk menulis.
7. Cara menulis tidak konsisten, tidak mengikuti alur garis yang tepat dan proporsional.
8. Tetap mengalami kesulitan meskipun hanya diminta menyalin contoh tulisan yang sudah ada.

MEMBANTU ANAK DISGRAFIA
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu anak dengan gangguan ini. Di antaranya:
1. Pahami keadaan anak
Sebaiknya pihak orang tua, guru, atau pendamping memahami kesulitan dan keterbatasan yang dimiliki anak disgrafia. Berusahalah untuk tidak membandingkan anak seperti itu dengan anak-anak lainnya. Sikap itu hanya akan membuat kedua belah pihak, baik orang tua/guru maupun anak merasa frustrasi dan stres. Jika memungkinkan, berikan tugas-tugas menulis yang singkat saja. Atau bisa juga orang tua
meminta kebijakan dari pihak sekolah untuk memberikan tes kepada anak dengan gangguan ini secara lisan, bukan tulisan.
2. Menyajikan tulisan cetak
Berikan kesempatan dan kemungkinan kepada anak disgrafia untuk belajar menuangkan ide dan konsepnya dengan menggunakan komputer atau mesin tik. Ajari dia untuk menggunakan alat-alat agar dapat mengatasi hambatannya. Dengan menggunakan komputer, anak bisa memanfaatkan sarana korektor ejaan agar ia mengetahui kesalahannya.
3. Membangun rasa percaya diri anak
Berikan pujian wajar pada setiap usaha yang dilakukan anak. Jangan sekali-kali menyepelekan atau melecehkan karena hal itu akan membuatnya merasa rendah diri dan frustrasi. Kesabaran orang tua dan guru akan membuat anak tenang dan sabar terhadap dirinya dan terhadap usaha yang sedang dilakukannya.
4. Latih anak untuk terus menulis
Libatkan anak secara bertahap, pilih strategi yang sesuai dengan tingkat kesulitannya untuk mengerjakan tugas menulis. Berikan tugas yang menarik dan memang diminatinya, seperti menulis surat untuk teman, menulis pada selembar kartu pos, menulis pesan untuk orang tua, dan sebagainya. Hal ini akan meningkatkan kemampuan menulis anak disgrafia dan membantunya menuangkan konsep abstrak tentang huruf dan kata dalam bentuk tulisan konkret.
http://www.tabloid-nakita.com/Panduan/panduan05233-02.htm

Gangguan belajar “disleksia”

Disleksia
Disleksia adalah gangguan belajar yang dialami anak dalam hal membaca dan menulis. Anak dengan disleksia melihat tulisan seolah campur aduk, sehingga sulit dibaca dan sulit diingat. Mungkin, kalimat seperti, “Liburan sekolah tahun lalu Andi ikut ayah ke kampung halamannya” akan terlihat oleh anak-anak ini: “Liran sekah tan llu ndi it Aah ke kaung halanya” atau “LiburansekolahtahunlaluAndiikutayahkekampunghalamannya”.

Wah, apa sebenarnya yang terjadi dalam cara kerja otak mereka? Apakah mereka bodoh? Ternyata, mereka bukan mengalami keterlambatan intelektual. Ilmuwan jenius Albert Einstein konon pernah mengalami hal ini, begitu pun aktor ganteng Tom Cruise! Gangguannya memang terjadi di otak ketika pesan yang dikirim tercampur aduk, sehingga sulit dipahami. Anak dengan gangguan ini sering frustrasi dan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah.

Anak dengan disleksia umumnya memulai masa sekolah dengan baik-baik saja. Masalah baru muncul ketika tugas membaca semakin banyak di tingkat kelas yang lebih tinggi. Umumnya guru akan mengatakan anak-anak ini sebenarnya cerdas, tapi sulit sekali membaca.

Bila anak mengalami gangguan belajar semacam ini, segera periksakan ke psikolog atau psikiater, sehingga bisa ditentukan penanganannya. Terapis akan membantu anak membuat aktivitas membaca jadi lebih mudah. Anak akan diajari cara baru untuk mengingat bunyi huruf seperti ‘p’ dan ‘b’ yang hampir mirip bunyinya. Anak juga akan diajari merapatkan kedua bibir untuk menghasilkan bunyi tersebut. Cara-cara seperti ini akan membantu anak membaca lebih mudah.

Sekarang ini bahkan sudah ada program komputer yang membantu anak untuk belajar tentang bunyi suatu huruf. Sementara itu, di sekolah anak-anak ini boleh menggunakan alat perekam untuk merekam penjelasan guru daripada mencatat. Di rumah, anak-anak ini butuh waktu ekstra untuk mengerjakan PR dan butuh pendamping untuk membantu kesulitan yang mereka temui.
http://www.parenting.co.id/article/article_detail.asp?catid=2&id=150

Memahami Gangguan Belajar pada Anak Sekolah Dasar
Proses belajar anak usia Sekolah Dasar merupakan kondisi yang sangat penting sebagai landasan pendidikan anak. Namun demikian, kondisi belajar tersebut terkadang mengalami gangguan yang tentu saja dapat mempengaruhi proses belajar anak. Gangguan belajar terutama pada anak Sekolah Dasar merupakan suatu gejala, yang bisa menjadi bagian dari suatu gangguan tertentu, namun dapat pula sebagai kondisi tersendiri.

Gangguan belajar bisa merupakan salah satu gejala dari gangguan jiwa, seperti retardasi mental, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif, gangguan autisme atau gangguan cemas pada anak. Sedangkan gangguan belajar yang berdiri sendiri, bisa dalam bentuk gangguan membaca (disleksia), gangguan menulis (disgrafia) atau gangguan berhitung (diskalkulia).

Gangguan Membaca (Disleksia)
Gangguan membaca merupakan suatu diagnosis yang ditandai oleh adanya kesulitan berat dalam kemampuan membaca (mengerti bahan bacaan). Kesulitan ini tidak sesuai dengan yang dialami anak lain seusianya dan tidak sesuai dengan kemampuan kognitifnya. Gangguan membaca ini juga tidak berhubungan dengan adanya gangguan perkembangan fisik, motivasi yang kurang, pendidikan yang kurang adekuat, masalah sosial ekonomi dan gangguan pada sistem sensorik (penglihatan dan pendengaran).

Gangguan berhitung (diskalkulia)
Gangguan berhitung atau gangguan matematik merupakan kesulitan dalam kemampuan aritmatik; termasuk berhitung dan menyelesaikan soal-soal aritmatik. Kesulitan ini tidak sesuai dengan kemampuan anak seusianya, tingkat kecerdasan dan pendidikan yang dijalaninya. Selain itu, kesulitan ini juga tidak disertai dengan adanya gangguan penglihatan, pendengaran, fisik atau emosi. Juga tidak berhubungan dengan lingkungan, kultur atau ketidakmampuan ekonomi.

Gangguan Menulis (Disgrafia)
Gangguan menulis merupakan gangguan pada kemampuan menulis anak yaitu kemampuan di bawah rata-rata anak seusianya. Gangguan ini tidak sesuai dengan tingkat kecerdasan dan pendidikan yang telah dijalaninya. Hal tersebut menimbulkan masalah pada akademik anak dan berbagai area kehidupan anak. Menulis merupakan proses penyelesaian masalah (problem solving); yang melibatkan kemampuan penulis dalam menghasilkan bahasa yang dapat dimengerti serta merefleksikan kemampuan dan opini penulis tentang suatu topik.

Deteksi Dini Gangguan Belajar pada Anak
Gangguan belajar pada anak penting untuk dideteksi sejak dini. Hal ini karena gangguan belajar dapat mempengaruhi perasaan dan perilaku anak. Perilaku anak dengan gangguan belajar dapat diamati saat di kelas. Anak biasanya tidak dapat duduk tenang di tempatnya, lambat menyelesaikan tugas atau bahkan tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan. Hal ini sebetulnya merupakan bentuk penghindaran dari mengerjakan tugas yang dirasanya sulit.
Perkembangan anak sejak kecil juga bisa merupakan pertanda kemungkinan terjadinya gangguan belajar pada usia sekolah dasar. Anak dengan keterlambatan bicara (belum bisa mengucapkan kalimat sederhana di usia 2 tahun), bisa merupakan faktor prediksi terjadinya gangguan belajar. Gangguan koordinasi motorik, terutama pada usia menjelang taman kanak-kanak, juga bisa menjadi faktor prediksi terjadinya gangguan belajar.

Jika orang tua atau guru melihat tanda-tanda adanya gangguan belajar pada anak, perlu segera dikonsultasikan kepada dokter. Pertama kali dilakukan pemeriksaan ada atau tidaknya gangguan pada penglihatan dan pendengaran. Karena seringkali gangguan pada penglihatan dan pendengaran juga dapat mengganggu kemampuan belajar anak. Pemeriksaan psikologis seperti tingkat kecerdasan (tes IQ), juga perlu dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya tingkat kecerdasan yang kurang, seperti pada retardasi mental. Selain itu, diperiksa juga kemungkinan adanya gangguan jiwa lain seperti autisme, gangguan pemusatan perhatian dan perilaku, atau gangguan kecemasan.

Cara Membantu Anak Mengatasi Gangguan Belajar, Tips Bagi Orang Tua
Anak yang mengalami gangguan belajar sering kali akan menunjukkan gangguan perilaku. Hal ini bisa berdampak pada hubungan pasien dengan orang-orang di sekitarnya (keluarga, guru dan teman-teman sebaya). Untuk itu anak perlu didampingi untuk menghadapi situasi ini.

Orang tua merupakan guru yang pertama dan terdekat dengan anak. Dengan demikian, peran orang tua sangat penting untuk mengenali permasalahan apa yang dialami anak. Selain itu, penting juga untuk menemukan kekuatan atau kemampuan yang dimiliki anak. Hal ini akan membantu orang tua mendukung anak mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri anak.

Tugas anak adalah bermain, maka proses belajar pun sebaiknya menjadi proses yang menyenangkan untuk anak. Apalagi pada anak dengan gangguan belajar, penting untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan tidak membebani anak. Kenali hal apa yang membuat anak merasa senang. Misalnya, jika anak tersebut menyukai lagu tertentu, ajak anak itu belajar sambil memutarkan lagu tersebut. Ijinkan anak membawa mainan kesayangannya saat belajar. Jika anak senang dengan suatu obyek tertentu, misalnya kereta api, sertakan bentuk kereta api dalam pelajaran. Sebagai contoh, anak dengan gangguan berhitung, saat belajar berhitung dapat digunakan gambar kereta api yang dia senangi.

Anak dengan gangguan belajar juga bisa mengalami perasaan rendah diri karena ketidakmampuannya atau karena sering diejek oleh teman-temannya. Untuk itu, penting bagi orang tua memberikan pujian jika ia berhasil melakukan suatu pencapaian. Misalnya, bila suatu kali anak berhasil mendapat nilai yang cukup baik atau mengerjakan tugas dengan benar, maka orang tua hendaknya memberi pujian pada anak. Hal ini akan memotivasi anak untuk berbuat lebih baik, meningkatkan rasa percaya diri dan membantu anak merasa nyaman dengan dirinya.

Keterlibatan pihak sekolah juga perlu diperhatikan karena sebagian besar waktu belajar anak ada di sekolah. Diskusikan dengan guru kelas mengenai kesulitan dan kemampuan anak dalam belajar. Posisi tempat duduk anak di kelas juga bisa membantu anak untuk lebih berkonsentrasi dalam belajar. Akan lebih baik jika anak duduk di depan kelas sehingga perhatiannya tidak teralih ke anak-anak lain atau ke jendela kelas.

Masalah gangguan belajar penting sekali dipahami oleh orang tua dan guru sehingga dapat mendukung dan membantu anak dalam belajar. Jika ditangani dengan tidak benar maka hanya akan menambah permasalahan pada anak. Deteksi dan konsultasi dini pada anak yang diduga mengalami gangguan belajar menjadi faktor penting sehingga anak dapat segera ditangani dengan tepat. Kerja sama antara orang tua, guru dan profesional kesehatan jiwa (psikiater dan psikolog) diperlukan untuk membantu anak menghadapi permasalahan gangguan belajar tersebut.
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=3&dn=20070119230849

Apakah anda Dysgraphia ..?
Dysgraphia (atau agraphia) adalah sebuah kekurangan dalam kemampuan untuk menulis, terlepas dari kemampuan untuk membaca, bukan karena kerusakan intelektual.
Orang dengan dysgraphia biasanya dapat menulis pada tingkat tertentu, dan sering kurang dalam hal keterampilan motorik halus dan dapat menjadi lintasan yang dominan, menemukan tugas- tugas seperti kesulitan mengikat tali sepatu. Ini sering tidak mempengaruhi semua keterampilan motorik halus. Mereka dapat juga kurang dalam tata bahasa dan kemampuan dalam ejaan dasar (misalnya, mengalami kesulitan dengan huruf p, q, b, dan d), dan seringkali akan menulis kata yang salah ketika mencoba untuk merumuskan pikiran (di atas kertas). Pada masa kanak- kanak, kelainan ini umumnya muncul saat anak pertama kali diperkenalkan untuk menulis. Anak mungkin membuat ukuran dan spasi tulisan yang tidak tepat, atau menulis kata- kata yang salah atau salah ejaan menyeluruh meskipun mengikuti instruksi dengan seksama. Anak- anak dengan kelainan lain mungkin memiliki ketidakmampuan belajar, tetapi mereka biasanya tidak memiliki masalah- masalah sosial atau akademis lainnya. Kasus dysgraphia pada orang dewasa umumnya terjadi karena adanya trauma neurologis. Dysgraphia juga dapat didiagnosis pada orang dengan sindrom Tourette, ADHD atau spektrum kelainan pada autisme seperti sindrom Asperger. DSM IV mengidentifikasi dysgraphia sebagai “Gangguan ekspresi menulis” sebagai “keterampilan menulis (yang) … yang substansial di bawah ini yang diharapkan orang diberikan … usia, diukur kecerdasan, dan pendidikan yang sesuai dengan usia.”
Jenis dysgraphia
Ada tiga jenis dysgraphia yang diakui. Beberapa anak mungkin memiliki kombinasi dari dua atau ketiga, dan gejala- gejala individu dapat berbeda dalam presentasi dari apa yang digambarkan di sini.
a. Penderita Dyslexia- Dysgraphia
Dengan menderita disleksia dysgraphia, secara spontan pekerjaan bersifat tulisan tak terbaca, bekerja cukup baik, dan ejaannya yang buruk. Kecepatan memainkan jari (metode untuk mengidentifikasi masalah- masalah motorik halus) normal, mengindikasikan defisit yang ada tidak mungkin berasal dari kerusakan cerebellar. Seorang penderita dysgraphic- disleksia tidak selalu memiliki disleksia. Disleksia dan dysgraphia tampaknya tidak berhubungan tetapi sering ditemukan bersama- sama.
b. Dysgraphia Motorik
Dysgraphia motorik disebabkan oleh kekurangan kemampuan motorik halus, rendahnya keterampilan, rendahnya gerakan otot, atau tidak ditentukan sebagai gerakan kekikukan motorik. Dysgraphia motorik dapat menjadi bagian dari masalah yang lebih besar dari apraxia motorik. Umumnya, tulisan tidak akan terbaca, bahkan jika dibuat tiruan memakai dokumen lain. Bentuk tulisan mungkin diterima dalam contoh singkat dalam menulis, tetapi hal ini membutuhkan upaya yang ekstrim dan dalam jumlah waktu yang tidak masuk akal untuk dikerjakan, dan tidak terus- menerus untuk jangka waktu yang signifikan. Menulis perjalanan yang panjang sangat menyakitkan dan tidak dapat dimungkinkan. Bentuk dan ukuran huruf menjadi semakin tidak konsisten dan tidak terbaca. Tulisan sering miring karena salah memegang pena atau pensil. Keterampilan ejaan tidak terganggu. Memainkan jari hasilnya di bawah normal.
c. Spatial dysgraphia
Penderita dysgraphia karena cacat atau tidak mampu dalam memahami ruang telah terbaca secara spontan dalam pekerjaan menulis, tetapi ejaan dan kecepatan masih dalam batas normal.


Gejala dysgraphia
Sebuah bentuk campuran huruf besar / kecil huruf, ukuran dan bentuk huruf tidak beraturan, huruf- huruf yang belum selesai, susah payah menggunakan tulisan sebagai alat komunikasi, keganjilan tulisan, banyak kesalahan ejaan (kadang- kadang), rasa sakit saat menulis, penurunan atau peningkatan kecepatan menulis dan menyalin, berbicara dengan diri sendiri saat menulis, kejang otot di lengan dan bahu (kadang-kadang di bagian tubuh), ketidakmampuan untuk melenturkan (kadang- kadang bergerak) lengan (menciptakan huruf L seperti bentuk), dan umumnya tdk terbaca. Keengganan atau penolakan untuk menyelesaikan tugas- tugas menulis.
Banyak orang yang mengalami dysgraphic merasakan kesakitan saat menulis. Rasa sakit biasanya dimulai dari lengan bawah dan kemudian menyebar di sepanjang sistem saraf ke seluruh tubuh. Rasa sakit ini dapat menjadi lebih buruk atau bahkan muncul bila penderita dysgraphic makin tertekan. Sedikit orang yang tidak menderita dysgraphia tahu tentang hal ini, karena banyak dysgraphia tidak mengatakan kepada siapa pun. Ada beberapa alasan mengapa rasa sakit saat menulis jarang disebut:
• Penderita tidak tahu bahwa itu adalah pengalaman yang tidak biasa memiliki rasa sakit saat menulis.
• Jika mereka tahu bahwa itu berbeda dari pengalaman bagaimana orang lain menulis, mereka merasa bahwa hanya beberapa yang akan percaya mereka.
• Mereka yang tidak percaya bahwa rasa sakit saat menulis adalah nyata dan akan sering tidak memahaminya. Ini biasanya akan dikaitkan dengan nyeri otot atau kram, dan itu akan sering hanya dianggap ketidaknyamanan kecil.
• Bagi beberapa orang penderita dysgraphia, mereka tidak lagi menulis, dan mengetik saja semuanya, sehingga mereka tidak lagi merasakan rasa sakit seperti ini.
Masalah Umum yang sering dikaitkan dengan Dysgraphia
Stres
Ada beberapa masalah umum yang tidak berhubungan dengan dysgraphia tetapi sering dikaitkan dengan dysgraphia, yang paling umum yang stres. Seringkali anak- anak (dan orang dewasa) penderita dysgraphia akan menjadi sangat frustasi dengan tugas menulis (dan ejaan); anak- anak yang lebih muda mungkin menangis atau menolak untuk menyelesaikan tugas tertulis. Frustrasi ini dapat menyebabkan anak (atau yang dewasa) sangat stres dan dapat menyebabkan berbagai macam penyakit yang terkait dengan stres. Ini bisa menjadi akibat dari gejala dysgraphia.
Perawatan
Perawatan untuk dysgraphia bervariasi dan dapat mencakup pengobatan gangguan motorik untuk membantu mengontrol gerakan menulis. Perawatan lain mungkin dialamatkan pada lemahnya memori atau masalah neurologis lainnya. Beberapa dokter menyarankan bahwa individu dengan dysgraphia menggunakan komputer untuk menghindari masalah tulisan dengan tangan.
Terapi okupasi dapat dianggap untuk memperkuat otot, meningkatkan ketangkasan atau kecekatan, dan mengevaluasi koordinasi mata dan tangan. Dysgraphic pada anak- anak juga seharusnya dievaluasi untuk ketangkasan atau kecekatan mempergunakan kedua tangan, yang dapat menunda keterampilan motorik halus pada anak usia dini.
Sering kali hal- hal kecil dapat membantu siswa penderita dysgraphia, seperti menggunakan alat atau menyerahkan ketikan pekerjaan daripada pekerjaan yang memerlukan tulisan tangan.
Saran untuk guru dan orangtua:
1. Penggunaan pensil- pensil kecil (pensil yang terpotong menjadi tiga) tongkat pensil, atau pensil berbentuk segitiga semua menaikkkan kemampuan mencengkeram. Pensil yang luar biasa besarnya berguna untuk individu yang sering gemetar atau jenis kerusakan cerebral palsy.
2. Memastikan bahwa instruksi tulisan tangan sepenuhnya telah dilakukan. Siswa seharusnya dapat menceritakan bagaimana setiap huruf dibuat menggunakan kata- kata yang sama dengan guru.
3. Sebelum siswa mulai menulis kertas, minta mereka ikut serta dalam kegiatan pemanasan seperti verbalisasi apa yang akan mereka tulis.
4. Gunakan kertas bergaris kuning yang akan menyoroti kata- kata yang mengarah ke arah yang diinginkan.
5. Memungkinkan siswa memiliki waktu tambahan untuk menyelesaikan tugas- tugas di kelas; kalau tidak mereka tidak akan mendapatkan manfaat dari latihan belajar.
6. Berikan keyboard kepada siswa sejak dini
7. Izinkan siswa untuk menggunakan laptop atau komputer lain.
8. Izinkan anak- anak untuk memerintah orang dewasa.
9. Izinkan anak- anak untuk memasukkan ke dalam alat perekam, mereka atau orang dewasa dapat menuliskannya nanti. Hal ini memungkinkan proses output yang kreatif terjadi tanpa dihentikan oleh masalah pembuatan.
10. Memiliki rasa iba dan tahu bahwa masalah ini tidak ada hubungannya dengan kecerdasan atau perilaku.
http://a11no4.wordpress.com/2010/03/29/apakah-anda-dysgraphia/







Gangguan Belajar dan Sistem Kerja Otak
PENURUNAN prestasi akademis bisa menjadi salah satu indikasi, adanya kesulitan belajar yang dialami anak-anak usia sekolah. Bila ditelusuri, ternyata kesulitan belajar ada kaitannya dengan gangguan kerja otak secara medis maupun nonmedis.

GANGGUAN kerja otak secara umum muncul dalam berbagai keluhan. Mudah lupa, gampang stres, mudah emosi, cepat lelah, mudah pusing, lambat memahami materi, sulit konsentrasi, sulit merespon, telat bereaksi, hingga menurunnya daya kreativitas.
Hingga kini masih sering ditemui penanganan yang tidak tepat pada anak-anak yang mengalami gangguan kerja otak, baik oleh orangtua, guru, pemerintah, serta orang dewasa yang bertanggungjawab mencerdaskan bangsa. Sebab utamanya satu: kurangnya wawasan dan pengetahuan.
Orangtua kadang menambah jam belajar anak-anak serta memaksa mereka ikut les tambahan di luar sekolah. Tujuannya supaya anak jadi lebih pintar. Sementara oknum guru di sekolah malah memberi sanksi fisik maupun non fisik yang membuat anak-anak makin tertekan.
Ironisnya, bila tak lagi bisa ditangani para guru, pimpinan sekolah biasanya memanggil orangtua. Kemudian menganjurkan si anak untuk dipindahkan ke sekolah lain. Saat bersamaan para pembuat kebijakan tiap tahun terus membuat standarisasi nilai kelulusan yang harus dicapai anak-anak.
"Padahal penerapan cara-cara di atas seringkali tidak menyelesaikan masalah. Sebab penanganannya memang tidak tepat sasaran," ungkap peneliti otak dan sistem syaraf manusia, Shifu Yonathan Purnomo, pada Seminar Rahasia Kecerdasan Otak, di Hotel Baltika, akhir pekan lalu.
Penegasan itu disampaikan setelah 20 tahun terakhir Yonathan meneliti otak dan sistem syaraf manusia di Indonesia, Cina, dan beberapa negara lain di dunia. Gangguan kerja otak bisa disebabkan faktor medis seperti tumor, kanker, dan cacat lahir. Sedangkan sebab non-medis yaitu kebiasaan dan perilaku tahunan yang menyebabkan otak tidak tumbuh optimal.
Pria 46 tahun ini mengungkap perilaku yang kurang tepat yaitu memberi terlalu banyak beban pelajaran kepada si kecil, sebelum usia mereka mencapai 12 tahun. Memaksa anak belajar menguasai materi tertentu, justru bisa menghambat pertumbuhan otak. Kondisi tersebut memicu terjadinya gangguan kerja otak.
"Kecerdasan otak bersifat fluktuatif sama seperti kesehatan jasmani. Kecerdasan otak juga bisa dilatih agar kuat menghadapi berbagai situasi dan tekanan. Caranya melalui latihan Shuang Guan Qi Xia secara benar dan teratur," ujar Shifu Yonathan.
Melalui Shuang Guan Qi Xia, ayah empat anak ini menciptakan 180 gerakan senam sederhana yang bersumber dari beladiri kungfu. Yonathan yang juga Guru Besar Perguruan Xin Gong Ci yang berpusat di Surabaya ini mengungkap, berbagai gerakan tersebut bertujuan melatih keseimbangan kerja otak kiri dan kanan.
Beberapa gerakan yaitu membentuk angka delapan dan nol menggunakan kedua tangan. Menyentuh jari-jari tangan secara bergantian, bermain tembak jari, serta sentuh jari-jari tangan dengan berbagai variasi gerakan.
"Latihan ini membuat orang yang melakukan tidak mudah lupa dan tetap produktif hingga usia tua, tidak gampang sakit, dan pada akhirnya tidak bikin susah orang lain di masa tua," terang Yonathan. (ricky reynald yulman)

Jangan Paksa Persalinan
EMPAT puluh persen pertumbuhan otak terjadi sejak anak masih dalam kandungan. Ketika lahir berat otak bayi normal, rata-rata 600 gram. Seorang dewasa yang pertumbuhan otaknya optimal memiliki otak dengan berat rata-rata 1,5 kg.
Di satu sisi Shifu Yonathan Purnomo mengingatkan, kecacatan otak bisa terjadi sejak bayi dalam kandungan. Beberapa penyebabnya yaitu kekurangan gizi, terkena virus tertentu, dan keracunan obat.
Yonathan juga berpesan agar orangtua dan pihak manapun tidak memaksa janin lahir sebelum waktu persalinan tiba. Baik melalui operasi cesar atau memberi obat perangsang kelahiran. Tindakan tersebut biasanya dilakukan agar bayi bisa lahir pada hari dan tanggal tertentu.
"Kondisi itu membuat si janin yang belum siap keluar, mengalami tekanan dan bisa membuat otak bayi cacat. Setelah diteliti, kebanyakan bayi yang persalinannya dipaksakan, setelah dewasa, mudah mengalami gangguan kerja otak," jelas Yonathan. (ricky reynald yulman)

Gerakan Shuang Guan Qi Xia:
-Tangan kiri membentuk angka delapan di depan dada menggunakan. Saat bersamaan tangan kanan membuat bentuk angka nol. Setelah dilakukan beberapa kali kemudian bergantian.

-Membuka telapak tangan kanan dengan jari-jari tegak. Tangan kiri membentuk seperti pistol untuk berpura-pura menembak jari-jari tangan kanan. Dalam satu hitungan secara bersamaan, posisi jarijari tangan harus berganti dengan pengurangan jari-jari yang sudah ditembak.

-Jari-jari tangan kanan dan kiri membentuk kuncup tapi hanya ibu jari boleh menyentuh ujung telunjuk. Kemudian ibu jari berpindahpindah menyentuh ujung jari lain secara bergantian. Variasi gerakan: ibu jari tangan kiri menyentuh kelingking sedangkan ibu jari kanan mulai menyentuh ujung telunjuk. (ricky reynald yulman)
http://www.tribunjabar.co.id/read/artikel/4495/gangguan-belajar-dan-sistem-kerja-otak


Anak Berbakat dengan Gangguan Belajar
KEBERBAKATAN bukanlah penyimpangan, tetapi merupakan perkembangan intelektual, sedangkan gangguan belajar (specific learning disabilities) adalah keadaan seseorang yang mengalami gangguan dalam satu atau lebih area inteligensia. Gangguan belajar disebabkan adanya gangguan perkembangan yang mengakibatkan fungsi inteligensia terganggu. Keunikan, kelebihan, dan karakteristik anak semacam ini yang ternyata menyulitkan, berbagai gangguan perkembangan, serta kebutuhan khususnya dalam metode pendidikan, membutuhkan sejumlah besar keilmuan untuk menjelaskan.
Umumnya mereka terlambat bicara dan terjebak dalam diagnosis autisme, sekalipun memang mereka mempunyai gejala mirip autisme. Tidak jarang pula tertukar diagnosis mereka dengan autisme Asperger ataupun autis savant. Autis Asperger ada yang mempunyai IQ tinggi (tetapi tidak mengalami keterlambatan bicara), dan autis savant mempunyai talenta luar biasa (tetapi mengalami gangguan sangat luas dalam area inteligensia, seperti dalam film Rainman yang diperankan Dustin Hoffman).
Dalam uji psikologi, anak berbakat dengan gangguan belajar menunjukkan profil inteligensia tidak harmonis, hasil uji akan sangat tinggi dalam performa berupa kemampuan abstraksi dan logika analisis, tetapi tertinggal dalam kemampuan verbal. Kesulitan yang sering mengikuti hingga dewasa adalah gangguan pada memori jangka pendek yang mengatur kemampuan hafalan, terlihat dari nilai hasil uji digit span test yang rendah, 2-3 (normal, 2-9). Para ahli audiologi menyebutnya auditory processing disorder (APD). Artinya bukan telinganya yang terganggu, tetapi proses informasi di otak terganggu sehingga mereka sering tampak seperti anak tuli atau melongo jika diajak bicara dan tidak merespons jika dipanggil. Pada akhirnya berakibat mengalami ketertinggalan perkembangan bicara dan bahasa.
BERBAGAI gangguan perkembangan lain yang menyertai saat masih balita adalah ketidaksinkronan perkembangan. Motorik kasar berkembang hebat, tetapi motorik halus tertinggal. Kemampuan pencandraan visual berkembang hebat, tetapi mengalami gangguan dalam penerimaan informasi melalui telinga. Ia juga mengalami ketidakteraturan perkembangan sensoris, misalnya sensor raba sangat peka sehingga jijik dengan benda basah dan lembek, sering tidak merespons panggilan tetapi terlalu peka suara bising dan mudah terangsang pada suara.
Ia sangat berani, tetapi juga sangat penakut. Ia mempunyai periode berkonsentrasi intensif, namun juga kadang tampak bagai anak tidak bisa konsentrasi dan hiperaktif sehingga sering terjebak dalam diagnosis anak dengan gangguan konsentrasi atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
Keberbakatan (giftedness) sesuai dengan definisi Renzulli, yaitu mempunyai kemampuan inteligensia berupa kemampuan logika analisis dan abstraksi tinggi, kreativitas tinggi, serta motivasi dan ketahanan kerja tinggi. Namun, banyak di antara mereka justru sulit berprestasi di sekolah. Hal ini karena ia visual learner, selalu berpikir secara analisis, perfeksionis, dan kadang diikuti rasa percaya diri yang kurang, dan takut gagal sebelum mengerjakan tugas yang sebenarnya bisa dia kerjakan.
Karena sering berada dalam diagnosis autisme atau DHD ditambah karakteristiknya yang khusus itu, mereka sering dianjurkan ke sekolah luar biasa (SLB) karena membawa skor IQ total rendah (akibat ketidakharmonisannya yang kemudian dirata-ratakan), atau dimasukkan ke kelas lambat yang sebenarnya justru keliru karena pada dasarnya mereka adalah pemikir yang sangat cepat.
Apabila ia bisa masuk ke sekolah dasar umum, ia segera dikeluarkan karena guru kewalahan, dianggap mengganggu jalannya pelajaran, dan pihak sekolah tidak mengerti materi serta metode apa yang dapat diberikan kepadanya.
Pada pelajaran matematika umumnya mereka mendapat angka baik, namun tidak demikian pada pelajaran menghafal yang memang lemah. Dengan demikian, pelajaran PKKn, agama, dan bahasa Indonesia mendapat angka jelek. Padahal nilai pelajaran ini sama sekali tidak boleh merah.
Mereka dianggap sangat emosional, keras kepala, dan sulit diatur. Apalagi diikuti dengan tulisan yang jelek karena memang motorik halusnya lemah, hukuman yang diberikan tidak hanya cukup hukuman fisik seperti disetrap di muka kelas, juga dikenai hukuman psikis, yaitu dimarahi dan akhirnya angkanya disunat.
Padahal, mereka adalah kelompok anak berisiko, dukungan pendidikan yang tidak menunjang hanya akan menyebabkan masalah lebih sulit, yaitu jatuhnya anak ke dalam kondisi frustrasi, depresi, hilang percaya diri, berkembangnya konsep diri negatif, timbul perilaku bermasalah, atau timbul keinginan bunuh diri.
KESULITAN orangtua menghadapi anaknya ini adalah kebingungan lengkap. Menghadapi pihak profesional, seperti dokter dan psikolog, hanya mendapatkan penjelasan sepotong, bahkan tidak ada kekompakan untuk mengatakan bagaimana keadaan anak ini. Ditambah pula kebingungan mencari sekolah yang mau menerima. Pihak sekolah pun mengalami kebingungan. Apalagi ilmu learning disabilities belum populer di kalangan guru. Begitu juga karakteristik psikis anak berbakat memang tidak dikenal, terlebih yang mempunyai keistimewaan ganda seperti ini, berbakat tetapi mengalami gangguan belajar.
Dengan begitu metode pengajaran yang beragam dalam kelas juga belum dikenal. Tidak ada informasi formal barang sedikit pun tentang anak seperti ini, baik dari lembaga pengajaran ilmiah maupun lembaga pemerintah. Ironisnya informasi yang didapat sangat simpang siur, melelahkan, membingungkan, tidak tahu siapa yang harus dipercaya.
Dari hasil penelitian para ahli di Belanda pada tahun 1980-an, anak berbakat yang tidak berprestasi adalah setengah dari populasi anak berbakat (2-4 persen dari anak- anak yang lahir). Ketidakmampuan mereka berprestasi disebabkan selain mereka tidak mendapat dukungan perkembangan, juga karena masalah ketidakharmonisan perkembangan.
Agar bisa ditangani dengan baik dan tidak tersasar ke berbagai diagnosis gangguan belaka, maka sejak dini mereka sudah dilacak melalui dokter tumbuh kembang, taman bermain, dan taman kanak- kanak. Sekolah taman kanak-kanak merupakan pusat tumbuh kembang anak yang ditangani oleh dokter sekolah, psikolog, ortopedagog, ahli gerak, ahli wicara, dan berbagai remedial teachers. Tidak terbimbingnya anak ini sejak dini menyebabkan ia hanya tampak bagai anak yang mengalami keterbelakangan mental.
Apa yang bisa diharapkan untuk mengatasi anak-anak berbakat Indonesia yang tak jelas rimbanya ini adalah kerja sama di antara para ahli (dokter, psikolog, dan pedagog) dalam membuat kesepakatan bagaimana melakukan deteksi dini, tata laksana penanganan, metode, serta materi yang cocok dalam pendidikan. Tidak kalah pentingnya adalah pendirian pusat informasi dan psycho educational assessment.
http://bibilung.wordpress.com/2007/07/16/anak-berbakat-dengan-gangguan-belajar/
Disleksia
Disleksia (Inggris: dyslexia) adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis.
Perkataan disleksia berasal dari bahasa Yunani δυς- dys- ("kesulitan untuk") dan λέξις lexis ("huruf" atau "leksikal").
Pada umumnya keterbatasan ini hanya ditujukan pada kesulitan seseorang dalam membaca dan menulis, akan tetapi tidak terbatas dalam perkembangan kemampuan standar yang lain seperti kecerdasan, kemampuan menganalisa dan juga daya sensorik pada indera perasa.
Terminologi disleksia juga digunakan untuk merujuk kepada kehilangan kemampuan membaca pada seseorang dikarenakan akibat kerusakan pada otak. Disleksia pada tipe ini sering disebut sebagai "Alexia". Selain mempengaruhi kemampuan membaca dan menulis, disleksia juga ditenggarai juga mempengaruhi kemampuan berbicara pada beberapa pengidapnya.
Disleksia tidak hanya terbatas pada ketidakmampuan seseorang untuk menyusun atau membaca kalimat dalam urutan terbalik tetapi juga dalam berbagai macam urutan, termasuk dari atas ke bawah.
Para peneliti menemukan disfungsi ini disebabkan oleh kondisi dari biokimia otak yang tidak stabil dan juga dalam beberapa hal akibat bawaan keturunan dari orang tua.
Tokoh-tokoh terkenal yang diketahui mempunyai disfungsi dyslexia adalah Albert Einstein, Tom Cruise, Orlando Bloom, Whoopi Goldberg, dan Vanessa Amorosi
http://id.wikipedia.org/wiki/Disleksia


DISLEKSIA
Kesulitan baca tulis bukan pertanda anak bodoh. Mungkin ia membutuhkan cara bejar yang berbeda
Membaca di depan kelas adalah siksaan bagi si kecil. Bulan-bulan pertama duduk di kelas I SD amat gembira. Namun, saat teman-teman sudah mulai bisa membaca, ia masih bergulat dengan kesulitannya. "Memikir dulu ini huruf apa,".
Anak yang terganggu kemampuan baca atau tulisnya, biasa disebut kelainan disleksia, ternyata tidak berarti terbelakang atau bodoh. Penanganan dini dibarengi ketekunan serta motivasi yang kuat akan mengatasi kelainan itu.
Bakal calon presiden AS, George W. Bush dari Partai Republik, belum lama ini diberitakan sebagai penderita disleksia. Pasalnya, banyak kata yang diucapkan Bush selama masa kampanyenya salah. Misalnya, ia ingin menyatakan AS sebagai negara peacemaker (pencipta perdamaian), namun mengucapkan “pacemaker” (alat pacu jantung), yang tentu sangat berbeda artinya. Tariffs and barriers (bea dan cukai), diucapkan “terriers” (jenis anjing terier) untuk kata barriers.
Ada beberapa kata lagi yang ia ucapkan secara salah. Kabarnya, pengungkapan kata-kata maupun kalimat salah tadi dilakukan secara konsisten, yang notabene bisa menandakan ia menderita disleksia.
Pernyataan yang dipublikasikan sebuah majalah Amerika itu tentu bisa mengurangi nilai pencalonan Bush sebagai presiden. Maka tim kampanyenya terus berusaha menepis tuduhan itu.
Gajah jadi “jagah”
Kata disleksia diambil dari bahasa Yunani, dys yang berarti “sulit dalam …” dan lex (berasal dari legein, yang artinya berbicara). Jadi, menderita disleksia berarti menderita kesulitan yang berhubungan dengan kata atau simbol-simbol tulis.
Namun, sepanjang seseorang hanya mengalami disleksia murni saja, menurut dr. W. Roan, psikiater, pada umumnya ia hanya mengalami suatu gangguan perkembangan spesifik pada tahap usia tertentu. Pada saat pertumbuhan otak dan sel otaknya sudah sempurna, ia akan dapat mengatasinya. Namun selama mendapat gangguan ia memerlukan pelatihan khusus untuk mengejar ketertinggalannya.
Disleksia bukan aleksia. Yang disebut belakangan ini merupakan gangguan kemampuan membaca atau mengenali huruf serta simbol huruf akibat kerusakan, infeksi, atau kecelakaan yang mengenai otak atau selaput otak sehingga otak kiri korteks oksipital (bagian belakang) terganggu. Padahal bagian otak ini berfungsi mengenali semua persepsi lihat. Karena terjadi gangguan sambungan otak kiri dan kanan, pemulihan aleksia menjadi jauh lebih sulit.
Bentuk klinis disleksia bisa macam-macam. Pertama, sulit menyebutkan nama benda (anomi) amat sederhana sekalipun seperti pensil, sendok, arloji, dll. Padahal penderita mengenal betul benda itu. Gangguan bisa juga dalam kemampuan menuliskan huruf, misalnya b ditulis atau dibaca d, p ditulis atau dibaca q atau sebaliknya.
Bisa juga salah dalam mengeja atau membaca rangkaian huruf tertentu, seperti “left” dibaca atau ditulis “felt”, “band” dibaca atau ditulis “brand”, “itu” ditulis atau dibaca “uti”, “gajah” dibaca atau ditulis “jagah”.
Yang menarik, disleksia ternyata tidak hanya menyangkut kemampuan baca dan tulis, melainkan bisa juga berupa gangguan dalam mendengarkan atau mengikuti petunjuk, bisa pula dalam kemampuan bahasa ekspresif atau reseptif, kemampuan membaca rentetan angka, kemampuan mengingat, kemampuan dalam mempelajari matematika atau berhitung, kemampuan bernyanyi, memahami irama musik, dll.
Repotnya, gangguan disleksia adakalanya diikuti dengan gangguan penyerta lain seperti mengompol sampai usia empat tahun ke atas, nakal dan suka mengganggu teman serta mengganggu di kelas.
Tuduhan terhadap Bush tadi mungkin berkenaan dengan gangguan ketidakmampuan mengungkapkan bahasa ekspresif. Namun, penderita disleksia terbanyak adalah dalam belajar membaca dan menulis.
Seringkali kurang disadari bahwa fungsi pengenalan membaca, huruf, dan bahasa merupakan kesatuan yang melibatkan begitu banyak bagian di otak kita, yakni daya perhatian, daya persepsi pancaindera khususnya indera lihat, dengar, raba, perspektif, daya motorik atau gerak sebagai manifestasi menulis ucapan dan bahasa. Sebab itu bila ada gangguan disleksia, menurut dr. Roan, kita tidak bisa hanya menyalahkan satu bagian kecil otak, karena hal itu merupakan koordinasi dari banyak hal terkait.
Menurut para ahli AS, gangguan emosional ditambah cacat kecil visual para penderita menyebabkan mereka gagal “melatih” otaknya tentang apa yang disampaikan. Adakalanya mereka mampu mengeja huruf-hurufnya tapi sulit membaca rangkaiannya. Entah apa alasannya, tapi sekitar 90% penderitanya adalah kaum pria.
Tidak seperti penyandang cacat mental, intelegensi anak disleksia umumnya normal, bahkan acap kali di atas rata-rata. Walaupun sulit membaca kata-kata, biasanya mereka tidak menjumpai kesulitan dalam membaca angka atau not balok musik, kecuali kalau mereka menderita disleksia angka. Jadi, jangan menganggap anak disleksia anak terbelakang atau bodoh.
Pria dan menurun
Banyak orang terkenal seperti Sir Winston Churchill (1874 - 1965), mantan perdana menteri Inggris, Sir Isaac Newton (1642 - 1727), ahli fisika yang menemukan gaya tarik Bumi, Albert Einstein (1879-1955), ahli fisika lain yang menemukan beberapa teori penting tentang kosmos, dianggap anak bodoh sewaktu mereka kecil karena kurang berprestasi. Namun, di kemudian hari malah dielu-elukan dunia karena prestasinya.
Prof. John Stein dari Universitas Oxford dan Prof. Tony Monaco dari sebuah pusat penelitian tentang gen manusia, telah menemukan tiga gen sama yang berhubungan dengan disleksia dalam sampel darah para penderita. “Penemuan ini membuktikan bahwa disleksia memang karena faktor keturunan atau bawaan,” kata Prof Stein.
Penelitian dilakukan dengan mempelajari sampel DNA (deoxyribonucleic acid atau sel inti) yang terdiri atas materi genetik berupa darah dari 90 keluarga.
Anak dengan kelainan disleksia, menurut penelitian, dilahirkan dari keluarga dengan kesulitan kronis dalam membaca atau mengeja, sekalipun intelegensi mereka cukup tinggi. Selain itu para peneliti menemukan bahwa susunan kromosom kaum disleksia berhubungan erat dengan sistem kontrol imunitas. Ini menunjukkan, para penderitanya rentan terhadap serangan dari antibodi.
Begitu seorang anak ditemukan mempunyai kelainan disleksia, berikan terapi sedini mungkin. Latihan remedial teaching (terapi mengulang) dengan penuh kesabaran dan ketekunan biasanya akan membantu si anak mengatasi kesulitannya. Memberikan motivasi seperti pujian atau hadiah kecil setiap kali ia berhasil mengatasinya akan sangat membantu.
Untuk mereka yang memiliki gangguan penyerta, bisa ditambah dengan terapi perilaku. Atau, tambahan terapi wicara bagi mereka yang disertai kesulitan wicara. (Nanny Selamihardja)
FALUDY, ANAK DISLEKSIA GENIUS
Alexander Faludy, baru berusia 14 tahun tapi sudah berhasil masuk ke Cambridge University, sebuah universitas kebanggaan orang Inggris. Keberhasilannya ini mungkin tidak dianggap luar biasa kalau saja ia seorang anak normal.
Alexander seorang peyandang disklesia berat, karena kemampuan menulisnya sangat terbatas dan tulisannya seperti cakar ayam. Dalam satu menit paling-paling ia hanya bisa menulis dua kata dan hanya dia sendiri yang mampu membacanya. Tapi daya ingatnya luar biasa. Ia mampu mengungkapkan di luar kepala artikel-artikel teologi atau sejarah kebudayaan serta kesenian.
Kesuksesannya ini bukan berkat talentanya yang luar biasa saja, tapi juga berkat jasa orang tuanya yang terus berjuang agar kemampuan yang menonjol tadi terus dipupuk.
Orang tuanya, Andrew Faludy dan istrinya, Tanya, keduanya guru bahasa Inggris di Hampshire, berjuang agar putranya diizinkan meninggalkan pelajaran yang kurang dikuasai seperti matematika dan science ketika usianya mencapai 11 tahun, agar ia lebih berkonsentrasi pada pelajaran yang menonjol saja.
Mereka menyadari Alexander anak “ajaib” setelah anak mereka, ketika itu berusia tiga tahun, mendengarkan cerita Thomas the Tank Engine melalui kaset. Ternyata, ia dapat mengingat kembali secara utuh kata demi kata. Demikian juga dengan cerita-cerita lain.
“Pada usia lima tahun, kemampuannya semakin menakjubkan. Sesuatu di luar kemampuan orang normal ada di kepalanya,” kata ibunya. “Mungkin otak disleksianya diisi dengan sesuatu yang tidak dimiliki orang lain,” tambahnya.
Semula memang ia tersisih di sekolahnya karena kurang terampil ditambah ketidakmampuannya menulis. Namun, pada usia sembilan tahun ia menjadi orang termuda yang berhasil lulus bahasa Inggris dengan nilai rata-rata B dalam ujian akhir SMU untuk O Level.
Pada usia 11 tahun ia mengikuti ujian SMU lagi, kali ini A Level, yaitu jenis ujian tingkat SMU yang lebih tinggi ketimbang O Level, sebagai persyaratan untuk masuk universitas. Ia lulus dengan nilai B untuk pelajaran sastra, yang berisi analisis tentang Shakespeare, Milton, dan karya penyair metafisika dalam bentuk kaset rekaman. Tetapi, ketika ia sering dikucilkan teman-teman sekelasnya yang lebih besar, orang tuanya menarik dia dari sekolahnya dan mengikuti kuliah di Universitas Terbuka jurusan sastra yang bisa dipelajari di rumah.
“Kemampuan matematika saya memang di bawah normal karena saya demikian benci pada pelajaran itu. Rasanya, tidak ada gunanya untuk mempelajarinya lagi,” demikian alasan Alexander.
“Tulisan saya juga benar-benar tak terbaca tetapi apa yang masuk ke otak saya langsung dapat saya sampaikan lewat kaset rekaman. Dengan demikian saya dapat menguasai pelajaran yang tidak mampu saya lakukan di atas kertas.”
Orang tuanya berkeliling Inggris untuk mencarikan tempat yang mau menerima putranya. Akhirnya, ia diterima di Milton Abbey, sebuah asrama kecil khusus pria di Dorset. Di situ ia dibimbing oleh bapak asrama Andrew Day dan istrinya Yvette.
Dalam tiga tahun Alexander berkembang tidak hanya dalam dunia akademisnya tetapi juga pendidikan sosialnya. Pikir orang tuanya, sudah saatnya ia bisa masuk ke Universitas Cambridge.
“Sebelumnya kami pikir sebaiknya ia tumbuh dalam lingkungan yang sesuai usianya karena usia 11 tahun masih terlalu muda untuk masuk universitas,” kata Ny. Faludy.
“Kini pribadinya sudah siap untuk menghadapi perdebatan-perdebatan dalam kehidupan akademis yang tidak diperoleh dalam kuliah korespondennya.”
Martin Golding, seorang tutornya mengatakan, “Kami mengetes dia dengan teliti agar ia dapat diperjuangkan untuk masuk universitas itu karena kami yakin, ia sangat berbakat.”
Dengan tinggi 182 cm, Alexander kini tampak begitu canggung saat mengenakan stelan pantalon hijau dari bahan corduroy, dilengkapi vest dan dasi. Namun, dibandingkan saat ia masuk ke asrama di bawah asuhan Andrew dan Yvette tadi, kini ia sudah tampak lebih dewasa.
Kini Alexander menghabiskan sebagian besar waktunya di Milton Abbey dengan mendengarkan “buku audio”-nya dan mencoba mengikuti beberapa pelajaran terutama teologi dan sastra.
“Banyak orang dengan berbagai macam minat ilmu datang menemui Alexander untuk mendisukusikan apa saja: politik, sastra, sejarah, dll.,” kata Ny. Day. “Benar-benar menakjubkan melihat seorang anak berusia 14 tahun sudah mencapai tingkat intelegensi yang lebih tinggi walaupun ia penyandang disleksia.
http://www.indonusa.ac.id/psikologi/index.php?option=com_content&view=article&id=160:disleksia&catid=84:artikel&Itemid=81






Mengajarkan Anak Disleksia Membaca
Bayangkan Anda sedang berada di Cina atau Arab. Bayangkan Anda berada di tempat umum yang semua petunjuknya ditulis dengan tulisan Cina atau Arab. Apakah Anda mengerti? Ataukah Anda bingung? Atau malah Anda beranggapan bahwa semua itu hanyalah sebuah tulisan-tulisan keriting yang tidak ada maknanya?
Begitulah kira-kira keadaan anak yang menderita gangguan belajar spesifik disleksia. Mereka terjebak dalam dunia yang penuh dengan tulisan-tulisan yang tidak dimengerti. Istilah disleksia mengacu pada gangguan membaca yang dimiliki oleh seseorang, seperti kesulitan membaca, memahami bacaan, kesulitan membedakan huruf yang mirip seperti b, d, q, p, v, u, n, dan lainnya. Berbeda dengan slow learner, anak yang didiagnosis disleksia harus memiliki IQ rata-rata atau di atas rata-rata.
Jika anak Anda dalam tahap belum bisa membedakan mana huruf-huruf yang mirip seperti b dan d, maka cara pengajaran yang perlu dilakukan adalah mempelajari hurufnya satu persatu. Misalnya fokuskan pengajaran kali ini pada huruf b. Tulislah huruf b dalam ukuran yang besar kemudian mintalah anak untuk mengucapkan sembari tangannya mengikuti alur huruf b atau membuat kode tertentu oleh tangan. Latihlah dan perkuatlah terus menerus sampai ia bisa menguasainya, setelah itu mulailah beranjak ke huruf d.

Terdapat dua cara untuk mengajarkan anak membaca kata-kata: melihat dan mendengar kata tersebut satu persatu. Buatlah kata yang dicetak dalam ukuran besar – misalnya ‘buku’, setelah itu kita ucapkan ‘buku’, lalu mintalah anak mengulangi apa yang kita ucapkan yaitu ‘buku’. Tunjukanlah kata tersebut terus menerus, tambahkanlah beberapa kata yang sudah ia ketahui, hingga ia mengenali dan dapat mengucapkannya langsung begitu ia melihat kata ‘buku’.
Ada beberapa anak yang sudah bisa membaca namun ia memiliki masalah dengan pemahaman (comprehension). Menurut Baumer (1996) ada beberapa cara mengajar jika pemahaman anak Anda lemah:
1. Memilih cerita yang menarik pada level dimana 98% ia bisa memahami kata-kata dalam cerita tersebut. Mintalah ia untuk membacakan secara keras dan bilang kepada kita apa yang telah ia baca.
2. Jika anak tidak bisa melakukan ini, mintalah ia membaca tanpa bersuara, berhenti setiap paragraph dan menceritakan kepada kita apa yang telah ia baca.
3. Ketika pemahamannya berkembang, tambahkan jumlah paragraph yang ia baca hingga ia bisa membaca dan paham keseluruhan halaman.
4. Untuk membantu pemahamannya, Anda bisa memberikan arahan: menurutmu apa yang dirasakan si tokoh? Apa yang akan terjadi selanjutnya? Bagaimana akhir ceritanya?
Berdasarkan pengalaman saya mengajarkan anak disleksia, sebelum kita mengajarkannya mengenai pemahaman, kita harus mengidentifikasi sejauh mana kemampuannya. Jika ia tidak mampu memahami satu halaman, potonglah menjadi beberapa paragraph. Jika ia tidak bisa memahami beberapa paragraph, potonglah menjadi satu paragraf, dan seterusnya hingga sampai pada satu kalimat.
Membaca cerita bersama anak dirasa cukup efektif karena kita bisa langsung cross-check langsung pemahamannya. Misalnya ketika anak tidak paham kata ‘terbit, kita bisa menganalogikan ‘terbit’ dengan bertanya ‘kalau pagi hari, matahari muncul atau menghilang?’ lalu ketika anak menjawab ‘muncul’ kita menjelaskan bahwa itulah yang dimaksud dengan ‘terbit’. Menganalogikan kata-kata tidak dimengerti dapat mengajarkan anak untuk memberi tanda kata-kata yang belum ia pahami.
Dalam mengajari anak disleksia, kita harus hati-hati untuk tidak mengkritik terlalu jauh karena anak yang menderita disleksia rawan untuk memiliki motivasi dan self-esteem yang jatuh. Ketika anak mulai menyadari ia memiliki kesulitan dalam membaca dan ia sudah tertinggal jauh dari teman-temannya, ia akan membenci pelajaran membaca dan langsung menyerah (mogok) ketika menghadapi kata yang sulit. Aksi mogok ini bisa disiasati dengan cara belajar membaca melalui minatnya. Misalnya pada anak yang memiliki minat memasak, kita bisa mengajarkan membaca resep dan menyuruhnya memasak. Dari situ kita melihat sejauh mana pemahamannya terhadap bacaan.
Mengajar membaca anak disleksia adalah proses yang tidak mudah. Anak disleksia memiliki short term memory yang terbatas dan kosa kata yang minim sehingga membutuhkan banyak penguatan. Variaskan metode melalui permainan kata atau mengajak anak jalan-jalan sambil mengajari membaca tulisan-tulisan yang ada. Dan hal yang terpenting dalam proses pembelajaran ini adalah berilah apresiasi pada sekecil apapun perkembangannya.
http://ruangpsikologi.com/mengajar-membaca-anak-disleksia








Dyslexia atau Disleksia : Kesulitan Mengeja, Membaca dan Menulis
Kesulitan Belajar umum pada anak-anak

Tahukah Anda bahwa dyslexia (disleksia dalam bahasa Indonesia) adalah penyebab yang paling umum dari masalah kesulitan mengeja, membaca dan menulis? Bagaimana kita membantu anak-anak mengatasi kesulitan-kesulitan ini agar berhasil di sekolah? Informasi-informasi berikut ini bertujuan membantu orang tua, guru, dan terapis mengerti dyslexia dan membantu anak/murid mengembangkan kecintaan membaca dan menulis.
Apa itu dyslexia dan penyebabnya?

Dyslexia adalah suatu masalah kesulitan belajar khusus. Dyslexia mempengaruhi kemampuan seseorang untuk belajar, mengolah, dan mengerti suatu informasi dengan baik. Secara khusus, hal ini menyebabkan masalah dalam membaca dan menulis karena seseorang dengan problem dyslexia mempunyai kesulitan mengenali dan mengartikan suatu kata, mengerti isi suatu bacaan, dan mengenali bunyi. Tentunya ini menghambat kemampuan seorang anak untuk belajar membaca, bahkan jika anak mempunyai intelegensia normal dan instruksi yang jelas. Dyslexia mempengaruhi 15-20% dari populasi, dan terjadi pada laki-laki dua kali lebih banyak dari pada perempuan.

Penyebab dari dyslexia secara umum bisa jadi dari genetika, namun penyebab lain yang tidak umum adalah cedera pada kepala atau trauma. Beberapa anak dyslexia ternyata memproses informasi menggunakan area yang berbeda pada otak dibanding anak-anak tanpa kesulitan belajar. Walaupun begitu, ini bukan merupakan karakteristik pada semua anak dyslexia. Beberapa type dyslexia bisa menunjukkan perbaikan sejalan bertambahnya usia anak.
Bagaimana mengidentifikasi dyslexia?

Identifikasi dyslexia mungkin sangat sulit dilakukan sebagai orang tua atau guru di kelas. Namun orang tua dan guru bisa melihat beberapa tanda dan gejala dyslexia, dan bisa mencari pendapat dan evaluasi dari ahli profesional/terapis yang tepat.
Perhatikan beberapa tanda berikut :
• Kesulitan mengasosiasikan (menghubungkan arti) suatu huruf dengan bunyinya
• Terbalik dengan huruf (dia jadi bia) atau kata (tik jadi kit)
• Kesulitan membaca kata tunggal
• Kesulitan mengeja kata tunggal
• Kesulitan mencatat huruf/kata dari papan tulis atau buku
• Kesulitan mengerti apa yang mereka dengar (auditory)
• Kesulitan mengatur tugas, material, dan waktu
• Kesulitan mengingat isi materi baru dan materi sejenisnya
• Kesulitan dengan tugas menulis
• Kesulitan pada kemampuan motorik halus (misalnya memegang alat tulis, mengancing baju)
• Tidak terkoordinasi
• Masalah perilaku dan/atau tidak suka membaca

Jika seorang anak menunjukkan sejumlah tanda-tanda dyslexia, rujuklah anak kepada lembaga pendidikan khusus atau ahli profesional yang terlatih dalam masalah dyslexia, untuk melakukan evaluasi menyeluruh. (Catatan : daftar tanda-tanda di atas tidak merupakan daftar mutlak tanda dan gejala dyslexia. Gunakanlah hanya sebagai panduan umum, bukan sebagai dasar diagnosis. Tanyakanlah dulu kepada ahli untuk rujukan selanjutnya)

Apa yang bisa kita lakukan untuk membantu anak dyslexia?
Setelah anak dievaluasi, hasilnya akan menunjukkan dengan cara bagaimana anak bisa belajar paling baik. Ada anak yang belajar lebih baik dengan cara visual (melihat), auditori (mendengarkan), dan taktil (menyentuh/meraba). Menggunakan gaya belajar yang sesuai untuk tiap anak sangat penting supaya mereka bisa belajar lebih baik. Berikut adalah contoh cara belajar untuk masing-masing type anak (saran-saran ini bersifat umum dan tidak harus digunakan secara mutlak pada tiap anak)
Visual (penglihatan)
Anak belajar paling baik dengan cara melihat informasi. Karena itu, cara mulai yang baik adalah dengan menggunakan kartu bergambar dengan kata-kata tertulis di bawahnya (flash card). Pilihlah kata-kata yang sesuai dengan level belajar anak. Selain itu, jika anak kesulitan dengan bunyi, tunjukkan di mana bunyi itu dibuat di dalam mulut secara umum.

Contoh : tunjukkan huruf /t/ pada kartu, lalu arahkan ke dalam mulut Anda. Buatlah bunyi /t/ dengan gerakan yang berlebihan. Biarkan anak meniru tindakan Anda sambil melihat ke dalam cermin. Tingkatkan dengan kombinasi suku kata 2 huruf (ta, ti) dan 3 huruf (tas, top), dengan cara menyuarakan dan menulis. Bantulah juga dalam hal kemampuan mengelompokkan dengan menggunakan gambar-gambar dan kata pada kalender harian. Ulanglah kalender ini setiap hari, lalu tandai tugas-tugas yang sudah selesai.
Auditori (pendengaran)

Anak-anak auditori belajar paling baik dengan cara mendengarkan apa yang diajarkan. Untuk anak yang kesulitan pada masalah bunyi, ajarkan sepasang kata singkat dan mintalah anak untuk mengatakan kata mana yang betul (tas/das). Juga, mintalah mereka menulis huruf, kata, atau kalimat sementara Anda mengucapkannya, untuk melatih kemampuan menulis. Bantulah juga dalam hal kemampuan mengelompokkan dengan memasang kalender “verbal” (diucapkan). Baca dengan keras kepada anak jadwal hariannya dan bantulah dia mengatur tugas, jadwal, dll.

Taktil (perabaan)
Anak-anak ini belajar paling baik dengan proses ‘menyentuh’. Ini adalah anak-anak yang biasa terlihat memisahkan bagian suatu benda dan kemudian menyatukannya kembali. Mereka belajar paling baik dengan melalui sentuhan, sehingga sangatlah penting untuk memasukkan gaya belajar ini ke dalam perintah-perintah Anda.

Contoh : Biarkan anak membuat bentuk huruf dari tanah liat, untuk membentuk kata singkat. Ulanglah bunyi dari tiap huruf sementara anak membuatnya. Selain itu, alat pengeja taktil juga penting untuk pembelajar type ini. Alat ini meliputi huruf-huruf bertekstur/guratan sehingga anak mendapat rabaan taktil sementara mengeja. Bantulah mengelompokkan dengan mengkombinasikan proses belajar visual dan taktil. Buat kalender dan tandai tiap tanggal penting dengan sticker timbul/bertekstur. Setiap hari, ulanglah kalender ini bersama anak dan buatlah ia menyentuh dan merasakan stiker tersebut. Kombinasi pembelajaran visual dan taktil akan membantu daya ingat.

http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Dyslexia%20atau%20Disleksia%20:%20Kesulitan%20Mengeja,%20Membaca%20dan%20Menulis&&nomorurut_artikel=343

Mathemathics Disorder
Adakah diantara kalian yang pernah mengalami salah mengenali angka atau selalu salah melakukan perhitungan angka?? atau adakah yang hingga mengalami fobia pada matematika??
apakah itu termasuk mathemathics disorder?? sebenarnya apa sih mathemathics disorder itu?? dan apakah semua orang yang sulit melakukan proses perhitungan berarti mengalami mathemathics disorder??
Mathemathics disorder atau mungkin lebih dikenal dengan nama diskalkulia merupakan ketidakmampuan matematis dimana seseorang memiliki kesulitan menyelesaikan problem aritmatika dan memahami konsep matematik. Ketidakmampuan ini dapat dilihat secara kuantitatif yang terbagi dalam bentuk kesulitan berhitung (counting) dan mengkalkulasi (calculating).
Anak yang menderita gangguan ini akan menunjukkan kesulitan dalam memahami proses-proses matematis yang ditandai dengan munculnya kesulitan belajar dan mengerjakan tugas yang melibatkan angka maupun simbol-simbol matematis.
Nah, adapun ciri-ciri dari anak yang mengalami mathemathics disorder ini secara umum adalah sebagai berikut :
• Tingkat perkembangan bahasa dan kemampuan lainnya normal namun seringkali memiliki memori visual yang baik dalam merekam kata-kata tertulis
• Sulit melakukan hitungan matematis
• Sulit melakukan proses-proses matematis
• Terkadang mengalami disorientasi, seperti disorientasi waktu dan arah
• Mengalami hambatan dalam menggunakan konsep abstrak tentang waktu
• Sering melakukan kesalahan ketika melakukan perhitungan angka-angka
• Mengalami hambatan dalam mempelajari musik
• Dapat pula mengalami kesulitan dalam aktivitas olahraga karena bingung mengikuti aturan main yang berhubungan dengan sistem skor
Diskalkulia atau mathemathics disorder ini biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya :
• Adanya kelemahan pada proses penglihatan atau visual
• Bermasalah dalam mengurutkan informasi
• Fobia matematika
Kemunculan pertama gangguan ini biasanya terjadi pada usia kurang lebih tujuh tahun, ketika anak memasuki usia sekolah.
http://roswitaindra.wordpress.com/2010/03/17/mathemathics-disorder/
“DISKALKULIA: apakah selalu mengikuti disleksia
Bagi sebagian penyandang disleksia, sukses dalam bidang matematika mungkin merupakan sesuatu yang harus dicapai dengan penuh perjuangan. Terdapat berbagai penelitian yang melaporkan masalah ini. Salah satu peneliti (Steeves, 1983) melaporkan bahwa justru banyak anak disleksia yang jenius di bidang matematika. Sebaliknya, Joffe (1990) melaporkan bahwa 10% anak disleksia menunjukkan prestasi yang sangat baik di bidang matematika, sedangkan 30% lainnya tidak menunjukkan kesulitan sama sekali di bidang hitung menghitung ini. Namun Miles dan Miles (1992) melaporkan bahwa sebagian besar penyandang disleksia mengalami diskalkulia.
Terdapat mitos yang beredar di masyarakat bahwa disleksia-diskalkulia ini lebih sering disandang oleh anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Namun analisis terkini menunjukkan bahwa anggapan tersebut timbul dikarenakan penelitian-penelitian yang menjadi sumber datanya adalah penelitian yang subjeknya berasal dari kelompok anak yang sudah dirujuk untuk suatu gangguan prilaku, dan kebanyakan subjek tersebut adalah laki-laki. Penelitian terkini menunjukkan bahwa penyandang disleksia-diskalkulia sama banyak laki dan perempuan.
Jika anak disleksia-diskalkulia mendapatkan terapi yang tepat, mereka mampu memahami konsep-konsep perhitungan, mampu mengerjakan tugas matematika dengan benar bahkan akhirnya menunjukkan ke-jenius-an mereka di bidang hitung menghitung ini sesuai dengan potensi kecerdasan yang mereka miliki. Kadang, kita tidak dapat melihat prestasi ini saat anak berada di usia sekolah melainkan terlihat saat anak sudah beranjak besar. Salah satu contohnya adalah .seorang ilmuwan yang terkenal, Albert Einstein, di awal usia sekolahnya menunjukkan kesulitan yang amat sangat di bidang aritmetika. Saat itu ke-jenius-annya di bidang matematika belum nampak karena dia tidak mampu memberikan jawaban yang cepat, akurat dan “hafal mati” seperti yang diharapkan gurunya. Tentu saja hal ini diakibatkan karena Albert Einstein menyandang disleksia. Beruntung, di kemudian hari Albert Einstein tidak membiarkan ke-disleksia-diskalkulia-annya ini menghambatnya untuk terus berkarya di bidang matematika.
Kesulitan-kesulitan matematika yang sering dihadapi oleh penyandang disleksia cukup bervariasi, sehingga satu individu disleksia bisa menunjukkan banyak kesulitan, namun individu disleksia lain mungkin menunjukkan diskalkulia ringan saja.
Berikut adalah berbagai aspek kesulitan yang mungkin ditemukan pada anak penyandang diskalkulia:
• Membaca kalimat dalam soal matematika
o Anak disleksia-diskalkulia mengalami kesulitan dalam memaknai kata-kata / istilah-istilah yang sering tampil dalam soal-soal matematika. Anak sulit memahami pengertian-pengertian sebagai berikut: ‘kurang lebih sama dengan’, ‘ diantaranya’, ‘ sejajar’, ‘ jalan lain, ‘sama banyak dengan’, ‘ di pinggir’, ‘ di atas dari’, ‘ di bawah dari’, ‘ di samping dari’, ‘ jauh dari’, ‘ seimbang’, ‘sama dengan’, ‘ lebih besar dari’, ‘ lebih tinggi dari ‘, ‘di depan dari’, ‘di sudut dari ‘, ‘perkirakan’, ‘kurang dari’, ‘garis yang simetris’, ‘ganjil’, ‘genap’, ‘simetris’, ‘rata-rata’, ‘secukupnya’, dll
• Membaca angka, membaca angka dari kanan, menyalin angka
o Sesuai dengan karakteristik disleksianya, anak seringkali salah “lihat” angka, lalu salah menyalinnya. Sering pula dijumpai mereka tidak dapat mengelompokkan angka dari kanan pada angka dengan jumlah digit yang banyak, misalnya: 752250, seharusnya dituliskan sebagai 752.250.
• Memahami nilai satuan, puluhan, ratusan sehingga menyulitkan pada penulisan, apalagi pada operasi perhitungan yang lebih kompleks lainnya misalnya pada operasi penjumlahan ke bawah, mereka menyusun nilai satuan di kelompok puluhan, atau nilai ratusan di puluhan.
• Mengenali simbol operasi perhitungan
o Anak disleksia-diskalkulia mengalami kesulitan untuk memahami symbol (+), (-), (x), (:), dan symbol-simbol lain yang lebih rumit. Soal-soal yang ditulis dengan symbol (-), mungkin malah dikerjakan selayaknya instruksi (+). Bahkan pada sebagian anak dengan gangguan berat, mereka merasa tidak yakin apakah yang dimaksud dengan “bertambah” atau “berkurang”.
• Mengidentifikasi bentuk, apalagi jika bentuknya dibolak balik (missal: segitiga sama sisi, segitiga sama kaki)
• Mengenali dan memahami tanda “,” sebagai tanda desimal
• Menghitung ke depan dan ke belakang
• Melakukan perhitungan di luar kepala
• Membaca, memahami dan mengingat “time table”
• Mengatakan hari dalam seminggu, bulan dalam setahun
• Menyebutkan waktu dan memahami konsep waktu
• Memahami konsep uang
• Menggunakan kalkulator dengan benar
• Memahami persentase
• Mengestimasi
• Menggunakan rumus
• Menggunakan rumus yang sama untuk soal yang berbeda
Selain kesulitan memahami bahasa matematika , anak disleksia-diskalkulia juga mengalami kesulitan dalam memaknai istilah-istilah non matematika, hal ini yang membuat mereka semakin susah menyelesaikan soal-soal matematika, terutama yang berbentuk soal cerita.
Contoh:
• Untuk belajar membuat robot, Ayah harus membayar seratus ribu rupiah untuk empat kali pertemuan dimana satu kali pertemuan adalah 2 jam lamanya.
• Anak disleksia bingung memaknai istilah “dimana”, “lamanya”
Apa yang dapat kita lakukan bagi penyandang disleksia-diskalkulia?
• Gunakan bahasa matematika yang lebih sederhana, jelas dan lebih mudah dipahami anak disleksia
• Latih anak untuk memahami dan menguasai simbol angka, dan symbol operasi perhitungan matematika
• Bantu anak memahami soal cerita dengan cara menghadirkan benda-benda yang disebutkan dalam soal secara visual à Belajar praktikal
• Gunakan kertas berpetak untuk membantu operasi perhitungan susun ke bawah
• Lakukan fragmentasi soal cerita yang panjang menjadi kalimat kalimat pendek yang mudah dipaham.
• Latih anak untuk mengerti dan menguasai konsep uang, misalnya dengan berlatih berbelanja sendiri mulai dari sejumlah barang yang sedikit sampai dengan yang cukup banyak
• Kertas kerja dibacakan dan direkam dalam audio tape, anak membaca sambil menyimak audio tape
• Gunakan buku agenda untuk mencatat kegiatan kegiatan dan pekerjaan rumah
• Yakinkan bahwa instruksi disampaikan dengan jelas, perlahan sehingga murid mengerti
• Gunakan kertas untuk menutup soal yang sudah atau belum dikerjakan, soal yang terlihat hanya soal yang sedang dikerjakan
Selain pendekatan khusus untuk aspek diskalkulianya, jangan lupakan strategi pembelajaran umum bagi anak penyandang disleksia yaitu digunakan pendekatan multisensoris (dapat berupa bantuan gambar, audiotape, dll), mengajarkan anak untuk menggunakan logikanya, bukan menghafal mati, berikan materi bertahap satu per satu, dan berikan materi dalam unit-unit kecil. Hal lain yang tidak boleh dilupakan adalah memperhatikan aspek emosi anak. Selalu berikan semangat dan pujian pada setiap usaha perbaikan yang telah mereka tunjukkan.
http://indigrow.wordpress.com/2010/03/18/%E2%80%9Cdiskalkulia-apakah-selalu-mengikuti-disleksia%E2%80%9D/



GANGGUAN ELIMINASI :
Gangguan Enuresis
Latar belakang
Enuresis merupakan kondisi dimana anak mengompol di malam hari selama tidur saat anak seusianya sudah mampu menahan kencing atau saat anak tersebut baru bisa menahan kencing tidak lebih dari 6 bulan berturut-turut sebelum enuresis mulai terjadi pada anak.1 Prevalensi keseluruhan enuresis nokturnal diperkirakan sekitar 12,3% dengan enuresis derajat ringan, 2,5% dengan enuresis derajat sedang dan 3,6% dengan enuresis derajat berat.2 Kurangnya konsensus internasional dan definisi yang tidak pasti mengenai konsep, terminologi, dan klasifikasi enuresis nokturnal merupakan tantangan dalam memahami beberapa penelitian yang ditemukan di literatur. Selain itu, enuresis juga sering ditemui di masyarakat dengan berbagai persepsi dan cara pengobatannya. Dengan konsep, terminologi, dan klasifikasi yang jelas, pengobatan pasien enuresis dapat diberikan dengan tepat.3
Prevalensi enuresis primer lebih tinggi pada laki-laki dan menurun sesuai dengan usia penderita. Pada usia 5 tahun, sekitar 23% anak seringkali mengompol di tempat tidur. Pada usia 7 tahun, sekitar 20% anak masih mengompol. Pada usia 10 tahun, hanya 4% anak saja yang masih mengompol. Sedangkan pada masa remaja, tepatnya di usia 18 tahun, enuresis primer hanya terjadi sekitar 1-2%. Kasus enuresis sekunder hanya mencakup 25% kasus enuresis.4
Belum pernah dilaporkan adanya kematian akibat enuresis tetapi anak dengan enuresis rentan untuk menimbulkan kasus penganiayaan anak oleh orang tua atau pengasuhnya pada situasi tertentu. Enuresis dapat menimbulkan morbiditas berupa stress psikososial. Selain itu, enuresis juga dihubungkan dengan adanya masalah-masalah yang cukup berat dalam keluarga. Ruam berat di perineum, genital, dan abdomen bawah juga terjadi pada pasien dengan enuresis. Ruam tersebut berpotensi menyebabkan kulit lecet dan infeksi kulit meskipun hal ini jarang terjadi.5
Sayangnya, hanya sekitar 36% pasien enuresis yang datang untuk meminta pertolongan medis meskipun anak dengan enuresis ini seringkali sudah mengalami gangguan kesehatan emosional. Padahal attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD), atau lazim dikenal dengan istilah ‘anak hiperaktif’, seringkali dikaitkan erat dengan enuresis ini. Dengan demikian, para penyandang profesi kesehatan anak harus rutin melakukan skrining terhadap ada/tidaknya enuresis dan pengaruhnya terhadap perkembangan emosional anak dan keluarga.6
Enuresis ini merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dikeluhkan oleh orang tua. Adanya berbagai masalah yang terjadi secara sekunder akibat enuresis ini tidak luput dari perhatian para klinisi untuk ditangani secara medis. Berikut ini akan dipaparkan tinjauan pustaka tentang enuresis pada anak.


Terminologi, definisi dan klasifikasi
Enuresis merupakan kata dari bahasa Yunani yang berarti “membuat air”. Istilah ini digunakan sebagai istilah medis untuk mengompol, baik saat malam hari (nokturnal) maupun siang hari (diurnal). Istilah enuresis ini lebih sering dianggap mewakili enuresis saat tidur malam hari atau lazim disebut primary nocturnal enuresis (PNE) atau enuresis nokturnal. Enuresis nokturnal merupakan kondisi dimana anak yang sudah mampu menahan kencing saat terjaga tetapi mengompol saat tertidur. Sumber pustaka lainnya secara rinci menyebutkan bahwa syarat enuresis adalah anak berusia 5 tahun ke atas yang mengompol setidaknya 1-2 kali seminggu selama minimal 3 bulan. Namun, disebutkan pula bahwa PNE merupakan kondisi dimana anak mengompol di malam hari selama tidur saat anak seusianya sudah mampu menahan kencing atau saat anak tersebut baru bisa menahan kencing tidak lebih dari 6 bulan berturut-turut sebelum enuresis mulai terjadi pada anak.1
Untuk membedakan enuresis nokturnal dan diurnal, International Children’s Continence Society baru-baru ini mempublikasikan standardisasi terminologi enuresis. Mereka mendefinisikan enuresis sebagai segala bentuk gejala mengompol yang terjadi dalam jumlah diskret pada malam hari, terlepas apakah hal tersebut berhubungan/tidak dengan gejala mengompol di siang hari. Hal ini perlu dibedakan dengan inkontinensia yang didefinisikan sebagai kebocoran urin tak terkendali yang terjadi secara intermiten atau kontinu dan terjadi setelah status kontinensia pernah tercapai. Inkontinensia kontinu berarti kebocoran urin konstan, seperti pada anak dengan ureter ektopik atau kerusakan iatrogenik pada sfingter eksterna. Sedangkan inkontinensia intermitten adalah kebocoran urin dalam jumlah diskret selama siang, malam, atau keduanya. Bentuk inkontinensia intermitten yang terjadi minimal di malam hari inilah yang mereka istilahkan dengan enuresis. Mereka juga menyebutkan bahwa kebocoran urin yang terjadi selama siang hari tidak lagi disebut sebagai enuresis diurnal tetapi sekarang disebut sebagai inkontinensia pada siang hari. Istilah lain yang perlu dibedakan dengan enuresis adalah dysfunctional voiding dimana terdapat inkompetensi kontraksi otot untuk menahan urin dan biasanya dihubungkan dengan konstipasi. Istilah ini juga merujuk pada sindroma eliminasi disfungsional.
Berdasarkan derajat penyakit, enuresis nokturnal terbagi menjadi derajat ringan (enuresis pada 1-6 malam di bulan terakhir), derajat sedang (enuresis pada 7 malam atau lebih di bulan terakhir dan tidak setiap malam), dan derajat berat (enuresis setiap malam). Sedangkan berdasarkan jumlah gejala yang dikeluhkan, enuresis dapat dibagi menjadi tipe monosimptomatik dan non-monosimptomatik. Anak dengan enuresis monosimptomatik hanya mengompol di malam hari dan tidak ada gejala inkontinensia pada siang hari. Sedangkan anak dengan enuresis non-monosimptomatik mengalami inkontinensia pada siang hari selain mengompol di malam hari. Enuresis non-monosimptomatik ini lebih sering terjadi karena kebanyakan pasien biasanya pernah mengalami gejala inkontinensia pada siang hari tetapi seringkali tidak cukup bermakna (subtle) untuk dikeluhkan. Hal ini baru diketahui jika anamnesis dilakukan dengan teliti.


Berdasarkan jelas/tidaknya penyebab, enuresis juga dapat dibagi menjadi enuresis primer dan enuresis sekunder. Enuresis primer didiagnosis pada individu yang belum pernah mengalami status kontinensia sejak lahir atau mengalami status kontinensia tidak lebih dari 6 bulan berturut-turut. Sedangkan enuresis sekunder didiagnosis pada individu yang telah mengalami periode kontinensia minimal 6 bulan berturut-turut sebelum onset enuresis. Manifestasi klinis enuresis primer yang sama dengan enuresis sekunder menunjukkan adanya kesamaan patogenesis umum pada kedua jenis enuresis tersebut. Oleh karena luasnya cakupan pembahasan mengenai enuresis sekunder yang merupakan akibat atau bagian dari gambaran klinis penyakit lain, makalah tinjauan pustaka ini akan lebih banyak menitikberatkan pembahasan enuresis primer yang bersifat monosimptomatik.
Faktor risiko, etiologi dan patofisiologi
Beberapa faktor risiko yang terbukti berkaitan dengan enuresis derajat berat adalah inkontinensia pada siang hari, enkopresis, disfungsi kandung kemih dan jenis kelamin laki-laki. Sedangkan stress emosional dan masalah sosial dikaitkan dengan enuresis nokturnal derajat sedang.2 Enuresis dilaporkan terdapat pada sekitar 18,5% anak-anak yang bersekolah di siang hari dan pada sekitar 11,5% anak-anak yang ‘bersekolah’ di rumah. Prevalensi enuresis meningkat pada anak yang tinggal di desa, dengan pendapatan rendah dan dengan riwayat keluarga enuresis. Setelah dilakukan analisis multivariat, riwayat infeksi saluran kemih, usia, pendapatan bulanan rendah dan riwayat keluarga enuresis adalah faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan enuresis. Sekitar 46,4% orang tua dan 57,1% anak dengan enuresis memberikan perhatiannya terhadap dampak dari enuresis ini.11
Seorang dokter harus menyadari bahwa PNE adalah diagnosis ‘keranjang sampah’ dan semua penyebab mengompol yang lain harus disingkirkan terlebih dahulu. Penyebab-penyebab enuresis sekunder antara lain neurogenic bladder dan kelainan medula spinalis lain yang terkait, infeksi saluran kemih, adanya katup uretra posterior pada laki-laki atau ureter ektopik pada perempuan.
Tabel 1. Etiologi primary nocturnal enuresis.
Faktor Patofisiologi Bukti penelitian
Penundaan perkembangan Penundaan maturasi fungsi sistem saraf pusat yang menyebabkan gangguan bangun tidur Tinggi angka remisi spontan ketika anak semakin dewasa, penelitian pada hewan.
Genetik Tidak jelas Riwayat keluarga, identifikasi gen, analisis hubungannya
Gangguan tidur Tidur dalam Penelitian tentang tidur
Gangguan perilaku dan psikologik Tidak jelas Lebih dominan sebagai akibat daripada sebagai penyebab
Anatomi Tidak ditemukan Anak dengan primary nocturnal enuresis memiliki pemeriksaan fisik yang normal
Kadar hormon antidiuretik Kadarnya rendah saat malam hari pada anak dengan primary nocturnal enuresis yang menyebabkan overproduksi urin Penelitian tentang hormonal.
Enuresis dapat terjadi tanpa sebab yang jelas atau idiopatik. Jika hal ini didapati, faktor patofisiologik yang patut diduga adalah gangguan bangun tidur, poliuria nokturnal, dan kapasitas nokturnal kandung kemih yang kurang. Gangguan bangun tidur adalah kondisi dimana anak tidak terbangun oleh rangsang suara yang biasanya direspon oleh anak normal, sehingga pada kasus enuresis, diduga anak tidak terbangun oleh distensi kandung kemih oleh urin. Sedangkan poliuria nokturnal adalah buang air kecil berlebihan pada malam hari yang ditentukan oleh faktor-faktor seperti jumlah makanan/cairan yang dikonsumsi sebelum tidur, sekresi antidiuretic hormone (ADH) yang rendah pada malam hari, peningkatan ekskresi cairan pada malam hari, dan kelebihan asupan kafein. Sedangkan kapasitas fungsional kandung kemih yang rendah dikaitkan dengan dengan banyaknya keluaran urin pada malam hari. Hal in terjadi karena anak dengan enuresis memiliki volume kandung kemih nokturnal yang lebih kecil. Selain itu, otot detrusor anak juga mengontraksikan kandung kemih ke volume yang lebih kecil lagi pada malam hari.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Evaluasi enuresis nokturnal dimulai dengan anamnesis. Penting untuk menentukan apakah enuresis merupakan primer atau sekunder. Pola enuresis juga harus ditentukan, yaitu mencakup berapa malam per minggu dan berapa kali (episode) per malam. Pola asupan cairan malam hari harus dicatat, demikian pula asupan kafein jika ada.
Tabel 2. Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik serta interpretasinya.
Gejala, tanda, kondisi Interpretasi yang mungkin Rujukan ke dokter spesialis
Sering buang air kecil Penurunan kapasitas kandung kemih Ya
Nokturia Penurunan kapasitas kandung kemih Ya
Urgensi urinaria Ya
Inkontinensia di siang hari Ya
Kelainan aliran kemih atau interuptus Ya
Urin merembes pada popok Poliuria nokturnal Tidak
Urin volume besar pada buang air kecil pertama pagi hari Poliuria nokturnal Tidak
Asupan air siang hari sedikit, haus saat pulang sekolah, mayoritas asupan air pada sore atau malam hari Poliuria nokturnal Tidak
Haus, poliuria Poliuria nokturnal, kemungkinan diabetes melitus atau diabetes insipidus Tidak
Sistitis Penurunan kapasitas kandung kemih Ya
Konstipasi atau enkopresis Penurunan kapasitas kandung kemih Ya
Mendengkur Gangguan bangun tidur Ya
Tinja keras di abdomen Konstipasi Ya
Tidak adanya jepitan anus Neurogenic bladder Ya
Kelainan kulit lain di daerah vertebra lumbosakral Neurogenic bladder Ya
Tidak ada perbaikan dengan terapi Ya
Anamnesis harus mencakup pertanyaan mengenai poliuria, polidipsia, urgensi, frekuensi, disuria, kelainan aliran urin, riwayat infeksi saluran kemih, mengompol spontan, dan keluhan saluran cerna (15% anak dengan enuresis juga mengalami enkopresis). Riwayat gangguan tidur seperti sleep apnea atau insomnia dan riwayat neurologik maupun perkembangan harus ditanyakan. Riwayat keluarga juga membantu investigasi enuresis.
Pemeriksaan fisik harus mencakup palpasi abdomen untuk menilai ada/tidaknya massa tinja, pemeriksaan tulang belakang segmen bawah untuk menilai ada/tidaknya stigmata kutaneus disrafisme spinalis (pigmentasi pada linea vertebralis), penilaian jepitan anus, dan evaluasi kekuatan motorik, tonus, refleks, dan sensasi di tungkai untuk membuktikan ada/tidaknya neurogenic bladder. Anak-anak yang mengalami gejala mengompol di siang hari atau tidak membaik dengan terapi harus dirujuk ke dokter spesialis anak.
Pemeriksaan penunjang
Urinalisis adalah pemeriksaan yang paling penting untuk skrining anak dengan enuresis. Anak-anak dengan sistitis biasanya memiliki bukti adanya leukosit atau bakteri pada urinalisis mikroskopik. Anak-anak dengan overactive bladder atau dysfunctional voiding, obstruksi uretra, neurogenic bladder, ureter ektopik, atau diabetes melitus merupakan predisposisi terjadinya sistitis. Jika ditemukan bukti sistitis pada urinalisis, urin harus dikirim untuk kultur dan uji sensitifitas. Obstruksi uretra dihubungkan dengan adanya sel darah merah pada urin. Adanya glukosa menunjukkan kemungkinan diabetes melitus. Pengambilan urin acak atau urin pagi hari dengan berat jenis lebih dari 1,020 menyingkirkan diabetes insipidus. Pemeriksaan darah pada pasien enuresis biasanya tidak dibutuhkan kecuali dicurigai ada kondisi lain yang menjadi indikasi pemeriksaan tersebut.
Penatalaksanaan
Terapi perilaku (behavioral therapy) merupakan salah satu terapi yang disarankan untuk pasien enuresis. Pada terapi ini, anak dibiasakan untuk buang air kecil lebih sering dan terjadwal serta membiasakan anak untuk buang air besar setelah sarapan pagi. Hal ini tentu memerlukan motivasi terus-menerus dan dievaluasi setiap 6 bulan. Anak juga dapat diajarkan untuk belajar merelaksasi kandung kemih dan dasar pelvisnya.
Pada sebuah penelitian tanpa kontrol, keberhasilan dalam menangani konstipasi, tanpa adanya intervensi lain, menyebabkan resolusi enuresis pada 63% dari 41 pasien. Obat yang mampu melunakkan tinja membantu meningkatkan keteraturan peristaltik untuk mengoptimalkan pengosongan usus. Pemberian polietilen glikol, yang tidak berasa bagi hampir semua anak dan memiliki efek samping yang minimal, merupakan cara yang efektif mengatasi konstipasi dibandingkan dengan plasebo.
Tabel 3. Rekomendasi penggunaan terapi perilaku.
 Lepaskan celana dalam dan kondisikan anak untuk buang air kecil di toilet setiap pagi hari.
 Dorong anak untuk tidak menahan kencing.
 Kerjasama dengan pihak sekolah untuk menyediakan toilet yang nyaman digunakan oleh anak.
 Dorong anak untuk buang air besar setiap hari, terutama setelah makan pagi dan sebelum berangkat sekolah.
 Dorong anak makan makanan yang melunakkan tinja dan mencegah makanan yang mengeraskan tinja.
 Dorong anak untuk buang air kecil minimal sekali per 2 jam, minimal beberapa kali selama hari sekolah, dan cukup sering untuk mencegah urgensi dan inkontinensia.
 Biarkan anak minum air sebebasnya selama pagi dan awal siang hari, minimal total 30 mL per kg berat badan.
 Minimalisir asupan air dan minuman setelah makan malam kecuali anak ikut aktifitas sosial atau olahraga di malam hari.
 Dorong anak mengimbangkan aktifitas fisik dan mengurangi duduk lama di depan televisi atau komputer.
 Buat anak berada dalam posisi duduk/jongkok yang optimal di toilet untuk merelaksasikan otot dasar panggul dan mempermudah pengosongan usus (duduk di tengah toilet dengan tumit rata di lantai atau di pijakan kaki).
Keterangan:
† Rekomendasi berdasarkan pengalaman klinis, bukan rendomized trials.
‡ Rekomendasi berdasarkan penelitian Nevéus et al.
Terapi alarm adalah alternatif lain untuk pengobatan enuresis. Dengan terapi ini, anak dibangunkan tepat pada saat dimana dia akan buang air kecil. Terapi alarm ditujukan untuk memperbaiki kemampuan bangun dari tidur baik oleh kondisi klasik atau pengaruh lainnya.9 Terapi alarm seringkali dapat menghentikan enuresis tetapi anak-anak masih berkemungkinan mengalami penurunan kapasitas kandung kemih yang membuat anak bangun malam hari. Pendekatan terapeutik ini memerlukan waktu 3-6 bulan untuk bekerja dan sekitar 50% anak tidak enuresis lagi bahkan setelah terapi dihentikan.


Tabel 4. Rekomendasi penggunaan terapi alarm.
 Gunakan sebagai terapi lini pertama sebelum meresepkan obat-obatan.
 Lanjutkan terapi minimal 2-3 bulan.
 Bangunkan anak dengan alarm setiap malam.
 Dorong anak dan orang tua untuk ikut serta.
 Karena anak-anak dengan cepat belajar untuk mematikan alarm dan kembali tidur, orang tua harus ikut terbangun setiap alarm berbunyi untuk memastikan anak tidak melakukannya.
 Buat anak ke kamar mandi dan buang air kecil setiap alarm berbunyi.
 Informasikan keluarga bahwa beberapa minggu pertama terapi adalah masa paling sulit, susun jadwal follow up lebih dini untuk mengawasi perkembangan dan mengatasi masalah lainnya.
 Informasikan keluarga bahwa kegagalan anak untuk bangun atau orang tua untuk membangunkan anak adalah alasan paling sering terjadinya kegagalan terapi alarm.
Keterangan: rekomendasi didapatkan dari Glazener et al. Terapi ini efektif pada ? anak (4-55% relaps).
Terapi farmakologik terdiri atas desmopressin, antikolinergik, dan antidepressan trisiklik. Desmopressin dapat mengurangi poliuria nokturnal. Sediaannya yang dalam bentuk sprai nasal memiliki waktu paruh yang panjang sehingga perlu diwaspadai kemungkinan intoksikasi air dan hiponatremia. Formulasi oral lebih aman digunakan dengan waktu paruh yang pendek. Anak-anak memerlukan pembatasan cairan sebelum tidur ketika menggunakan obat ini. Obat ini tidak dapat menambah kapasitas kandung kemih.
Antikolinergik dapat menjaga stabilitas dan meningkatkan kapasitas kandung kemih. Penggunaan antikolinergik akan bermanfaat jika dikombinasikan dengan desmopressin. Anak-anak dengan pengobatan ini harus konsultasi ke dokter lebih rutin karena kemungkinan efek samping penggunaannya. Antidepressan trisiklik (contohnya, imipramin) hanya digunakan ketika terapi lain gagal. Perubahan afek dan gangguan tidur sering terjadi pada pasien enuresis. Antidepressan trisiklik juga dapat membawa risiko kematian akibat overdosis dan bekerja hanya pada 20% kasus.






Tabel 5. Rekomendasi penggunaan terapi farmakologik.
Karakteristik Desmopressin Agen antikolinergik Imipramin dan agen trisiklik lainnya
Evidence-based Ya Tidak Ya
Mekanisme Mengurangi poliuria nokturnal Meningkatkan kapasitas kandung kemih, menurunkan overaktifitas detrusor Tidak jelas
Pertimbangan Gunakan sebagai lini pertama terapi farmakologik, pertimbangkan untuk situasi tertentu (berkemah, dll) Gunakan sebagai lini kedua terapi farmakologik untuk anak-anak yang tidak berespon terhadap lini pertama, pertimbangkan untuk dikombinasi dengan desmopresin Gunakan hanya sebagai lini ketiga terapi farmakologik ketika semua pilihan terapi gagal
Efikasi Mengompol berhenti pada 3-48% subjek penelitian, bekerja sebagai pengontrol bukan penyembuh, dapat relaps setelah pengobatan berhenti Bekerja sebagai pengontrol bukan penyembuh, dapat relaps setelah pengobatan berhenti Mengompol berhenti pada 20% subjek penelitian, bekerja sebagai pengontrol bukan penyembuh, dapat relaps setelah pengobatan berhenti
Dosis Tablet: 200-600 µg 1 jam sebelum tidur; Formulasi cepat larut: 120-360 µg 30-60 menit sebelum tidur (pertimbangkan sediaan ini untuk anak yang sulit menelan tablet) Tablet atau sirup oksibutinin: 5 mg atau 0,1 mg/kg sebelum tidur; tablet tolterodine: 2 mg sebelum tidur Tablet: 25-50 mg sebelum tidur, tidak lebih dari 75 mg sebelum tidur
Efek samping Intoksikasi air disertai sakit kepala, mual, muntah, penurunan kesadaran, kejang; formulasi nasal-spray dengan label peringatan kotak hitam dibuat karena peningkatan risiko intoksikasi air, tidak direkomendasikan Konstipasi, mulut kering, mata kabur, muka memerah, intoleransi panas, perubahan afek, peningkatan residu urin Perubahan afek, mual, gangguan tidur, kardiotoksik dengan potensi kematian akibat overdosis, obat harus disimpan dengan baik, jauhkan dari jangkauan anak-anak
Interaksi obat NSAIDs dan antidepressan dapat menyebabkan tambahan retensi cairan
Desmopressin memang telah diterima sebagai terapi medikamentosa untuk terapi enuresis nokturnal primer yang monosimptomatik. Namun, beberapa pasien ditemukan tidak berespon terhadap terapi ini. Pada pasien ini, dapat diberikan alternatif kombinasi desmopressin dan terapi antikolinergik. Untuk menguji efikasi kombinasi ini, Austin et al melakukan penelitian mengenai hasil akhir atas kombinasi terapi ini. Setelah 1 bulan terapi, terdapat penurunan signifikan angka rata-rata terjadinya enuresis pada kelompok subjek yang mendapat kombinasi terapi dibandingkan plasebo. Dengan pendekatan rumus, diperkirakan adanya penurunan signifikan 66% risiko enuresis dibandingkan dengan plasebo.
Radmayr et al melakukan penelitian terhadap 36 penelitian acak atas 20 anak berusia antara 5 dan 16 tahun yang mendapat terapi akupunktur atau desmopressin saja dan melakukan evaluasi setelah 6 bulan terapi. Sekitar 75% dan 65% pasien tidak lagi mengalami enuresis. Tidak adanya perbedaan signifikan di antara kedua modalitas terapi pada penelitian ini menunjukkan bahwa akupunktur dapat menjadi alternatif terapi. Akupunktur diduga memicu perubahan homeostatik dengan menguatkan chi ginjal dan limpa serta meregulasi otak. Namun, peneliti tidak menyebutkan secara jelas bagaimana mekanisme yang rinci mengenai penguatan ginjal dan limpa serta regulasi otak ini. Sayangnya, penelitian yang mendukung efektifitas akupunktur pada pasien enuresis dilakukan dengan jumlah subjek penelitian yang sedikit dan desain penelitiannya tidak menggunakan kontrol sehingga sulit untuk menarik kesimpulan apakah akupunktur dapat direkomendasikan pada pasien enuresis.
Komplikasi dan prognosis
Pada enuresis primer, masalah psikologis hampir selalu menjadi akibat dari penyakit ini dan jarang sekali sebagai penyebabnya. Sebaliknya, masalah psikologis merupakan penyebab yang mungkin didapati pada enuresis sekunder. Komorbiditas masalah perilaku adalah 2-4 kali lebih tinggi pada anak dengan enuresis di semua penelitian epidemiologik. Dampak emosional enuresis pada anak dan keluarga juga dapat terjadi.
Anak-anak dengan enuresis lebih sering dihukum dan berisiko mengalami perlakuan kasar secara fisik dan emosional. Beberapa penelitian melaporkan adanya perasaan malu dan kecemasan pada anak-anak dengan enuresis, kehilangan kepercayaan diri dan berpengaruh terhadap persepsi diri, hubungan interpersonal, kualitas hidup, dan prestasi di sekolah. Dampak negatif yang signifikan pada kepercayaan diri dilaporkan bahkan pada anak dengan episode enuresis satu kali per bulan saja.5 Sebuah penelitian potong lintang (cross-sectional study) dilakukan terhadap 149 pasien berusia antara 6 dan 18 tahun yang didiagnosis enuresis nokturnal primer monosimptomatik. Delapan puluh sembilan persen (n=132) pasien mengalami kekerasan akibat mengompol. Semua kasus ditandai oleh adanya hukuman verbal (caci maki) yang berhubungan atau tidak berhubungan dengan tipe agresi. Hukuman fisik tanpa kontak terjadi pada 50,8% kasus sedangkan hukuman fisik yang disertai kontak terjadi pada 48,5% kasus. Pelaku utama kekerasan adalah ibunya sendiri (87,9%). Terdapat korelasi yang signifikan antara tingkat pendidikan pelaku dan beratnya hukuman.
Tingkat kesembuhan spontan untuk anak-anak yang tidak diobati adalah 15% per tahun. Ketika enuresis merupakan satu-satunya gejala yang dikeluhkan, terapi perilaku atau terapi alarm dapat bersifat kuratif untuk masalah ini. Desmopressin asetat dapat mengendalikan enuresis pada 55% anak. Ketika gejala ini juga terjadi pada siang hari, prognosisnya akan bergantung pada penyebab yang mendasarinya. Prognosisnya sempurna jika enuresis terjadi akibat sistitis, ureter ektopik, apneu obstruktif saat tidur, diabetes melitus, diabetes insipidus, penyakit dengan gejala kejang, blok jantung, atau hipertiroidisme. Enuresis akibat sistitis harus diatasi dengan terapi antibiotik yang tepat. Sedangkan ureter ektopik, apneu obstruktif saat tidur, dan blok jantung berespon terhadap intervensi bedah.
Tabel 6. Prevalensi kesulitan koordinasi motorik anak dengan enuresis.
Penilaian guru terhadap koordinasi anak Enuresis sebelum usia 7 tahun Enuresis pada usia 11 tahun Tidak ada masalah enuresis
Di usia 7 tahun: 1.035 anak 540 anak 10.084 anak
Kendali tangan buruk 6,4 % 10,2 % 3,5 %
Gaduh gelisah 9,8 % 15,4 % 5,6 %
Koordinasi buruk 4,4 % 5,2 % 2,0 %
Gemetaran 2,9 % 3,9 % 1,8 %
Di usia 11 tahun: 972 anak 509 anak 9.423 anak
Kendali tangan buruk 4,2 % 6,1 % 2,4 %
Gaduh gelisah 5,1 % 8,3 % 3,3 %
Koordinasi fisik buruk 4,0 % 4,6 % 2,2 %
Diabetes mellitus, diabetes insipidus, dan hipertiroidisme berespon terhadap intervensi medikamentosa yang spesifik. Enuresis akibat overactive bladder atau dysfunctional voiding biasanya dapat teratasi tetapi inkotinensia pada siang hari dapat berlanjut hingga masa pubertas dan dewasa pada sekitar 20% pasien. Prognosis enuresis akibat neurogenic bladder tergantung pada penyebab neurologik dan apakah pasien dapat menjalani pembedahan atau tidak.5 Enuresis di masa kecil berhubungan dengan timbulnya gejala sisa di usia dewasa, contohnya dalam hal fungsi sosial, pencapaian pendidikan, dan eksistensi diri secara psikologik. Sebuah penelitian menunjukkan penundaan perkembangan koordinasi motorik pada anak dengan riwayat enuresis di usia 7 dan 11 tahun.

Pencegahan
Alasan terpenting untuk mengobati anak dengan enuresis adalah untuk memperbaiki hilangnya kepercayaan diri dan masalah-masalah psikologik sekunder atau masalah-masalah perilaku yang berkembang akibat enuresis.5 Pencegahan enuresis hampir sama dengan terapi perilaku yang diberikan pada anak dengan diuresis. Anak harus dibiasakan untuk buang air kecil di toilet setiap pagi hari dan didorong agar tidak terbiasa menahan kencing. Kondisi-kondisi yang membuat anak tidak nyaman untuk menggunakan toilet sedapat mungkin dihindari. Karena konstipasi dapat menjadi faktor predisposisi enuresis, pencegahannya juga dapat mencegah terjadinya enuresis. Dengan demikian, anak juga harus dibiasakan untuk buang air besar setelah makan pagi, diet kaya serat, dan tidak terbiasa menahan buang air besar. Anak harus mengurangi minum setelah makan malam sehingga anak harus dibebaskan minum pada pagi dan awal siang hari.
Kesimpulan
Enuresis merupakan kondisi dimana anak mengompol setelah mampu menahan kencing dan ke toilet sendiri minimal 6 bulan berturut-turut sebelum onset enuresis. Anak harus berusia 5 tahun ke atas dan mengompol setidaknya 1-2 kali seminggu selama minimal 3 bulan. Enuresis dibagi menjadi enuresis primer dan sekunder. Enuresis primer dikaitkan dengan gangguan bangun tidur, poliuria nokturnal, dan kapasitas nokturnal kandung kemih yang kurang. Sedangkan enuresis sekunder disebabkan oleh neurogenic bladder dan kelainan medula spinalis yang terkait, infeksi saluran kemih, serta adanya katup uretra posterior pada laki-laki atau ureter ektopik pada perempuan.
Dasar diagnostik enuresis mencakup anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, terutama urinalisis. Sedangkan penatalaksanaan enuresis antara lain terapi perilaku, terapi alarm, dan terapi farmakologik, yaitu desmopressin, antikolinergik, dan antidepressan trisiklik.
http://imsj.globalkrching.com/enuresis/

Ngompol (Enuresis)
Ngompol (Enuresis) adalah pengeluaran urin tanpa disadari ketika tidur. Dapat terjadi pada banyak anak-anak maupun remaja, dan kadang-kadang bahkan pada orang dewasa. Tidak perlu diteliti kalau ini terjadi pada anak dibawah 5 th. Enuresis kadang-kadang ada kaitannya dengan kondisi medis. Setelah dapat mengontrol buang air kecil dengan baikpun kadang-kadang masih bisa terjadi. Tetapi hal ini tidak perlu dikhawatirkan. Kesulitan kontrol dimalam hari, pada kebanyakan kasus, hanya bersifat sementara. Enuresis pada remaja dan dewasa sering disebabkan oleh problem emosi.


Gejala-gejala
1. Kontrol kandung kemih yang buruk.
2. Terlalu lelah.
3. Perasaan marah/jengkel.
4. Usaha latihan toilet yang terlalu semangat dan terlalu dini.
5. Infeksi saluran kemih.
Yang dapat anda lakukan
1. Jangan terlalu dicemaskan atau dilebih-lebihkan.
2. Tindakan terbaik adalah memberi dukungan; bukan mempermalukan, memarahi ataupun menghukum.
3. Batasi minimum 2 jam sebelum waktu tidur.Ingatkan anak supaya pipis dulu sebelum tidur.
4. Bangunkan anak supaya pipis dulu sebelum tidur.Konsultasikan pada dokter jika ini terjadi pada anak yang lebih besar, remaja atau orang dewasa.
Tindakan dokter anda
1. Melakukan pemeriksaan fisik dan pengujian untuk menyingkirkan penyebab medis dan menangani penyebab emosional, kalau ada.
http://www.balita-anda.indoglobal.com/kesehatan-umum.html?start=40

Ngompol
Banyak orang tua mengeluh karena anaknya yang sudah besar masih ngompol saja. Ngompol adalah salah satu dari gejala gangguan jiwa, ada yang hanya malam hari, ada juga yang siang hari. Seharusnya dalam pertumbuhan anak, makin besar makin makin dapat menguasai dirinya dan mengatur bila dan dimana ia harus buang air. Akan tetapi sering terjadi bahwa anak yang tadinya sudah dapat menahan dan mengaturnya, kemudian berubah atau tidak dapat mengaturnya sampai usia belasan tahun, masih ngompol saja. Biasanya hal ini terjadi, sebagai akibat dari gangguan jiwa, tekanan perasaan, atau ingin diperhatikan. Anak yang dimanjakan dan jadi pusat perhatian ibu bapak, berubah menjadi kurang diperhatikan oleh karena adiknya sudah lahir.

Ketidakpuasan si anak atas perlakuan orang tua yang berubah itu, akan menyebabkan ia gelisah dan merasa tertekan, disamping ingin kembali mendapat perhatian seperti dulu. Maka terjadilah secara tidak sadar. Ia buang air kecil sewaktu tidur. Dan mungkin pula yang menderita itu anak yang kecil, karena merasa bahwa kakak-kakaknya lebih mendapat perhatian.






Contoh :
Seorang anak laki-laki berumur 11 tahun, masih ngompol tiap malam, tidak bisa diobati, tidak bisa di marahi, dipukul, di nasehati dan sebagainya. Semuanya tidak ada yang mempan baginya. Disamping ngompol ia juga malas ke sekolah, tidak mau belajar, dan bodoh. Kelakuannya pun nakal, adik-adiknya selalu diganggunya, disamping keras kepala, tidak mau ditegur dan dinasehati.

Dalam penelitian terbukti bahwa orang tua selalu melebihkan dan memuji kakaknya, yang dikatakan pintar, rajin, baik dan sebagainya. Disamping itu orang tua sering memukul dan memarahi anak ngompol itu, karena merasa segala macam keburukan menumpuk pada dirinya seperti pemalas, bodoh, nakal dan ngompol. Dengan memukul dan memarahi itu, diharapkan kelakuannnya itu berubah. Akan tetapi ternyata kelakuan dan penyakitnya bertambah.

Setelah melalui perawatan dan meyakinkan orang tuanya untuk merubah tindakan serta sikapnya terhadap anaknya itu. Maka gejala-gejala tersebut hilang ia tidak nakal lagi, rajin belajar, tidak ngompol, bahkan tergolong anak yang pandai di kelasnya. Jadi ngompol dalam hal ini adalah sebagai akibat dari rasa tidak puas, tapi perasaan itu tidak dapat diungkapkannya sehingga jiwanya menjadi tertekan.
http://www.refleksiteraphy.com/?m=artikel&page=detail&no=57


Kebiasaan Mengompol pada Anak dan Lansia
Umumnya mengompol, yang dalam istilah kedokterannya disebut enuresis, merupakan kebiasaan yang kurang menyenangkan bagi para orangtua itu lebih banyak dijumpai pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Kemungkinan karena faktor aktifitasnya lebih banyak anak laki-laki.

Ngompol atau enuresis dibedakan menjadi dua jenis, yakni primary enuresis dan secondary enuresis. Primary enuresis adalah kebiasaan ngompol tanpa jeda. Kebiasaan ini berlangsung terus menerus, tidak ada fase kering. Sedangkan secondary enuresis ada jedanya. Menurutnya, normalnya anak akan berhenti ngompol setelah berusia 5 tahun atau memasuki usia prasekolah.

Dari hasil penelitian, kebiasaan mengompol berhenti pada siang hari pada umur 1 ½ - 2 tahun, dan pada umur 2 ½ - 3 tahun berhenti mengompol pada malam hari.

Kebiasaan mengompol dapat disebabkan oleh:
1. Gangguan psikologis seperti stres, tertekan, merasa diperlakukan kurang adil, kurang perhatian dll.
2. Gangguan organis seperti infeksi saluran kencing, sumbatan, dll.
3. Terlambatnya kematangan bagian otak yang mengontrol kencing.
4. Gangguan tidur. Biasanya mereka termasuk yang tidurnya sangat nyenyak dan ngompolnya bisa terjadi setiap saat dalam waktu tidurnya.
5. Gangguan kekurangan produksi hormon anti diuretik (= hormon anti kencing) pada malam hari, sehingga pada malam hari produksi air kencing berlebihan.
6. Gangguan genetik pada kromoson 12 dan 13 yang merupakan gen pengatur kencing dan pada kelainan ini ada riwayat keluarga dengan ngompol.
7. Ngorok waktu tidur, akibat adanya pembesaran kelenjar tonsil dan adenoid.

Selain itu faktor emosional dapat juga menyebabkan kebiasaan mengompol pada anak, berupa :
1. Ekspresi daripada perubahan si anak akibat terlalu cepat dilatih dalam toilet training yang terlalu keras dan dini (waktu anak masih kecil).
2. Latihan yang kurang adekwat yaitu tidak secara rutin dilatih.
3. Overproteksi ibu karena anggapan masih terlalu kecil atau terlalu lemah untuk dilatih.
4. Paling penting adalah si anak sedang berusaha mencari perhatian orang tua (terutama ibunya) karena ibu lebih memberi perhatian pada adiknya atau anak baru memperoleh adik lagi.

Mengompol juga dapat disebabkan oleh faktor organik yang merupakan suatu penyakit yaitu Diabetes Insipidus dimana penyakit ini ditandai dengan sering kencing (poliuria) sehingga anak selalu mengompol bila tidur, juga disertai keinginan untuk minum terus (palidipsia). Tanda-tanda lain dari penyakit ini adalah anak lekas marah, sangat letih, dan terdapat keadaan gizi yang kurang baik seperti kegemukan (obesitas) atau sangat kurus (cachexia).

Kebiasaan anak mengompol bukan dari faktor makanan sebagai pemicunya, kemungkinan faktor minuman yang berlebihan diwaktu bermain di sekolah atau dengan teman-temannya di rumah karena aktifitas anak yang banyak mengeluarkan keringat seperti bermain bola.

Dan tidak kalah pentingnya untuk selalu diingatkan kebersihan dini sebelum naik ketempat tidur dengan ke kamar mandi untuk buang air kecil dan mencuci anggota badannya serta pakaian tidur yang tidak terlalu tipis sehingga anak tidak kedinginan waktu tidur.

Penanggulangan

Untuk penanggulangan anak mengompol dapat diambil langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pembatasan jumlah minuman pada waktu malam hari.
2. Orang tua jangan menghukum anak yang ngompol karena dapat menimbulkan gangguan psikologis yang justru akan memperberat ngompol.
3. Membangunkan anak setelah beberapa jam tidur dan dibawa ke kamar mandi untuk kencing.
4. Memasang alarm di tempat tidur, sehingga bila anak ngompol, basah, alarm berbunyi, sehingga anak terbangun dan anak merasa terganggu oleh bunyi alarm dan menjadi tidak ngompol lagi. Dengan cara ini orang tua tahu jam berapa anak biasanya ngompol, sehingga dapat membangunkan dan menyuruh anak kencing beberapa saat sebelum alarm berbunyi.
5. Pengobatan psikologis untuk mencari dan mengatasi faktor psikologis yang diduga menjadi penyebab ngompol.
6. Gunakan obat-obatan, hanya jika benar-benar diperlukan.
7. Bila anak tidur ngorok karena ada pembesaran kelenjar tonsil dan adenoid, maka ia perlu diperiksakan ke dokter spesialis THT untuk kemungkinan dilakukan operasi pembuangan tonsil dan adenoid.

Mengompol pada Lansia

Mengompol tak hanya terjadi pada anak-anak. Orang-orang lanjut usia (lansia) dapat juga mengalaminya. Malah, pada mereka, aktivitas mengompol (inkontinensia urine) tak hanya terjadi di tempat tidur, tetapi juga saat beraktivitas.

Banyak orang menganggap mengompol pada usia lanjut berhubungan dengan melemahnya organ-organ tubuh. Sehingga, mereka mengira itu sebagai hal wajar. Padahal hal tersebut justru tidak boleh diremehkan.
Berdasarkan penyebab, mengompol pada lansia dibedakan menjadi empat jenis. Yaitu, tipe stres, urgensi, over flow, dan fungsional.

Tipe stres terjadi karena melemahnya otot dasar panggul yang menjepit uretra. Ketika perut menekan, otot-otot dasar panggul tak mampu menahan seluruh isi kandung kemih sehingga isinya tumpah.

Tipe urgensi disebabkan oleh berbagai gangguan. Baik gangguan kesadaran, infeksi, stroke, maupun demensia. Tipe tersebut ditandai dengan perasaan tak bisa menahan kencing yang berlebihan. Air seni keburu keluar sebelum sampai di kamar mandi.

Tipe over flow menyerang orang-orang yang terkena tumor prostat. Pada kasus tersebut, tumor yang menyumbat saluran kencing menghalangi aliran air seni. Seperti balon, kandung kemih yang menampung air seni itu lama-kelamaan membesar dan akhirnya tak muat untuk menampung urine.

Tipe fungsional lebih disebabkan oleh keterbatasan gerak. Itu bisa terjadi karena kelumpuhan atau tubuh yang lemah sehingga tak mampu menuju kamar mandi. http://www.smallcrab.com/anak-anak/707-kebiasaan-mengompol-pada-anak-dan-lansia




Masalah Ngompol Pada Anak
Apa itu ngompol?
Ngompol atau sering juga disebut dengan nokturnal enuresis ialah pengeluaran urine yang tidak disadari pada saat tidur. Terkadang definisi ngompol juga digunakan untuk menyebut anak anak yang gagal mengontrol pengeluaran urine saat mereka terjaga.
Apa saja jenis ngompol ?
Menurut terjadinya, ngompol dapat dibagi dua yaitu :
Enuresis/Ngompol Primer – ngompol yang terjadi sejak bayi dan
Enuresis/Ngompol Sekunder – ngompol yang kembali terjadi setelah sang anak tidak pernah ngompol lagi minimal 6 bulan.
Apakah ngompol primer itu?
Ngompol primer terjadi diduga akibat dari keterlambatan proses pematangan sistem saraf pada anak anak. Pada usia 5 tahun, kurang lebih 20% dari anak anak akan ngompol sekali dalam sebulan. Dari jumlah itu, 5% dari anak laki laki dan 1% dari anak perempuan akan ngompol pada malam hari. Memasuki usia 6 tahun, prosentase anak yang ngompol akan berkurang menjadi 10% dan sebagian besar adalah anak laki laki. Prosentase anak yang ngompol setiap tahun akan terus berkurang menjadi setengahnya setelah sang anak melewati usia 5 tahun. Ada pula ahli yang menghubungkan riwayat keluarga dengan ngompol primer ini. Jika salah satu dari orang tuanya mempunyai kebiasaan ngompol maka kemungkinan 45% anaknya akan mempunyai kebiasaan yang sama.
Apa yang menjadi masalah utama dari ngompol primer?
Masalah utama yang dihadapi oleh anak anak pengompol primer adalah ketidakmampuan otak untuk menangkap sinyal yang dikirimkan oleh kandung kencing yang sudah penuh saat sang anak terlelap. Kenyataannya, kapasitas kandung kencing pada anak pengompol lebih kecil daripada anak anak yang normal.
Apakah ngompol primer ada hubungannya dengan masalah emosional?
Beberapa orang tua mempercayai bahwa kebiasaan ngompol primer yang terjadi pada anak anak mereka disebabkan oleh karena faktor emosional. Namun tidak ada penelitian di bidang kedokteran yang mampu membuktikan pernyataan ini.
Bagaimana mengatasi ngompol primer?
Cara mengatasi ngompol primer sangat berhubungan dengan waktu. Kesabaran dan peran serta orang tua sangat diharapkan. Namun tidak sedikit dari mereka yang frustasi dengan lamanya sang anak mengalami ngompol primer dan mencoba melakukan berbagai cara untuk mengatasinya termasuk dengan memberikan penghargaan atau hadiah bila sang anak tidak ngompol. Ternyata tindakan ini cukup berhasil dalam mengatasi ngompol primer. Tujuh puluh lima persen dari anak pengompol primer mengalami kemajuan yang berarti dengan cara ini. Orang tua yang selalu memotivasi anaknya untuk mengontrol kebiasaan ngompol sangat berpengaruh terhadap kemampuan sang anak dalam mengendalikan pengeluaran urine.
Seberapa sering kejadian ngompol sekunder?
Hanya sekitar 2%-3% dari anak pengompol yang kebiasaan ngompolnya disebabkan oleh karena faktor penyakit. Faktor inilah yang menjadi penyebab utama terjadinya ngompol sekunder.
Penyakit apa saja yang menyebabkan ngompol sekunder?
Infeksi saluran kemih, gangguan metabolisme (kencing manis usia dini), tekanan berlebihan pada kandung kencing, dan gangguan saraf tulang belakang. Tekanan yang berlebihan pada kandung kencing terutama disebabkan oleh karena gangguan pengeluaran kotoran sehingga akumulasi kotoran pada usus besar akan menekan kandung kencing.
Bagaimana mendiagnosa penyebab ngompol?
Umumnya, wawancara lengkap tentang riwayat keluhan yang dialami pasien dan pemeriksaan fisik sudah bisa memberikan gambaran tentang penyebab terjadinya ngompol sekunder. Akan lebih lengkap lagi bila ditambahkan dengan pemeriksaan urine dan biakan kuman urine. Pada ngompol sekunder kadang diperlukan pemeriksaan radiologi dan laboratorium yang lebih lengkap.
Bagaimana mengobati ngompol sekunder?
Pengobatan ngompol sekunder sangat tergantung dari penyebab yang mendasarinya. Dengan diobatinya penyakit yang mendasari maka diharapkan gangguan ngompol tidak akan terjadi lagi. Keberhasilan dari pengobatan ini tergantung dari keberhasilan dalam menemukan dan mengobati penyakit yang mendasari tersebut.
http://www.untukku.com/artikel-untukku/masalah-ngompol-pada-anak-untukku.html







Gangguan Enkopresis
Enkopresis

Enkopresis adalah secara tidak sengaja buang air besar, tetapi bukan disebabkan oleh penyakit maupuan kelainan fisik.

Sekitar 17% anak berumur 3 tahun dan 1% anak berumur 4 tahun mengalami enkopresis.
Kebanyakan hal ini terjadi karena anak tidak mau menjalani toilet training. Tetapi kadang enkopresis disebabkan oleh sembelit, yang menyebabkan teregangnya dinding usus dan berkurangnya kesiagaan/kesadaran anak akan ususnya yang telah penuh serta terganggunya pengendalian otot.

Jika penyebabnya adalah sembelit, maka diberikan obat pencahar dan tindakan lainnya agar jadwal buang air besar anak menjadi teratur.
Jika penyebabnya adalah karena tidak mau menjalani toilet trainng, mungkin perlu dilakukan konsultasi dengan psikolog.

Penyebab sembelit kronis yang bisa menyebabkan terjadinya enkopresis:
- Menahan buang air besar karena takut menggunakan jamban
- Tidak mau belajar menggunakan jamban
- Fissura anus (robekan pada lapisan anus yang menimbulkan nyeri)
- Kelainan bawaan (misalnya kelainan korda spinalis atau kelainan anus)
- Penyakit Hirschsprung
- Kadar tiroid yang rendah
- Gizi yang buruk
- Cerebral palsy
- Kelainan psikis pada anak atau keluarganya. http://medicastore.com/penyakit/928/Masalah_Perkembangan_Anak-anak.html

Aduh-aduh.. Kok Adikku ga bisa tahan buat Pup atau BAB yaang ga bisa ditahan yah??
enkopresis non-organik
Pedoman diagnosik
• Ciri diagnostik yang menentukan ialah pengeluaran tinja secara tak layak. Kondisi ini dapat timbul dengan berbagai cara:
a) Mungkin menggambarkan kurang adekuatnya latihan kebersihan (toilet training), atau kurang responsifnya anak terhadap latihan itu; dengan riwayat kegagalan terus menerus untuk memperoleh kemampuan megendalikan gerakan usus;
b) Mungkin mencerminkan suatu gangguan psikologis dengan pengendalian fisiologis buang air besar yang normal, tetapi, karena suatu alas an, terdapat keengganan, perlawanan, atau kegagalan untuk menyesuaikan diri dengan norma social untuk buang air besar di tempat yang layak;
c) Mungkin akibat retensi fisiologis, yang bertumpuk pada peletakkan tinja di tempat tidak layak. Retensi seperti itu mungkin timbul akibat pertentangan antara orang tua dan anak mengenai latihan buang air besar, atau akibat menahan tinja karena nyari akibat saat buang air besar (misalnya akibat fisura ani), atau karena sebab lain.
• Pada beberapa peristiwa, enkopresis mungkin disertai ulah memoleskan tinja pada tubuh sendiri atau pada lingkungan sekitar yang agak jarang, ulah mencongkeldubur dengan jari atau masturbasi anal. Tidak terdapat garis pemisah yang jelas antara enkopresis yang disertai dengan gangguan emosional/perilaku dan gangguan psikiatrik lain dengan enkopresis sebagai gejal sampingan. Pedoman yang digariskan ialah untuk memberi kodi diagnosis enkopresis hal tersebut merupakan fenomenayang predominan, dan bukan kode diagnosis gangguan lain bila enkopress bukan merupakan fenomena yang predominan (atau bila enkopresis itu hanya terjadi kurang dari sekali sebulan).
• Enkopresis dan enuresis tidak jarang saling berhubungan dan bila hal ini terjadi, pemberian kode enkopresis haruslah diprioritaskan.
• Enkopresis ada kalanya menyusul suatu kondisi organik, seperti fisura ani atau infeksi gastrointestinal; maka kondisi organic itu harusdijadikankode diagnosis yang utama bila kondisi itu merupakan alasan yang cukup memadai, perlu diberikode enkopresis (di samping kondisi organiknya).
a. definisi
pengeluaran feses involunter pada saat dan tempat yang tidak diinginkan pada usia yang seharusnya bisa mengotrolnya.
b. Prevalensi
• Usia 5 tahun
• Anak perempuan : laki-laki = 1:6
c. Etiologi
• Konstipasi & anismus
• Gangguan fisiologis: gangguan sensasi rasa penuh di rektum
• Gangguan psikologis: tidak mampu mengeluarkan rasa amarah pada anak bayi & anak yang terlalu sering dimarahi
• Gangguan neurologis
• Kekerasan seksual
d. Tatalaksana
Tangani konstipasinya:
• Usahakan buang air besar dengan normal
• Gunakan agen untuk melembutkan feses, dengan laksansia & enema
• Latih setelah makan untuk duduk di toilet 10-15 menit→agar terbentuk pola
• Ubah menu diet
• Cegah makanan yang menyebabkan konstipasi, seperti: pisang, kacang, susu, & wortel
• ↑makanan berserat tinggi, seperti: sayur, buah & gandum
• ↑intake cairan: air minum & jus
http://yulianafransiska.wordpress.com/2009/06/12/aduh-aduh-kok-adikku-ga-bisa-tahan-buat-pup-atau-bab-yaang-ga-bisa-ditahan-yah/











Gangguan Komunikasi
Gangguan Bicara, Berbahasa, dan Berkomunikasi
Yang termasuk gangguan komunikasi adalah berbagai masalah dalam berbahasa, berbicara dan mendengar. Gangguan bicara dan bahasa terdiri dari masalah artikulasi, masalah suara, masalah kelancaran berbicara (gagap), aphasia (kesulitan dalam menggunakan kata-kata, biasanya akibat cedera otak), dan keterlambatan dalam bicara dan atau bahasa. Keterlambatan bicara dan bahasa dapat disebabkan oleh berbagai faktor termasuk faktor lingkungan atau hilangnya pendengaran.
Gangguan bicara dan bahasa juga berhubungan erat dengan area lain yang mendukungnya seperti fungsi otot mulut (oral motor) dan fungsi pendengaran. Keterlambatan dan gangguan bisa mulai dari bentuk yang sederhana seperti bunyi suara yang “tidak normal” (sengau, serak) , sampai dengan ketidak mampuan untuk mengerti atau menggunakan bahasa, atau ketidak mampuan mekanisme oral-motor dalam fungsinya untuk bicara atau makan.
Gangguan pendengaran terdiri dari gangguan dengar parsial (sebagian) dan gangguan dengar total atau tuli. Ketulian didefinisikan sebagai kehilangan pendengaran yang bermakna yang mengakibatkan komunikasi menjadi sulit atau tidak dapat dilakukan tanpa bantuan amplifikasi alat Bantu dengar. Terdapat 4 tipe gangguan pendengaran. Tipe pertama adalah gangguan dengar konduktif, yaitu terganggunya pendengaran akibat adanya penyakit atau sumbatan di telinga bagian luar atau tengah, dan biasanya dapat diatasi dengan alat Bantu dengar. Tipe kedua adalah gangguan dengan sensorineural yaitu terganggunya pendengaran akibat kerusakan pada sel sel rambut sensoris yang terdapat pada telinga dalam atau pada pembuluh saraf yang mempersarafinya. Tipe ketiga adalah gangguan pendengaran gabungan antara gangguan pendengaran konduktif dan sensorineural. Sedangkan gangguan pendengaran sentral dimaksudkan pada gangguan pendengaran akibat dari cedera atau rusaknya saraf-saraf otak.
Banyak gangguan komunikasi terjadi sebagai akibat dari kondisi lain seperti gangguan belajar (learning disability), palsi serebral (cerebral palsy), keterbelakangan mental (mental retardation), celah bibir, atau celah langit-langit mulut.
Berapa banyak anak yang mengalami gangguan komunikasi?
Di Amerika Serikat, perkiraan keseluruhan terjadinya gangguan komunikasi adalah sekitar 5% anak usia sekolah, yang meliputi gangguan suara sebanyak 3% dan gagap 1%. Insidens anak usia sekolah dasar yang mengalami gangguan artikulasi adalah sekitar 2-3% walaupun persentasinya menurun dengan bertambah maturnya usia anak. Perkiraan terjadinya gangguan pendengaran juga bervariasi, namun berkisar 5% dari usia anak sekolah. Penelitian hal serupa di Indonesia belum ada.
Karakteristik
Kemampuan komunikasi seorang anak dianggap terlambat jika kemampuan bicara dan atau bahasa anak tersebut jauh di bawah kemampuan bicara / bahasa anak seusianya. Kadang seorang anak memiliki kemampuan berbahasa reseptif (mampu memahami apa yang disampaikan lawan bicara) yang jauh lebih baik dibanding kemampuan berbahasa ekspresifnya, namun kondisi ini tidak selamanya terjadi.
Anak dengan masalah pendengaran bisa terlihat sulit memahami dan memberi jawaban jika pertanyaan yang diajukan padanya tidak dilakukan berkali-kali. Selain itu anak juga menunjukkan kemampuan bicara yang tidak akurat, misalnya „kehilangan“ suku kata awal atau suku kata akhir. Atau, anak tersebut menunjukkan seperti „ tidak nyambung „ saat dilakukan diskusi interaktif.
Selain hal-hal tersebut diatas, anak yang terbiasa berbahasa menggunakan dialek tertentu, dapat mengalami kesulitan bicara dan bahasa menggunakan dialek lain atau bahasa yang lain tentunya.
Apa bedanya gangguan bicara dengan gangguan berbahasa ?
Gangguan bicara berhubungan dengan kesulitan menghasilkan bunyi yang spesifik untuk bicara atau dengan gangguan dalam kualitas suara. Ada yang disebut dysfluency atau stuttering atau gagap, yaitu terjadi gangguan pada kelancaran berbicara, dan biasanya muncul di usia 3 atau 4 tahun. Gagap dapat hilang sendiri di usia remaja, namun tidak selalu demikian sehingga terapi wicara harus selalu dipertimbangkan.
Gangguan bicara dapat juga berupa gangguan dalam artikulasi, hal ini disebut gangguan fonologi. Gangguan artikulasi adalah penggantian satu suara dengan suara lain, atau penghilangan satu suara, atau suara menjadi berubah sama sekali. Contoh gangguan artikulasi: „mobil“ jadi „obin“ atau „mobi“ atau „obil“.
Selain itu juga dapat berupa gangguan dalam „pitch“, volume ataupun kualitas suara. Gangguan suara tipikal misalnya suara kasar, suara terputus-putus atau terengah-engah, suara yang terpecah jika dalam intonasi atau pitch yang tinggi. Gangguan suara seperti ini biasanya terjadi bersamaan dengan gangguan berbahasa lain sehingga disebut gangguan komunikasi kompleks. Bahkan gangguan yang terjadi dapat merupakan gabungan dari beberapa gangguan yang telah disebutkan di atas.
Sedangkan gangguan berbahasa ditandai dengan ketidak mampuan anak untuk berdialog interaktif, memahami pembicaraan orang lain, mengerti dan atau menggunakan kata-kata dalam konteks yang „nyambung“ baik verbal maupun non verbal,menyelesaikan masalah, membaca dan mengerti apa yang dibaca, serta mengekspresikan pikirannya melalui kemampuan berbicara atau menyampaikannya lewat bahasa tulisan Beberapa karakteristik dari gangguan berbahasa meliputi penggunaan kata yang tidak tepat, ketidak mampuan untuk menyampaikan pendapat, ketidaktepatan dalam penggunaan pola gramatikal, kosa kata yang minimal jumlahnya, dan ketidak mampuan untuk mengikuti instruksi. Mereka juga mengalami kesulitan dalam mengatur syntax. Syntax adalah aturan bagaimana susunan kata ditempatkan dalam suatu kalimat.
Contoh gangguan syntax: “aku mau makan mi goreng” menjadi “aku mi goreng mau makan”.
Dampak negatif
Gangguan berbicara dan berbahasa dapat mempengaruhi anak dalam berkomunikasi dengan orang lain, dalam proses memahami atau menganalisa informasi. Ketrampilan berkomunikasi merupakan ketrampilan sangat penting yang dibutuhkan dalam perkembangan anak, khususnya mempengaruhi perkembangan belajar dan perkembangan kognisinya. Membaca, menulis, bahasa tubuh, mendengarkan dan berbicara, semuanya merupakan bentuk berbahasa, sebuah simbol / kode yang digunakan untuk mengkomunikasikan pendapat dan pikiran.
Bagaimana implikasi gangguan komunikasi dalam proses pendidikan anak ?
Proses pembelajaran didapat melalui proses komunikasi. Kemampuan untuk berpartisipasi dalam komuniksi aktif dan interaktif dengan sebaya dan orang dewasa di lingkungan sekolah merupakan hal utama yang dibutuhkan seorang anak dalam mendulang sukses di sekolah.
Gangguan mendengar, bicara, membaca dan menulis akhirnya menimbulkan gangguan berkomunikasi. Pada anak usia sekolah terjadi penambahan kosa kata yang luar biasa banyaknya disertai kemampuan abstraksi yang semakin matang. Membaca dan menulis mulai diajarkan, dan dengan bertambahnya usia, pemahaman dan penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi menjadi semakin kompleks. Ketrampilan berkomunikasi sangat kritis dibutuhkan dalam belajar
Anak dengan gangguan komunikasi seringkali menunjukkan prestasi akademis yang kurang baik karena mereka perlu berjuang untuk membaca, mengalami kesulitan memahami dan mengekspresikan pikirannya, tidak dapat menginterpretasikan simbol-simbol sosial, akhirnya anak menolak pergi ke sekolah, bahkan tidak jarang sampai tidak mau mengikuti tes yang diwajibkan.
Karena seluruh gangguan komunikasi memiliki potensi untuk mengakibatkan anak terisolir dari lingkungan sosial dan pendidikannya, maka sangat penting untuk melakukan intervensi dini.. Karena organ otak berkembang pesat di usia dini kehidupan, seorang anak akan lebih mudah mempelajari ketrampilan berkomunikasi pada periode usia sebelum 5 tahun. Jika anak memiliki gangguan otot, gangguan pendengaran, atau keterlambatan dalam perkembangan, biasanya kemampuan berbahasa, berbicara dan kemampuan di bidang lain yang berhubungan juga akan terpengaruhi.
Intervensi apa yang dapat dilakukan?
Dalam usaha meningkatkan kemampuan anak, dibutuhkan tim yang solid yang terdiri dari guru, speech language pathologist, audiologist, dan orang tua tentunya. Namun sebelumnya dokter anak akan mengidentifikasi gangguan komunikasi apa yang dialami anak tersebut, salah satunya dengan mencek fungsi pendengaran anak bekerja sama dengan dokter Ahli Telinga Hidung Tenggorokan.
Speech-language pathologist akan membantu anak dengan gangguan komunikasi dengan cara memberikan terapi yang sesuai dengan kebutuhan spesifik anak tersebut. Dia juga akan mengkonsultasikan kondisi anak dengan guru disekolah sehingga diharapkan pihak sekolah dapat mengakomodasi situasi belajar yang paling maksimal yang dapat mendukung kemampuan komunikasi anak; juga bekerja sama dengan pihak sekolah untuk mendiskusikan teknik-teknik terapi yang paling efektif dan paling cocok diterapkan untuk masalah spesifik anak tersebut. Penggunaan alat bantu dengar sangat bermakna bagi anak dengan gangguan dengar sedang sampai berat. Anak yang tuli membutuhkan stimulasi dini yang konsisten dan juga alat bantu komunikasi lain seperti „sign language“, „finger spelling“, bahasa isarat dan juga tentunya alat bantu dengar tersebut.
Teknologi yang canggih juga banyak membantu anak anak yang mengalami gangguan bicara/bahasa akibat keterbatasan fisik. Penggunaan media komunikasi elektronik dapat membantu individu berkomunikasi tanpa bicara langsung sehingga mereka tetap dapat mengkomunikasikan isi pikirannya.
http://www.anakku.net/2007/08/09/contentgangguan-bicara-berbahasa-dan-berkomunikasi/
Keterlambatan Bicara Pada Anak, Normalkah?

Pendahuluan
Bahasa adalah bentuk aturan atau sistem lambang yang digunakan anak dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang dilakukan untuk bertukar gagasan, pikiran dan emosi. Bahasa bisa diekspresikan melalui bicara mengacu pada simbol verbal. Selain itu bahasa dapat juga diekspresikan melalui tulisan, tanda gestural dan musik. Bahasa juga dapat mencakup aspek komunikasi nonverbal seperti gestikulasi, gestural atau pantomim. Gestikulasi adalah ekspresi gerakan tangan dan lengan untuk menekankan makna wicara. Pantomim adalah sebuah cara komunikasi yang mengubah komunikasi verbal dengan aksi yang mencakup beberapa gestural (ekspresi gerakan yang menggunakan setiap bagian tubuh) dengan makna yang berbeda beda.
Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Keterlambatan bicara adalah keluhan utama yang sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Gangguan ini semakin hari tampak semakin meningkat pesat. Beberapa laporan menyebutkan angka kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5 - 10% pada anak sekolah.
Penyebab keterlambatan bicara sangat luas dan banyak, Gangguan tersebut ada yang ringan sampai yang berat, mulai dari yang bisa membaik hingga yang sulit untuk membaik. Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang sering dialami oleh sebagian anak. Keterlambatan bicara golongan ini biasanya ringan dan hanya merupakan ketidakmatangan fungsi bicara pada anak. Pada usia tertentu terutama setelah usia 2 tahun akan membaik. Bila keterlambatan bicara tersebut bukan karena proses fungsional maka gangguan tersebut haruis lebih diwaspadai karena bukan sesuatu yang ringan.
Semakin dini mendeteksi keterlambatan bicara, maka semakin baik kemungkinan pemulihan gangguan tersebut. Bila keterlambatan bicara tersebut nonfungsional maka harus cepat dilakukan stimulasi dan intervensi dapat dilakukan pada anak tersebut. Deteksi dini keterlambatan bicara harus dilakukan oleh semua individu yang terlibat dalam penanganan anak ini. Kegiatan deteksi dini ini melibatkan orang tua, keluarga, dokter kandungan yang merawat sejak kehamilan dan dokter anak yang merawat anak tersebut. Sehingga dalam deteksi dini tersebut harus bisa mengenali apakah keterlambatan bicara anak kita merupakan sesuatu yang fungsional atau yang nonfungsional.
Proses Fisiologis Bicara
Menurut beberapa ahli komunikasi, bicara adalah kemampuan anak untuk berkomunikasi dengan bahasa oral (mulut) yang membutuhkan kombinasi yang serasi dari sistem neuromuskular untuk mengeluarkan fonasi dan artikulasi suara. Proses bicara melibatkan beberapa sistem dan fungsi tubuh, melibatkan sistem pernapasan, pusat khusus pengatur bicara di otak dalam korteks serebri, pusat respirasi di dalam batang otak dan struktur artikulasi, resonansi dari mulut serta rongga hidung.
Terdapat 2 hal proses terjadinya bicara, yaitu proses sensoris dan motoris. Aspek sensoris meliputi pendengaran, penglihatan, dan rasa raba berfungsi untuk memahami apa yang didengar, dilihat dan dirasa. Aspek motorik yaitu mengatur laring, alat-alat untuk artikulasi, tindakan artikulasi dan laring yang bertanggung jawab untuk pengeluaran suara.
Di dalam otak terdapat 3 pusat yang mengatur mekanisme berbahasa, dua pusat bersifat reseptif yang mengurus penangkapan bahasa lisan dan tulisan serta satu pusat lainnya bersifat ekspresif yang mengurus pelaksanaan bahsa lisan dan tulisan. Ketiganya berada di hemisfer dominan dari otak atau sistem susunan saraf pusat.
Kedua pusat bahasa reseptif tersebut adalah area 41 dan 42 disebut area wernick, merupakan pusat persepsi auditoro-leksik yaitu mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang berkaitan dengan bahasa lisan (verbal). Area 39 broadman adalah pusat persepsi visuo-leksik yang mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang bersangkutan dengan bahasa tulis. Sedangkan area Broca adalah pusat bahsa ekspresif. Ketiga pusat tersebut berhubungan satu sama lain melalui serabut asosiasi.
Saat mendengar pembicaraan maka getaran udara yang ditimbulkan akan masuk melalui lubang telinga luar kemudian menimbulkan getaran pada membrane timpani. Dari sini rangsangan diteruskan oleh ketiga tulang kecil dalam telinga tengah ke telinga bagian dalam. Di telinga bagian dalam terdapat reseptor sensoris untuk pendengaran yang disebut Coclea. Saat gelombang suara mencapai coclea maka impuls ini diteruskan oleh saraf VII ke area pendengaran primer di otak diteruskan ke area wernick. Kemudian jawaban diformulasikan dan disalurkan dalam bentuk artikulasi, diteruskan ke area motorik di otak yang mengontrol gerakan bicara. Selanjutnya proses bicara dihasilkan oleh getaran vibrasi dari pita suara yang dibantu oleh aliran udara dari paru-paru, sedangkan bunyi dibentuk oleh gerakan bibir, lidah dan palatum (langit-langit). Jadi untuk proses bicara diperlukan koordinasi sistem saraf motoris dan sensoris dimana organ pendengaran sangat penting.
Penyebab Keterlambatan Bicara
Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat banyak dan luas, semua gangguan mulai dari proses pendengaran, penerus impuls ke otak, otak, otot atau organ pembuat suara. Adapun beberapa penyebab gangguan atau keterlambatan bicara adalah gangguan pendengaran, kelainan organ bicara, retardasi mental, kelainan genetik atau kromosom, autis, mutism selektif, keterlambatan fungsional, afasia reseptif dan deprivasi lingkungan. Deprivasi lingkungan terdiri dari lingkungan sepi, status ekonomi sosial, tehnik pengajaran salah, sikap orangtua. Gangguan bicara pada anak dapat disebabkan karena kelainan organik yang mengganggu beberapa sistem tubuh seperti otak, pendengaran dan fungsi motorik lainnya.
Beberapa penelitian menunjukkan penyebab ganguan bicara adalah adanya gangguan hemisfer dominan. Penyimpangan ini biasanya merujuk ke otak kiri. Beberapa anak juga ditemukan penyimpangan belahan otak kanan, korpus kalosum dan lintasan pendengaran yang saling berhubungan. Hal lain dapat juga di sebabkan karena diluar organ tubuh seperti lingkungan yang kurang mendapatkan stimulasi yang cukup atau pemakaian 2 bahasa. Bila penyebabnya karena lingkungan biasanya keterlambatan yang terjadi tidak terlalu berat.
Terdapat 3 penyebab keterlambatan bicara terbanyak diantaranya adalah retardasi mental, gangguan pendengaran dan keterlambatan maturasi. Keterlambatan maturasi ini sering juga disebut keterlambatan bicara fungsional.



Keterlambatan Bicara Fungsional
Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang cukup sering dialami oleh sebagian anak. Keterlambatan bicara fungsional sering juga diistilahkan keterlambatan maturasi atau keterlambatan perkembangan bahasa. Keterlambatan bicara golongan ini disebabkan karena keterlambatan maturitas (kematangan) dari proses saraf pusat yang dibutuhkan untuk memproduksi kemampuan bicara pada anak. Gangguan ini sering dialami oleh laki-laki dan sering tedapat riwayat keterlambatan bicara pada keluarga. Biasanya hal ini merupakan keterlambatan bicara yang ringan dan prognosisnya baik. Pada umumnya kemampuan bicara akan tampak membaik setelah memasuki usia 2 tahun. Terdapat penelitian yang melaporkan penderita keterlambatan ini kemampuan bicara saat masuk usia sekolah normal seperti anak lainnya.
Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif sangat baik dan kemampuan pemecahan masalah visuo-motor anak dalam keadaan normal. Anak hanya mengalami gangguan perkembangan ringan dalam fungsi ekspresif: Ciri khas lain adalah anak tidak menunjukkan kelainan neurologis, gangguan pendengaran, gangguan kecerdasan dan gangguan psikologis lainnya.
Keterlambatan bicara fungsional pada anak sering dialami penderita yang mengalami gangguan alergi terutama dermatitis atopi dan saluran cerna. Gangguan saluran cerna adalah gejala berulang seperti meteorismus, flatus, muntah, konstipasi, diare atau berak darah. Lidah tampak timbal geographic tounge, drooling (sialore) atau halitosis. Seringkali disertai gangguan tidur malam, dengan ditandai sering gelisah, bolak, balik, mengigau, tertawa, menangis dalam tidur, malam terbangun, brushing dan sebagainya.
Cara Membedakan Berbagai Keterlambatan Bicara
Dengan memperhatikan fungsi reseptif, ekspresif, kemampuan pemecahan masalah visuo-motor dan pola keterlambatan perkembangan, dapat diperkirakan penyebab kesulitan berbicara.
Tabel 1. Diagnosis banding beberapa penyebab keterlambatan berbahasa dan bicara
Diagnosis Bahasa reseptif Bahasa ekspresif Kemampuan pemecahan masalah visuo-motor Pola perkembangan
Keterlambatan fungsional normal Kurang normal Normal Hanya ekspresif yang terganggu
Gangguan pendengaran Kurang normal Kurang normal normal Disosiasi
Redartasi mental Kurang normal Kurang normal Kurang normal Keterlambatan global
Gangguan komunikasi sentral Kurang normal Kurang normal normal Disosiasi, deviansi
Kesulitan belajar normal,
kurang normal Normal normal,
kurang normal Disosiasi
Autis Kurang normal normal,
kurang normal Tampaknya normal, normal, selalu lebih baik dari bahasa Deviansi, disosiasi
Mutisme elektif normal Normal normal,
kurang normal


Dalam membedakan keterlambatan bicara merupakan fungsional atau nonfungsional harus memahami manifestasi klinis beberapa penyebab keterlambatan bicara. Untuk memastikan status keterlambatan fungsional harus dengan cermat menyingkirkan gejala keterlambatan nonfungsional. Gejala umum keterlambatan bicara nonfungsional adalah adanya gangguan bahasa reseptif, gangguan kemampuan pemecahan masalah visuo-motor dan keterlambatan perkembangan,
Dicurigai keterlambatan bicara nonfungsional bila disertai kelainan neurologis bawaan atau didapat seperti wajah dismorfik, perawakan pendek, mikrosefali, makrosefali, tumor otak, kelumpuhan umum, infeksi otak, gangguan anatomis telinga, gangguan mata, cerebral palsi dan gangguan neurologis lainnya.
Ciri lain keterlambatan bicara nonfungsional biasanya termasuk keterlambatan yang berat. Keterlambatan dikatakan berat bila bayi tidak mau tersenyum sosial sampai 10 minggu atau tidak mengeluarkan suara sebagai jawaban pada usia 3 bulan.Tanda lainnya tidak ada perhatian terhadap sekitar sampai usia 8 bulan, tidak bicara sampai usia 15 bulan atau tidak mengucapkan 3-4 kata sampai usia 20 bulan
Tabel 2. Tampilan klinis keterlambatan bicara yang sering dikaitkan dengan keterlambatan bicara nonfungsional

4 - 6 BULAN * Tidak menirukan suara yang dikeluarkan orang tuanya;
* Pada usia 6 bulan belum tertawa atau berceloteh
8 - 10 BULAN * Usia 8 bulan tidak mengeluarkan suara yang menarik perhatian;
* Usia 10 bulan, belum bereaksi ketika dipanggil namanya;
* 9-10 bln, tidak memperlihatkan emosi seperti tertawa atau menangis
12 - 15 BULAN * 12 bulan, belum menunjukkan mimik;
* 12 bulan, belum mampu mengeluarkan suara;
* 12 bulan, tidak menunjukkan usaha berkomunikasi bila membutuhkan sesuatu;
* 15 bulan, belum mampu memahami arti "tidak boleh" atau "daag";
* 15 bulan, tidak memperlihatkan 6 mimik yang berbeda;
* 15 bulan, belum dapat mengucapkan 1-3 kata;
18 - 24 BULAN * 18 bulan, belum dapat menucapkan 6-10 kata; tidak menunjukkan ke sesuatu yang menarik perhatian;
* 18-20 bulan, tidak dapat menatap mata orang lain dengan baik
* 21 bulan, belum dapat mengikuti perintah sederhana;
* 24 bulan, belum mampu merangkai 2 kata menjadi kalimat;
* 24 bulan, tidak memahami fungsi alat rumah tangga seperti sikat gigi dan telepon;
* 24 bulan, belum dapat meniru tingkah laku atau kata-kata orang lain;
* 24 bulan, tidak mampu meunjukkan anggota tubuhnya bila ditanya
30 - 36 BULAN * 30 bulan, tidak dapat dipahami oleh anggota keluarga;
* 36 bulan, tidak menggunakan kalimat sederhana, pertanyaan dan tidak dapat dipahami oleh orang lain selain anggota keluarga;
3 - 4 TAHUN * 3 tahun, tidak mengucapkan kalimat, tidak mengerti perintah verbal dan tidak memiliki minat bermain dengan sesamanya;
* 3,5 tahun, tidak dapat menyelesaikan kata seperti "ayah" diucapkan "aya";
* 4 tahun, masih gagap dan tidak dapat dimengerti secara lengkap.



Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keterlambatan bicara fungsional biasanya tidak memerlukan penanganan secara khusus. Keterlambatan bicara golongan ini biasanya akan membaik setelah usia 2 tahun. Meskipun penyebabnya bukan karena kurang stimulasi, tetapi keadaan ini memerlukan stimulasi yang lebih dibandingkan anak yang normal. Stimulasi yang lebih ini tidak harus melalui terapi bicara oleh seorang terapis yang memerlukan dana dan waktu yang tidak sedikit. Meskipun terapi bicara juga tidak merugikan bagi anak. Pada anak normal tanpa gangguan bicara dan bahasa juga perlu dilakukan stimulasi kemampuan bicara dan bahasa sejak lahir. Bahkan bisa juga dilakukan stimulasi sejak dalam kandungan. Dengan stimulasi lebih dini diharapkan kemampuan bicara dan bahsa pada anak lebih optimal, sehingga dapat meningkatkan kualitas komunikasinya.
Pada keterlambatan bicara nonfungsional harus dilakukan stimulasi dan intervensi sejak dini secara khusus oleh tenaga profesional sesuai penyebabnya. Semakin dini upaya tersebut dilakukan akan meningkatkan keberhasilan penanganan keterlambatan bicara tersebut. Gangguan keterlambatan nonfungsional perlu dilakukan pendekatan secara multi disiplin ilmu. Penanganan keterlambatan bicara dilakukan pendekatan medis sesuai dengan penyebab kelainan tersebut. Multi disiplin ilmu yang terlibat adalah dokter anak dengan minat tumbuh kembang anak, neurologi anak, gastroenterologi anak, alergi anak, psikolog anak, psikiater anak, rehabilitasi medik, serta klinisi atau praktisi lainnya yang berkaitan.
http://www.wikimu.com/News/Print.aspx?id=10328
Gangguan Fonologi
Dekrispi
Gangguan Fonologi adalah kegagalan untuk menggunakan bunyi-bunyi ujaran yang sesuai bagi usia individu usia dan dialek yang digunakan. Gangguan ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki. Sekitar 3% dari anak-anak pra-sekolah dan 2% dari anak usia 6-7 tahun memiliki kelainan ini, sedangkan yang berusia 17 tahun, hanya 0,5% yang terpengaruh. Penyebab gangguan fonologis pada anak-anak tidak diketahui. Kemungkinan karena komponen genetik, karena sebagian besar anak-anak dengan masalah ini mempunyai saudara dengan kelainan yang serupa.

Gejala
* Kegagalan bersuara dengan tepat
* Mengganti satu suara lain
* Hilang suara

Perawatan
Bentuk yang lebih ringan dari gangguan ini dapat hilang dengan sendirinya. Terapi wicara dianggap sebagai pengobatan yang paling sukses.
http://health.detik.com/read/2009/12/03/093634/1253163/770/gangguan-fonologi
Berbicara gagap
Gagap adalah berbicara yang kacau karena sering tersendat-sendat, mendadak berhenti, lalu mengulang-ulang suku kata pertama, kata-kata berikutnya, dan setelah berhasil mengucapkan kata-kata itu kalimat dapat diselesaikan. Apa yang menyebabkan terjadinya gagap ini masih belum diketahui secara pasti, tetapi hal-hal berikut dianggap mempunyai peranan penting penyebab terjadinya gagap diantaranya:
a. Faktor stres dalam kehidupan berkeluarga
b. Pendidikan anak yang dilakukan secara keras dan ketat, dengan membentak-bentak; serta tidak mengizinkan anak berargumentasi dan membantah.
c. Adanya kerusakan pada belahan otak (hemisfer) yang dominan.
d. Faktor neurotik famial.
http://humbud.uin-malang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=349:gangguan-berbahasa&catid=117:psycholinguistik&Itemid=105

Gagap Berbicara (stuttering)
Gangguan jiwa ini berupa gagap dalam berbicara, ada yang dalam bentuk terputus-putus, tertahan nafas atau berulang-ulang. Apabila tekanan gagap itu terlalu besar, maka kelihatan orang menekan kedua bibirnya dengan diiringi gerakan-gerakan tangan, kaki dan sebagainya.

Biasanya gagap itu mulai pada umur diantara 2 dan 6 tahun. Gejala ini lebih banyak terjadi pada anak laki-laki, anak kembar dan orang kidal, dan mungkin disebabkan oleh gangguan fisik seperti kurang sempurnanya alat percakapan, gangguan pada pernapasan, amandel dan sebagainya. Akan tetapi, apabila alat-alat itu sehat maka gejala itu timbul akibat pertentangan batin, tekanan perasaan, ketidakmampuan penyesuaian diri. Gejala itu adalah sebagai salah satu akibat dari gangguan jiwa.

Contoh :
Seorang anak perempuan berumur 7 tahun, menderita gangguan berbicara sejak ia mulai masuk sekolah. Makin lama makin gagap ia berbicara, sedangkan sebelumnya ia berbicara lancar. Dari penelitian itu terbukti , bahwa si anak adalah anak bungsu yang sangat di manja dalam keluarga. Semua perbuatannya di biarkan, tidak pernah di tegur dan kemauannya selalu dituruti. Waktu akan masuk sekolah ia sangat gembira, tapi setelah merasakan sekolah beberapa hari ia mulai tidak mau pergi ke sekolah. Karena tidak ada guru yang memanjakannya di sekolah. Sekolah tidak seperti di rumah, ada peraturan dan tata tertib yang harus dipatuhinya, sehingga terasa olehnya bahwa sekolah itu kekangan dan siksaan baginya. Itulah sebabnya maka ia tidak mau pergi ke sekolah.
Atan tetapi, orang tua dan saudara-saudaranya yang dulu selalu menuruti segala kemauannya, sekarang selalu memaksanya supaya pergi ke sekolah, bahkan kadang-kadang memukulnya. Tak lama kemudian mulailah muncul gejala tersebut, ia mulai gagap yang makin lama makin bertambah.

Rupanya si anak sekaligus dihadapkan pada suasana yang berlainan dari yang biasa dihadapinya di rumah, disamping perubahan sikap orang tua dari memanjakan kepada kekerasan. Si anak tidak mampu menyesuaikan dirinya dengan suasana itu, sehingga ia merasa sangat tertekan. Untuk itulah gejala gagap itu muncul, yang menolongnya dalam menghadapai kesukaran dan pula sebagai cara untuk manarik perhatian.
http://www.refleksiteraphy.com/?m=artikel&page=detail&no=57

Terapi Wicara
Pelayanan terapi wicara merupakan tindakan yang diperuntukkan bagi individu yang mengalami gangguan komunikasi termasuk didalamnya adalah gangguan berbahasa bicara dan gangguan menelan. Pelayanan terapi wicara ini dilakukan oleh profesional yang telah memiliki keahlian khusus dan diakui secara nasional serta telah mendapatkan ijin praktek dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Pelayanan Terapi Wicara di Sarana meliputi:
• Asesmen atau pemeriksaan
• Pembuatan program terapi
• Pelaksanaan program terapi
• Evaluasi program terapi
• Evaluasi Gabungan (OT, TW,dll)
• Rujukan ke ahli lain (jika perlu)
Ahli terapi wicara diistilahkan sebagai Terapis Wicara ( Speech Therapist, Speech language pathologist, Speech Pathologist, atau Speech Correctionist ). Ada 5 ( lima ) aspek yang menjadi bidang garap terapis wicara, yaitu: gangguan artikulasi, gangguan berbahasa, gangguan bersuara, gangguan irama kelancaran, serta gangguan menelan.





Jenis-jenis Kelainan / Gangguan yang Memerlukan Pelayanan Terapi Wicara:
• Gangguan Artikulasi
Gangguan berkomunikasi yang diakibatkan oleh adanya ketidaktepatan dalam memproduksi bunyi ujaran baik vokal maupun konsonan.
• Gangguan Bahasa
Ketidakmampuan dalam menggunakan simbol-simbol linguistik untuk berkomunikasi, baik secara reseptif dan atau secara ekspresif.
• Gangguan Suara
Gangguan berkomunikasi yang diakibatkan oleh adanya ketidakmampuan memproduksi suara (fonasi) secara akurat.
• Gangguan Irama Kelancaran
Gangguan komunikasi yang diakibatkan adanya perpanjangan atau pengulangan dalam memproduksi bunyi bicara
• Gangguan Menelan
Ketidakmampuan dalam melakukan gerakan menelan, dimana kondisi ini terbagi dalam 3 fase yaitu fase oral. Fase pharyngeal dan fase esophageal. Gangguan mengunyah dan menghisap juga merupakan salah satu dari gangguan ini.
Bentuk pelayanan terapi wicara di Sarana, meliputi:
• Terapi Individu
Pelayanan terapi wicara dengan pendekatan secara individual kepada masing-masing klien.
• Terapi Kelompok
Pelayanan terapi wicara dengan menggunakan pendekatan secara kelompok. Dimana dalam kelompok ini sebagai pertimbangannya yaitu klien memiliki level komunikasi dan umur yang hampir sama dalam satu kelompok.
• Konsultasi
Memberikan pelayanan terapi wicara yang bersifat promotif dan atau preventif kepada lingkungan terdekat klien maupun pihak yang terkait dengan klien.
• Pelatihan dan Seminar
Pemberian informasi dan hal-hal yang terkait dengan pelayanan terapi wicara kepada orang tua ,klien guru-guru sekolah, maupun profesi lain yang membutuhkan pelayanan terapi wicara.
http://www.saranaku.com/wicara.php

GANGGUAN BERBICARA EKSPRESIF
KEMAMPUAN ANAK DALAM MENGEKSPRESIKAN BAHASA DENGAN BERBICARA , DIBAWAH RATA2 ANAK DALAM USIA
MENTALNYA TETAPI PENGERTIAN BAHASA DALAM BATAS NORMAL BISA DISERTAI DENGAN GANGGUAN ARTIKULASI
GEJALANYA :

• -KOSA KATA YANG TERBATAS

• -KESULITAN DALAM MEMILIH DAN MENGGANTI KATA2 YANG TEPAT

• -PENGGUNAAN SECARA BERLEBIHAN BEBERAPA KATA2

• -MEMENDEKKAN KATA2 YG SEHARUSNYA BERBUNYI PANJANG

• -KESALAHAN KALIMAT

• -KEHILANGAN AWALAN ATAU AKHIRAN

• -GAGAL DALAM MENGGUNAKAN ATURAN TATA BAHASA SEPERTI

KATA PENGHUBUNG, KATA GANTI DSB

• -KESULITAN MENGURUT KEJADIAN YANG TELAH LEWAT.

• -SERING DISERTAI KELAINAN BUNYI KATA YANG DIHASILKAN

• -PENGGUNAAN BAHASA NON VERBAL TIDAK TERGANGGU

• (SEBAGAI PEDOMAN PERKEMBANGAN BAHASA NORMAL : USIA 2

TAHUN MENGUCAPKAN BEBERAPA KATA &

• USIA 3 TH MENGERTI BEBERAPA KATA YANG TERANGKUM DALAM KALIMAT SEDERHANA.
http://4yu8.wordpress.com/category/psikologi-anak-khusus/gangguan-komunikasi/2-ekspresif/



Jika Anak Telat Bicara

Usaha untuk berkomunikasi sudah dilakukannya sejak bayi. Tetapi ketika seharusnya anak dapat bicara, ia malah diam.

Mbak, gimana Tanta ini ya? Bulan ini umurnya pas setahun. Tapi ia belum ngomong sama sekali. Kakaknya, Salsa, seumur ini sudah bisa ngomong, "Ma, num". Maksudnya, "Mama, minta minum," keluh Ike pada sepupunya.

"Ah, baru juga setahun. Anakku Sita baru bisa ngomong umur 2 tahun. Aku malah mengira dia itu bisu. Waktu itu tekadku, kalau sampai umur 2 tahun dia belum ngomong juga, mau aku bawa ke terapis bicara. Eh, tau-tau, pada suatu siang, tiba-tiba dia bicara begini: "Bunda, Mbak Sita mau susu sekarang!" Satu kalimat lengkap! Kaget enggak sih aku dengernya?" ujar si kakak sepupu. Pernyataan ini agak melegakan Ike.

Paling meresahkan. Orang tua pasti resah kalau anaknya terlambat bicara. Sebetulnya, jauh sebelum anak dapat berbicara ekspresif (verbal), ia sudah mengerti pembicaraan orang. Ini disebut berbahasa reseptif.

Misalnya, saat anak memandang wajah Anda sambil mengulurkan kedua tanganya minta digendong. Atau, menunjuk gelas minum sambil mengeluarkan bunyi "uh..uh." Atau saat Anda bertanya, "Mana papa?" Ia dapat menunjuk ayahnya sambil tersenyum.

Perkembangan berbicara bisa terjadi secara bertahap, atau melompat tiba-tiba seperti kasus Sita. Di usia sekitar 1 tahun, anak umumnya dapat menyebut "mama" dan "papa" yang ditujukan pada orang yang tepat. Ia juga dapat menanggapi bila Anda mengatakan, "Minta" (Anda mengajak anak menyebutkan permintaannya).

Perkembangan bicara yang menakjubkan umumnya baru tampak di usia kira-kira 2 tahun, saat anak mampu berkata, "Mau bobok sama Mama."

Tak selalu terlambat. Orang tua selalu menjadi orang pertama yang menandai adanya kelainan pada proses perkembangan anak. Termasuk juga, perkembangan bicaranya. Ini karena orang tua selalu membandingkan anak yang satu dengan anak lain, bahkan dengan anak tetangga. Lalu, bila perkembangan anaknya tidak seperti anak lain, ia mulai resah. "Belum bisa ngomong nih" terlambat enggak ya?

Seorang anak dapat dikatakan mengalami keterlambatan bicara bila di usia 10 sampai 15 bulan ia tidak mampu memahami pembicaraan orang lain. Ia tidak mampu mengucapkan 4 sampai 6 kata di usia 11 sampai 20 bulan. Dan, ia tidak dapat mengerti pembicaraan orang lain di usia sekitar 24 bulan.

Di usia 12 bulan anak Anda belum juga berbicara ekspresif? Jangan dulu khawatir. Coba amati, apakah ia mampu berbicara reseptif? Kalau mampu, berarti ia tidak mengalami keterlambatan. Ia akan mengembangkan secara normal kemampuan berbicaranya. Artinya, ia tidak membutuhkan terapi apa pun. Oleh karena itu, belum bisa bicara tidak selalu berarti terlambat bicara.

Perkembangan bicara berkaitan dengan perkembangan lain. Seorang anak yang mampu berbicara reseptif namun aktif mengembangkan keterampilan motoriknya, untuk sementara tidak akan mengembangkan keterampilan bicara ekspresifnya.

Debbie Reese, psikolog perkembangan dari Amerika Serikat, menyebutkan bahwa jenis kelamin juga menentukan perkembangan bicara ekspresif. Menurut Reese, anak perempuan cenderung lebih cepat mencapai keterampilan berbicara ekspresif ketimbang anak laki-laki.

Latihan bicara ekspresif. Untuk meningkatkan kemampuan bicara ekspresif anak, orang tua tidak boleh berhenti berbicara. Bacakan cerita untuk anak satu tahun. Ceritakan kejadian sehari-hari. Dan, bernyanyilah bersamanya. Juga, perkenalkan kata-kata baru. Misalnya, nama-nama makanan atau buah saat si 1 tahun sedang makan. "Ini buah avokad. A-vo-kad. Enak lho, dicampur susu sedikit" Atau, "Ini sup buncis. Buncis rasanya manis." Ingat, hindari menghentikan pembicaraan anak. Biarkan ia mencoba berbicara. Bahkan, ketika si kecil berbicara panjang dan terus menerus. Tugas Anda hanya memperjelas setiap kata yang ia ucapkan. Dengan begitu si 1 tahun bisa belajar mengucapkan kata-kata dengan benar.

Beberapa hal bisa menjadi penyebab keterlambatan anak bicara. Misalnya, masalah pada pendengaran karena anak mengalami infeksi telinga. Retardasi mental dan gangguan pada perkembangan, seperti autisme, juga bisa jadi penyebab. Bisa juga anak malas bicara ekspresif karena ada kakak yang banyak bicara. Atau, ia tinggal dalam lingkungan yang menggunakan dua bahasa.
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Psikologi/Bayi/jika.anak.telat.bicara/001/007/660/8/3


Gangguan bicara dan bahasa
Bahasa merupakan salah satu parameter dalam perkembangan anak. Kemampuan bicara dan bahasa melibatkan perkembangan kognitif, sensorimotor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak. Kemampuan bahasa pada umumnya dapat dibedakan atas kemampuan reseptif (mendengar dan memahami) dan kemampuan ekspresif (berbicara). Kemampuan bicara lebih dapat dinilai dari kemampuan lainnya sehingga pembahasan mengenai kemampuan bahasa lebih sering dikaitkan dengan kemampuan berbicara. Kemahiran dalam bahasa dan berbicara dipengaruhi oleh faktor intrinsik (dari anak) dan faktor ekstrinsik (dari lingkungan). Faktor intrinsik yaitu kondisi pembawaan sejak lahir termasuk fisiologi dari organ yang terlibat dalam kemampuan bahasa dan berbicara. Sementara itu faktor ekstrinsik berupa stimulus yang ada di sekeliling anak terutama perkataan yang didengar atau ditujukan kepada si anak.
Gangguan bahasa dan berbicara adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Keterlambatan bicara adalah keluhan utama yang sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Gangguan ini semakin hari tampak semakin meningkat pesat. Dari penelitian didapatkan bahwa gangguan bahasa dan berbicara terjadi 1% sampai 32% dari populasi normal dan sebanyak 60% dari kasus yang ditemukan terjadi secara spontan pada anak berumur dibawah 3 tahun.
http://dokteranakku.com/?p=213
Klasifikasi communication and language disorder pada anak

A. Developmental language disorders (ganguan perkembangan berbahasa)
1.Hanya mengalami gangguan ekspresif dengan pemahaman normal dengan sedikit atau tanpa komorbiditas - gangguan lain yang menyertainya (pure dysphasia development atau expressive language disorder menurut DSM IV)
2.Gangguan campuran antara perkembangan bahasa ekspresif dan reseptif (mixed receptive-expressive language disorder DSM IV). Seringkali terjadi adanya deskrepansi (perbedaan) yang bermakna antara skor tes verbal IQ dengan performal (non-verbal) IQ, dimana skor verbal IQ mencapai skor yang sangat rendah. Atau non-verbal IQ mencapai skor lebih tinggi daripada tes pemahaman bahasa. Pemahaman bahasa lebih rendah daripada rata-rata anak seusianya, artinya ada gangguan perkembangan bahasa reseptif (receptive dysphasia).
1 dan 2 di atas dapat terjadi pada anak yang mengalami gangguan perkembangan bahasa dan bicara.

B. Gangguan bahasa reseptif: diluar definisi dysphasia development, karena pemahaman bahasa lebih jelek daripada bahasa ekspresif.
1.Kemampuan reseptif dan ekspresif sangat rendah (delay atau tertinggal); seringkali diikuti dengan gangguan nonverbal (mengalami juga keterbelakangan mental). Dalam bentuk yang parah didapatkan asymbolic mental retardation atau “mute autistic”. Pemahaman bahasa dan bicara sama sekali tak nampak.
2.Verbal-auditory agnosia atau congenital word deafness (bentuk ringan dari phonologic perception problem)
3.Cortical deafness, total auditory agnosia (congenital auditory imperception).
4.Gangguan sensorik pendengaran yang parah.

Sumber: C.Njiokiktjen (psikiater & neurolog anak) dalam artikel: De Relatie tussen taalontwikkelings-stoornissen en autisme, Wettenschaplijk Tijdschrift Autisme, nummer 2, augustus 2005.
http://forum.detik.com/showthread.php?t=114637














KECEMASAN & DEPRESI PADA ANAK
Tanda-tanda Depresi pada Anak
Depresi tidak hanya terjadi pada orang dewasa, anak-anak dan remaja juga bisa mengalami depresi. Kabar baiknya adalah bahwa depresi merupakan penyakit yang dapat diobati. Depresi didefinisikan sebagai suatu penyakit ketika perasaan depresi tersebut bertahan dan mengganggu aktifitas dan kemampuan anak atau remaja tersebut.

Sekitar 5 persen dari anak-anak dan remaja diyakini pernah mengalami depresi. Anak-anak yang mengalami stress, mengalami kehilangan (orang atau barang atau apapun), anak yang sedang belajar, atau anak yang mengalami gangguan kecemasan berada pada risiko yang lebih tinggi untuk menderita depresi. Depresi juga cenderung untuk terjadi dalam keluarga.

Perilaku anak-anak dan remaja yang mengalami depresi mungkin berbeda dari perilaku orang dewasa yang depresi. Orangtua sebaiknya berhati-hati dan waspada terhadap tanda-tanda depresi yang mungkin terdapat pada anak-anak mereka.


Tanda-tanda depresi pada anak-anak dan remaja, antara lain:
• Anak terlihat penuh kesedihan, kadang-kadang atau selalu menangis
• Penurunan minat dalam berbagai kegiatan, atau ketidakmampuan untuk menikmati kegiatan favorit sebelumnya
• Putus asa
• Bosan, lesu, lemah, kehilangan semangat
• Mengabaikan penampilan pribadi
• Menutup diri dari pergaulan
• Perasaan harga diri rendah dan rasa bersalah
• Reaksi berlebihan terhadap kegagalan atau penolakan
• Tidak menunjukkan reaksi terhadap pujian atau hadiah
• Mudah marah, tersinggung
• Kesulitan dalam berinteraksi
• Sering mengeluhkan penyakit fisik seperti sakit kepala dan sakit perut
• Sering absen dari sekolah atau prestasinya menurun di sekolah
• Kurang konsentrasi dalam melakukan aktifitas
• Gangguan atau ada perubahan besar dalam pola makan dan/atau pola tidur
• Ada keinginan untuk lari dari rumah
• Ada pikiran atau ungkapan untuk melakukan bunuh diri atau perilaku yang merusak diri sendiri
• Ada perubahan kepribadian
• Dan banyak lagi lainnya (orang tua pasti bisa melihat dan merasakan perbedaan pada tingkah laku anaknya dari biasanya)

Seorang anak yang dulu sering bermain dengan teman-temannya mungkin sekarang menghabiskan sebagian besar waktunya sendirian saja dan sering tanpa aktifitas apapun. Aktifitas yang biasanya menyenangkan sekarang hanya membawa sedikit kegembiraan untuk anak yang mengalami depresi. Anak-anak dan remaja yang mengalami depresi mungkin mengatakan mereka ingin mati atau mungkin berbicara tentang bunuh diri. Depresi juga dapat menyebabkan si anak atau remaja mengkonsumsi minuman keras atau narkoba yang dianggapnya sebagai cara yang bisa mengatasi depresinya.

Anak-anak dan remaja yang sering bermasalah di rumah atau di sekolah juga mungkin menderita depresi. Karena anak mungkin tidak selalu tampak sedih, orang tua dan guru mungkin tidak menyadari bahwa perilaku mengganggu dari anak itu adalah tanda dari depresi. Ketika ditanya langsung, anak-anak ini kadang-kadang dapat menyatakan mereka tidak bahagia atau sedih.

Diagnosis dan pengobatan dini sangat penting untuk anak-anak yang mengalami depresi. Depresi adalah penyakit nyata yang memerlukan bantuan profesional. Perawatan komprehensif sering kali diperlukan, meliputi terapi pada si penderita maupun terhadap keluarganya. Pengobatan biasanya menggunakan obat antidepresan.

Bunuh Diri di Kalangan Remaja

Berbagai kejadian atau upaya bunuh diri di kalangan remaja akhir-akhir ini banyak terjadi. Banyak faktor yang dapat memicu remaja untuk melakukan tindakan bunuh diri antara lain : depresi, kebingungan, keraguan diri, tuntutan dari orang tua untuk sukses, masalah keuangan, masalah hubungan dengan teman, ketakutan ketika tumbuh menjadi dewasa, perceraian orang tua, dan faktor-faktor lainnya, Bagi beberapa remaja, ide bunuh diri dapat muncul sebagai solusi untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.

Jika seorang anak atau remaja berkata, aku ingin bunuh diri, atau aku akan bunuh diri, orang tua sebaiknya memberikan perhatian yang serius dan segera melakukan upaya untuk mengatasinya. Orang sering merasa tidak nyaman ketika berbicara tentang kematian. Namun, ketika orang tua melihat tanda-tanda depresi pada si anak, segera bicarakan dengan si anak, ada permasalahan apa yang menimpanya dan cari solusinya. Jika orang tua merasa tidak mampu mengatasinya sendirian, bawalah ke dokter. Dengan dukungan dari keluarga dan perawatan yang tepat, anak-anak dan remaja yang depresi dan berkeinginan untuk bunuh diri dapat disembuhkan dan kembali menjalani aktifitasnya seperti biasa.
http://www.smallcrab.com/anak-anak/669-tanda-tanda-depresi-pada-anak

Membimbing Murid yang Mengalami Stres
Banyak orang tua yang mengatur jadwal anak-anak mereka dalam satu minggu dengan pertemuan-pertemuan, pelajaran-pelajaran, kegiatan kelompok, dan klub. Dengan kegiatan yang padat ini, mereka berharap akan memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk belajar dan bertumbuh.
Beberapa anak ada yang mengalami pekembangan pesat melalui kegiatan- kegiatan seperti ini. Namun, anak-anak lain justru menjadi kewalahan dan jenuh. Jika para orang tua, pelatih, dan guru menilai harga seorang anak hanya dari kemampuan/prestasi yang dicapainya, kegiatan-kegiatan yang seharusnya memberikan manfaat itu dapat menghilangkan semangat anak yang dianggap "biasa-biasa saja".
Jadwal yang terlalu padat hanya merupakan satu dari berbagai sumber stres pada anak. Salah satu penyebab stres pada anak yang paling umum adalah anak yang berada dalam keluarga yang berantakan. Kehilangan orang tua karena kematian atau perceraian dapat menyebabkan anak suka merengek dan mengompol kembali. Bahkan dalam keluarga yang paling baik sekalipun, pindah ke suatu lingkungan tempat tinggal yang baru dapat mengakibatkan kemunduran emosional pada anak. Lahirnya saudara kandung atau saudara tiri sangat membutuhkan penyesuaian dalam emosi dan kestabilan sosial anak. Hidup dalam lingkungan atau sekolah yang rawan akan menimbulkan kecemasan, sementara stres pada anak dapat menjadi pertanda keluarga yang salah satu atau kedua orang tuanya adalah pecandu, peminum, atau berperilaku kejam.
1. Bagaimana seorang guru dapat mengetahui bahwa stres menimbulkan berbagai masalah pada anak?
a. Bicarakan secara informal dengan anak. Tanyakan, namun jangan dengan nada menginterogasi. "Apa yang ingin kamu lakukan untuk bersenang-senang?"; "Permainan apa yang kamu mainkan dengan keluargamu?" Berikan perhatian pada gerak tubuh, ekspresi, dan suasana hati. Anak-anak yang masih kecil sangat cepat berubah suasana hatinya, namun seorang anak yang bermasalah akan terus- menerus sedih atau bersikap memusuhi.
b. Waspadailah kondisi kehidupan anak di rumah. Apakah dia anak tunggal? Apakah hanya ada satu orang tua di rumah? Apakah orang tua memaksa anak untuk berprestasi? Pada saat orang tua bertanya, "Apakah Jack memenangkan lomba ayat? Kakaknya selalu menang pada saat seusia Jack"--guru dapat memahami bahwa Jack berada di bawah tekanan.
c. Perhatikan anak yang tidak mau berpartisipasi pada kegiatan karena takut gagal. Anak yang seperti ini memiliki masalah gambar diri yang serius. Seorang anak yang tidak pernah puas dengan penampilannya sendiri telah dituntut oleh orang tuanya supaya selalu sempurna. Perhatikan gundukan kertas yang diremas-remas dan banyaknya hapusan. Perhatikan juga perilaku yang terlalu agresif atau keras kepala. Anak-anak mungkin melepaskan kecemasan mereka dengan menjadi dominan, berkelahi, atau menggunakan kata-kata kemarahan.

2. Bagaimana seorang guru dapat membimbing anak yang berada dalam tekanan?
a. Kuatkan anak yang memiliki gambar diri yang rendah. Yakinkan anak tersebut bahwa setiap orang dapat melakukan kesalahan. Guru yang dapat mengakui dan menertawakan kesalahannya sendiri akan menjadi contoh yang sehat. Ingatkan anak bahwa Bapa di surga mengasihi mereka apa adanya.
b. Kurangi ketegangan di dalam kelas. Seorang pendisiplin yang baik dapat memberlakukan peraturan dalam suasana yang rileks/ santai. Jangan terburu-buru hanya karena ingin menyelesaikan rencana pelajaran Anda--bersikaplah fleksibel. Tetapkan standar perilaku sesuai dengan kelompok usia mereka.
c. Tanyakan pertanyaan terbuka yang dapat dijawab secara subjektif. Hindari untuk selalu memberikan pertanyaan yang jawabannya hanya ada satu yang benar. Anak-anak yang takut gagal akan memberikan respons negatif terhadap pertanyaan atau hafalan yang menjadikan mereka sebagai sasaran.
d. Batasilah kompetisi dan persaingan. Anak-anak senang menjadi menang, namun mereka akan kecewa pada saat mereka kalah. Kompetisi biasanya menimbulkan satu pemenang dan yang lainnya kalah. Bagi anak yang sudah terlanjur merasa dirinya sebagai orang yang kalah, hal ini dapat berakibat serius.
e. Jangan pernah membandingkan penampilan seorang anak dengan anak yang lain. Hal ini akan menimbulkan kekesalan dan perasaan pada anak bahwa dia diharuskan diukur sesuai standar orang lain. Berikan pujian untuk usaha-usaha yang dilakukan anak guna meningkatkan penampilannya.
f. Ketahuilah tanda-tanda penting dari penganiayaan. Kecemasan dan depresi dapat disebabkan karena obat atau alkohol, dan anak-anak sekolah dasar bukannya tidak mungkin mengalami kecanduan. Penyebab utama kecanduan bisa saja berasal dari anggota keluarga.
Para psikolog mengatakan bahwa 3/4 dari kira-kira delapan juta anak dan remaja yang mengalami masalah emosi tidak mendapatkan pertolongan. Kira-kira satu dari empat anak memerlukan konseling psikologis sebelum masuk ke kelas enam. Para guru harus menyediakan waktu untuk menjadi teman dan konselor bagi murid-murid mereka. Ketika suatu masalah serius muncul, bicarakanlah dengan anggota gereja yang dapat memberikan pendampingan atau tunjukkan keluarga- keluarga yang dapat memberikan bantuan. (t/ratri)
Sumber:
• The Complete Handbook for Children Ministry: How to Reach and Teach Next Generation, Dr. Robert J. Choun & Dr. Michael S. Lawson, , BabStres in Children: Helping Youngsters Cope with It, halaman 311--313, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1993.
http://pepak.sabda.org/pustaka/061254/




Gangguan Kecemasan Berpisah (Separation Anxiety Disorder)

DEFINISI
Gangguan kecemasan berpisah ditandai dengan kegelisahan berlebihan mengenai jauh dari rumah atau terpisah dari orang atau kepada anak yang di sayangi.

Beberapa tahap kecemasan berpisah adalah normal dan dialami hampir setiap anak-anak, khususnya pada anak yang sangat kecil. Sebaliknya, gangguan kecemasan berpisah adalah kegelisahan berlebihan yang melebihi apa yang diharapkan untuk tingkat perkembangan anak. Kecemasan berpisah dipertimbangkan sebagai gangguan jika berlangsung setidaknya sebulan dan menyebabkan gangguan yang sangat berarti atau merusak fungsi. Durasi pada gangguan tersebut menggambarkan keparahannya.

Beberapa tekanan hidup, seperti kematian seorang keluarga, teman, atau binatang peliharaan atau pindah wilayah atau pindah sekolah, bisa memicu gangguan tersebut. Genetika yang mudah kena kegelisahan juga umumnya memainkan sebuah peranan kunci.
PENYEBAB
Anak dengan gangguan ini mengalami gangguan hebat ketika dipisahkan dari rumah atau dari orang yang mereka sayangi. Mereka seringkali perlu tahu dimana orang–orang dan terlalu sibuk dengan rasa takut bahwa sesuatu yang mengerikan akan terjadi baik terhadap mereka atau terhadap orang yang mereka kasihi. Bepergian sendiri membuat mereka tidak nyaman, dan mereka bisa menolak untuk datang ke sekolah atau kemah atau untuk mengunjungi rumah teman. Beberapa anak tidak bisa tinggal sendirian di dalam sebuah ruangan, melekat pada orang tua atau membuntuti orangtua di sekitar rumah.

Kesulitan pada waktu tidur adalah sering terjadi. Anak dengan gangguan kecemasan berpisah bisa mendesak seseorang tetap tinggal di ruangan sampai mereka tertidur. Mimpi buruk bisa memperlihatkan ketakutan anak tersebut, seperti kerusakan pada keluarga melalui kebakaran atau bencana alam.
GEJALA
Karena seorang anak yang memiliki gangguan ini seringkali menghindari sekolah, sebuah tujuan segera pada pengobatan memungkinkan anak tersebut untuk kembali ke sekolah. Dokter, orangtua, dan anggota sekolah harus bekerja sebagai tim untuk memastikan anak tersebut segera kembali ke sekolah. Psikoterapi pribadi dan keluarga dan obat-obatan yang mengurangi kegelisahan bisa memainkan sebuah peranan penting.
http://medicastore.com/penyakit/3297/Gangguan_Kecemasan_Berpisah_Separation_Anxiety_Disorder.html



Kisah Silvia Sembuh dari Asperger
BELAJAR BAHASA ASING DARI LABEL KOSMETIKA

Dilahirkan sebagai penderita Sindroma Asperger, Silvia (25) tumbuh menjadi gadis yang antisosial. Berbekal penguasaan banyak bahasa asing, ia berangsur sembuh. Bahkan kini Silvia telah menerbitkan kamus empat bahasa, serta akan menerbitkan buku-buku lain.

Dulu, aku adalah penderita Sindroma Asperger (SA). Sungguh tidak mudah tumbuh dewasa dengan sindroma ini. Sebagai anak tunggal dari pasangan Lim Hendry Sudarno (52) dan Herawati (44), aku tumbuh menjadi anak yang sangat tertutup dan suka menyendiri. Aku sangat tidak suka bersosialisasi dan lebih suka berdiam diri di rumah. Bahkan, aku cenderung ketakutan. Saking ketakutannya untuk bersosialisasi, aku (dan banyak penderita SA lainnya), jadi menderita mag akut.

Sampai usia empat tahun, aku tumbuh seperti anak kecil normal lainnya. Kecuali tubuhku yang cenderung kurus, sebetulnya aku adalah anak yang sangat cerewet. Karena sifatku yang banyak omong di rumah, Mama dan Papa tidak sadar, anaknya memiliki kendala dalam sosialisasi.

Aku sama sekali tak mau diajak bertamu atau bertemu orang. Kalau orang lain senang disapa teman, tidak demikian denganku. Aku malah merasa sangat terganggu jika ada teman yang berlaku ramah. Kelainan ini semakin terasa ketika aku menginjak usia 6 tahun. Namun demikian, Mama dan Papa mengira, aku hanyalah seorang anak yang luar biasa pemalu, itu saja.

MENGOBATI DIRI SENDIRI
Mungkin karena suka menyendiri, aku jadi suka menghabiskan waktu dengan belajar. Tak heran, sejak SD aku selalu menduduki peringkat bagus di kelas. Selain bahasa, pelajaran yang sangat aku suka adalah matematika.

Selain belajar, aku juga sangat suka membaca. Karena tidak suka bermain, aku jadi menghabiskan waktuku dengan membaca. Semua buku aku lalap sampai habis. Aku menemukan "dunia luar" dari buku-buku yang aku baca. Bahkan, dari hobi membaca, aku akhirnya bisa mengobati diriku sendiri dari sindroma yang sudah aku akrabi sejak kecil itu.
Buku yang berjasa membuka mataku pertama kali terhadap SA adalah Insiden Anjing di Tengah Malam yang Bikin Penasaran, karangan Mark Haddon. Buku itu memunculkan seorang tokoh penderita SA, bernama Christopher Boone. Ciri-ciri mengenai Boone yang digambarkan oleh Mark Haddon amat mirip dengan ciri yang aku rasakan. Seperti Boone, aku juga memiliki kendala sosial yang parah, bahkan sampai depresi. Aku juga sangat peka terhadap bau, suara, rasa, dan penglihatan.

Penasaran dengan SA yang aku dapat dari buku itu, aku mencari lebih banyak informasi mengenai kelainan yang pertama kali dipublikasikan oleh Hans Asperger pada tahun 1944 itu, dari internet. Seolah baru tersadar dari tidur panjang, aku mereguk informasi mengenai SA sepuasnya. Tanpa malu, aku berani berterus terang, aku memang mengidap SA.


Setelah tahu penyakitku, aku mengutarakannya pada Papa dan Mama. Mereka sangat mengerti kesulitanku. Terutama Mama, beliau paling mengerti sifatku yang aneh. Pelan-pelan Mama mengajakku untuk bersosialisasi. Semula aku diajak jalan-jalan ke mal yang kecil dan tak terlalu ramai.

Jangan tanya bagaimana aku harus menekan rasa takutku. Namun, aku yang sudah menyadari penyakitku, terus mencoba mengobati diriku sendiri. Meski sedikit demi sedikit, aku mulai bisa menepis rasa takut. Aku yang semula tak berani menatap orang lain, mulai berani melakukannya.

http://nostalgia.tabloidnova.com/articles.asp?id=8661

Sindrom Asperger
Seperti pada Autisme Masa Kanak, Sindrom Asperger (SA) juga lebih banyak terdapat pada anak laki-laki daripada wanita.
Anak SA juga mempunyai gangguan dalam bidang komunikasi, interaksi sosial maupun perilaku, namun tidak separah seperti pada Autisme.
Pada kebanyakan dari anak-anak ini perkembangan bicara tidak terganggu. Bicaranya tepat waktu dan cukup lancar, meskipun ada juga yang bicaranya agak terlambat. Namun meskipun mereka pandai bicara, mereka kurang bisa komunikasi secara timbal balik. Komunikasi biasanya jalannya searah, dimana anak banyak bicara mengenai apa yang saat itu menjadi obsesinya, tanpa bisa merasakan apakah lawan bicaranya merasa tertarik atau tidak. Seringkali mereka mempunyai cara bicara dengan tata bahasa yang baku dan dalam berkomunikasi kurang menggunakan bahasa tubuh. Ekspresi muka pun kurang hidup bila dibanding anak-anak lain seumurnya.

Mereka biasanya terobsesi dengan kuat pada suatu benda/subjek tertentu, seperti mobil, pesawat terbang, atau hal-hal ilmiah lain. Mereka mengetahui dengan sangat detil mengenai hal yang menjadi obsesinya. Obsesi inipun biasanya berganti-ganti.Kebanyakan anak SA cerdas, mempunyai daya ingat yang kuat dan tidak mempunyai kesulitan dalam pelajaran disekolah.

Mereka mempunyai sifat yang kaku, misalnya bila mereka telah mempelajari sesuatu aturan, maka mereka akan menerapkannya secara kaku, dan akan merasa sangat marah bila orang lain melanggar peraturan tersebut. Misalnya : harus berhenti bila lampu lalu lintas kuning, membuang sampah dijalan secara sembarangan.

Dalam interaksi sosial juga mereka mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan teman sebaya. Mereka lebih tertarik pada buku atau komputer daripada teman. Mereka sulit berempati dan tidak bisa melihat/menginterpretasikan ekspresi wajah orang lain.

Perilakunya kadang-kadang tidak mengikuti norma sosial, memotong pembicaraan orang seenaknya, mengatakan sesuatu tentang seseorang didepan orang tersebut tanpa merasa bersalah (mis. “Ibu, lihat, bapak itu kepalanya botak dan hidungnya besar ”). Kalau diberi tahu bahwa tidak boleh mengatakan begitu, ia akan menjawab : “Tapi itu kan benar Bu.”
Anak SA jarang yang menunjukkan gerakan-gerakan motorik yang aneh seperti mengepak-ngepak atau melompat-lompat atau stimulasi diri.
http://www.autis.info/index.php/tentang-autisme/jenis-autisme

Gangguan Asperger dan Perkembangan Pervasiv yang tidak Spesifik

DEFINISIGangguan perkembangan pervasif ini berhubungan erat dengan penyakit autisme tetapi kurang parah.

Anak dengan gangguan Asperger menghalangi interaksi sosial mirip yang dipunyai anak dengan penyakit autisme, seperti stereotip atau kelakuan dan tindak-tanduk berulang dan ritual yang tak wajar. Tetapi, ketrampilan bahasa normal dan kadang-kadang superior dibanding seorang anak rata-rata, dan IQ normal.

Anak yang secara signifikan menghalangi interaksi sosial atau berprilaku stereotip tanpa semua gelagat penyakit autisme atau gangguan Asperger dianggap memilki gangguan perkembangan pervasif lain yang tidak ditetapkan (disingkat PDD-NOS). Anak dengan gangguan Asperger atau PDD-NOS cenderung memiliki fungsi dengan derajat yang lebih tinggi daripada anak dengan penyakit autisme dan mungkin dapat berfungsi secara mandiri. Anak dengan gangguan Asperger sering menanggapi dengan baik psikoterapi.
http://medicastore.com


Sindrom Asperger
Sindrom Asperger (bahasa Inggris: Asperger syndrome, Asperger's syndrome, Asperger's disorder, Asperger's atau AS) adalah salah satu gejala autisme di mana para penderitanya memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dengan lingkungannya, sehingga kurang begitu diterima. Sindrom ini ditemukan oleh Hans Asperger pada tahun 1944. Sindrom Asperger dibedakan dengan gejala autisme lainnya dilihat dari kemampuan linguistik dan kognitif para penderitanya yang relatif tidak mengalami penurunan, bahkan dengan IQ yang relatif tinggi atau rata-rata (ini berarti sebagian besar penderita sindrom Asperger bisa hidup secara mandiri, tidak seperti autisme lainnya). Sindrom Asperger juga bukanlah sebuah penyakit mental.

Ketika orang berbicara, umumnya mereka menggunakan bahasa tubuh seperti senyuman dan komunikasi nonverbal lainnya, dan juga kata-kata yang dikeluarkan oleh mereka cenderung memiliki lebih dari satu buah makna. Seorang penderita sindrom Asperger memiliki kesulitan untuk memahami bentuk-bentuk komunikasi non-verbal serta kata-kata yang memiliki banyak arti seperti itu, dan mereka hanya memahami apa arti kata tersebut, seperti yang ia pahami di dalam kamus. Para penderita sindrom Asperger tidak mengetahui bagaimana memahami ironi, sarkasme, dan penggunaan bahasa slang, apalagi memahami mimik muka/eskpersi orang lain. Mereka juga tidak tahu bagaimana caranya untuk bersosialisasi dengan orang lain dan cenderung menjadi pemalu.

Para dokter melihat sindrom Asperger sebagai sebuah bentuk autisme. Seringnya, disebut sebagai "autisme yang memiliki banyak fungsi/high-functioning autism". Hal ini berarti setiap penderita sindrom Asperger terlihat seperti halnya bukan seorang autis, tetapi ketika dilihat, otak mereka bekerja secara berbeda dari orang lain. Para dokter juga sering mengambil kesimpulan yang salah mengenai sindrom Asperger setelah mendiagnosis penderitanya, dan memvonisnya sebagai pengidap skizofrenia, ADHD, sindrom Tourette atau kelainan mental lainnya.

Bagian otak yang memiliki kaitan untuk melakukan hubungan sosial dengan orang lain juga sebenarnya mengontrol bagaimana tubuh bergerak dan juga keseimbangan tubuh. Karena itu, seorang penderita sindrom Asperger mungkin mengalami masalah yang melibatkan pergerakan tubuh, seperti halnya olah raga, atau bahkan jalan kaki, yang terkadang sering terpeleset. Mereka juga memiliki kebiasaan grogi/nervous.

Para penderita sindrom Asperger cenderung lebih baik dibandingkan orang-orang lain dalam beberapa hal seperti matematika dan hitung-hitungan, tulisan serta pemrograman komputer. Banyak Penderita sindrom Asperger memiliki cara penulisan yang lebih baik dibandingkan dengan cara mereka berbicara dengan orang lain. Mereka juga memiliki sebuah minat yang khusus yang mereka tekuni dan bahkan mereka menekuninya sangat detail, serta mereka justru menemukan hal-hal kecil yang orang lain sering melewatkannya
http://id.wikipedia.org/wiki/Sindrom_Asperger

Keistimewaan Anak Asperger
Ditulis Oleh Gina Al - Ilmi, S.Psi
Banyak berprestasi, tapi sering dianggap aneh. Memiliki kebiasaan yang tidak lazim serta memiliki minat yang sempit. Ketidaklaziman mereka membuat mereka sering dianggap aneh oleh kawan-kawannya di sekolah. Siapakah mereka dengan Asperger itu? Einstein adalah salah satunya. Tokoh lainnya yang tak kalah menakjubkan adalah Bill Gates. Menurut para ahli,baik Einstein maupun Gates, memiliki ciri yang sama yang juga ditemukan pada anak-anak Asperger. Kesamaannya antara lain adalah pada hubungan interpersonal yang tidak biasa (mereka sering sekali penyendiri), dan kebiasaan melakukan gerakan berulang tanpa maksud (Bill Gates sering mengayun-ayunkan kursi duduknya tanpa maksud)
Apakah anda mengetahui ada saudara atau mungkin kawan anda yang kemungkinan adalah anak asperger? Bagaimana mereka bisa dibantu? Bagaimana mengeluarkan potensi terbesar mereka? Jawabannya akan coba diterangkan dalam edisi APSInfo kali ini. Asperger pada dasarnya adalah sejenis autisma. Namun, ada perbedaan yang mencolok. Anak asperger biasanya memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Namun, hanya pada bidang yang mereka anggap menarik saja. Kelebihan ini haruslah bisa dikenali hingga bisa kita bantu untuk dikembangkan. Siapa tahu, anak asperger yang anda kenal sekarang, 10 atau 15 tahun kemudian, akan menjelma menjadi Einstein, atau Bill Gates berikutnya. Siapa tahu bukan?

Makna, Penyebab dan Penanganan untuk Anak ASPERGER
* Dikutip dari Dr. Reni Akbar- Hawadi, Psikolog dan wawancara dengan DR. Endang Widyorini M.Si Psikolog Sejarah Asperger
Lorna Wing adalah tokoh pertama yang menggunakan istilah Sindrom Asperger dalam sebuah makalah yang dipublikasikan pada 1981. Ia menggambarkan sekumpulan anak dan orang dewasa yang memiliki karakteristik kecakapan dan perilaku yang untuk pertama kali dijelaskan oleh seorang pediatrik yang berasal dari Wina, Hans Asperger. Dalam tesis doktoral yang dipublikasikan pada 1944, Hans Asperger menggambarkan empat anak laki-laki yang benar-benar tidak lazim dalam kemampuan berinteraksi, linguistik, dan kognitifnya. Pada tahun 1990-an, Sindrom Asperger dipandang sebagai sebuah varian autisme dan kelainan perkembangan pervasif, yaitu suatu kondisi yang mempengaruhi perkembangan kecakapan dalam rentang yang luas. Kini, Sindrom Asperger dianggap sebagai suatu subkelompok dalam spektrum autistik dan memiliki kriteria diagnostik tersendiri (Attwood, 2002).
Para pengidap Sindrom Asperger mempersepsi dunia secara berbeda. Bagi mereka, semua orang sangat aneh dan membingungkan. Cara mereka dalam mempersepsi dunia kerap membawa mereka ke hal yang bertentangan dengan cara-cara berpikir, berperasaan, dan berperilaku yang konvensional (Attwood, 2002).
Kesulitan anak Asperger dalam besosialisasi dapat membuat mereka menjadi sangat stres di sekolah. Banyak kendala yang akan ditemukan pada saat anak Asperger memasuki masa remaja Untuk menghadapi hal tersebut, orang tua disarankan untuk segera mencari ahli profesional untuk melakukan intervensi yang diperlukan sesegera mungkin dengan berterus terang kepada guru atau kepala sekolah dan membawa referensi dari ahli tersebut.
Tanpa pemberitahuan dari orang tua, pihak sekolah, dan teman-teman sebaya, anak-anak Asperger sulit untuk mengetahui bahwa mereka berbeda. Hal inilah yang biasanya dapat menjadi pemicu terjadinya masalah serius pada anak Asperger. Mereka membutuhkan bantuan untuk menemukan cara beradaptasi dengan dunia sebagaimana mestinya, sehingga mereka dapat memanfaatkan keterampilan khususnya secara konstruktif, menggunakan keterampilan-keterampilan tertentu tanpa berkonflik dengan orang lain, dan sebisa mungkin mampu mencapai kemandirian pada tingkat tertentu dalam kehidupan orang dewasa serta hubungan sosial yang positif (Attwood, 2002).
Apakah Sindrom Asperger (asperger syndrome/AS) berbeda dengan Autism?
Menurut Ibu Endang Widyorini dari Pusat Keberbakatan Universitas Soegijapranata Semarang, Sindrom Asperger adalah sindrom yang mempunyai kecenderungan menyerupai pola perilaku para penderita autis di mana mereka susah berkomunikasi dan berinteraksi sosial namun penderita sindrom ini mempunyai intelegensi dan kemampuan verbal yang normal. Artinya, mereka sehat-sehat saja dan tidak mengalami keterbelakangan mental seperti kebanyakan anak-anak autis
Penderita sindrom Asperger rata-rata memiliki gramatikal dan vocabulary yang cukup baik pada masa awal pertumbuhannya. Hanya saja mereka tidak bisa menerapkan bahasa secara harafiah dan kontekstual atau dengan kata lain tidak mempunyai kemampuan mengungkapkan pesan melalui penggunaan bahasa dengan lancar sehingga mereka susah diterima oleh komunitas sosial. Kita tidak bisa mengerti dan memahami apa yang ingin disampaikannya karena penderita sindrom ini memiliki gangguan sistem saraf sehingga mereka tidak mempunyai koordinasi yang baik untuk berkomunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai orang yang tidak bisa berbahasa dengan lancar, terdengar kaku, sangat formal . Tidak jarang dari mereka mempunyai potensi tersembunyi dalam dirinya dan bahkan mungkin lebih jenius ketimbang orang normal
.Penyebab Asperger
Menurut Attwood (2002), hal-hal yang dapat menyebabkan seseorang memiliki gangguan Asperger, antara lain:
• Gangguan pada saat kelahiran atau kehamilan
• NeurologisSindrom Asperger merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengacu
pada disfungsi struktur dan sistem dalam otak.
Penanganan untuk anak Asperger
Menurut Attwood (2002), ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi gejala-gejala yang dimunculkan oleh seseorang yang mengalami gangguan Asperger, antara lain:
1) Bila ada gangguan perilaku sosial, pelajari cara untuk:
- Mengawali, memelihara, dan mengakhiri permainan kelompok
- Bersikap fleksibel, kooperatif, dan mau bebagi
- Mempertahankan kesendirian tanpa mengganggu orang lain
• Doronglah seorang teman untuk bermain dengan anak di rumah
• Daftarkan anak di perkumpulan-perkumpulan atau kelompok-kelompok
• Ajari anak untuk mengamati anak-anak lain untuk menunjukkan hal yang harus dilakukan
• Doronglah permainan-permainan yang kompetitif dan kooperatif
• Doronglah anak untuk menjalin persahabatan yang prospektif
• Sediakan hiburan di saat-saat istirahat
• Sediakan guru pendamping
Gunakan kisah-kisah tentang sosial untuk memahami petunjuk-petunjuk dan tindakan-tindakan bagi situasi-situasi sosial tertentu
2) Bila ada masalah bahasa, bantu anak untuk pelajari :
- Komentar-komentar pembuka yang tepat
- Cara untuk mencari bimbingan ketika mengalami kebingungan
• Ajari petunjuk-petunjuk tentang saat untuk membalas, menginterupsi, atau mengubah topik
• Berbisiklah di telinga anak tentang ucapan yang harus dikatakan kepada orang lain
• Gunakan kisah-kisah tentang bermasyarakat dan percakapan dalam bentuk komik sebagai
suatu representasi lisan atau piktoral pada tingkat komunikasi yang berbeda
• Ajarkan bagaimana memodifikasi tekanan, irama, dan nada untuk menekankan kata-kata
kunci dan emosi-emosi terkait
3) Pada masalah minat dan rutinitas :
• Ajari konsep waktu dan jadwal untuk menunjukkan rangkaian aktivitas
• Kurangi tingkat kecamasan anak
4) Masalah koordinasi motorik yang kikuk, bantu anak untuk :
• Memperbaiki keterampilan-keterampilan menangkap dan melempar bola sehingga anak bisa
turut bermain bola
• Menggunakan perangkat permainan di taman bermain dan tempat berolahraga
• Pengawasan dan dorongan untuk memperlambat tempo gerakan
• Merujuk pada ahli kesehatan yang relevan
5) Pada masalah kognisi, Bantu anak untuk :
• Belajar memahami perspektif dan pikiran-pikiran orang lain dengan menggunakan permainan
peran dan instruksi-instruksi
• Dorong anak untuk berheni memikirkan perasaan orang lain sebelum mereka bertindak atau
berbicara
• Belajar untuk meminta pertolongan, terkadang menggunakan sebuah kode rahasia
• Periksa apakah anak menggunakan strategi yang tidak konvensional dalam membaca,
menulis, atau berhitung
• Hindari kritik dan omelan 6) Masalah kepekaan sensoris
• Minimalkan bunyi yang ada di sekitar kita, khususnya bila sejumlah orang berbicara pada
waktu yang sama
• Lakukan terapi integrasi sensoris
• Kurangi sensitivitas pada area tertentu dengan menggunakan pemijatan dan vibrasi
• Hindari cahaya yang terlalu terang
• Dorong anak untuk melaporkan rasa sakit yang dialami tubuhnya
http://www.apsi-himpsi.org/Artikel/Wacana-APSI.php

Pendidikan Terbaik untuk Anak Asperger
Ditulis Oleh Dr. Adriana S Ginanjar, M.Psi, Psikolog

Anak Asperger sering dikaitkan dengan autistic. Tapi anak autis memiliki gangguan interaksi sosial dan komunikasi, juga perilaku dan minat yang sempit. Sedangkan anak asperger sering diebut high fuction autis. Mereka memiliki ciri-ciri autis tapi IQnya tinggi hingga bisa masuk ke sekolah umum. Masalah utamanya adalah kesulitan mereka dalam interaksi sosial, diantara teman-temannya sering dianggap aneh.
Asperger sering tidak disadari oleh orangtuanya hingga anak masuk usia Sekolah Dasar, saat anak harus interaksi dengan temannya. Mereka tidak memiliki masalah bicara seperti anak autis, namun mereka biasa menggunakan bahasa yang kaku atau formal, bukan bahasa sehari-hari. Dari kecil biasanya mereka punya minat yang sangat dalam pada ensiklopedia, kartun jepang, dan sebagainya. Sesudah masuk SD baru dicap aneh karena hanya bisa ngobrol tentang minatnya saja. Aturan sosial sangat pintar, tapi kemampuan sosialnya rendah. Biasanya suka menarik diri, lebih suka sendiri, lebih suka belajar. Dia sebenarnya ingin sekali berteman, tapi karena dia aneh, jadi sering diganggu teman, disuruh apa saja nurut saja.
Pada dasarnya kemampuan yang paling terbatasnya pada anak asperger adalah pada segi sosialisasi. Dia susah membaca situasi sosial. Tidak punya insting sosial, kecerdasan emosinya kurang, empatinya kurang, cara berpikirnya berbeda, emosinya meledak-ledak, dan tingkah lakunya tidak sesuai lingkungan. Sebenarnya karena dia pintar, banyak temannya, tapi biasanya temannya hanya meminta bantuan untuk tanya PR, atau mengerjakan tugas-tugas sekolah
Saat kelihatan dia sulit sosialisasi, orangtua bisa mulai menerangkan tentang aturan-aturan sosial yang sepantasnya, saat sedang berlangsung, misalnya ia menghadiri acara ulangtahun temannya, ia bisa dijelaskan untuk memberi selamat, menyerahkan kado yang dibawanya, dan seterusnya. Selain itu mereka juga bisa diberikan buku social stories, berisi cerpen-cerpen situasi sosial. Bila dibohongi teman tidak langsung berubah karena kurang mengerti.
Untuk membantu anak asperger di sekolah, nomor satu saat anak asperger pada satu sesi dia tidak masuk, guru harus memberi penjelasan pada teman-temannya mengenai kondisi aspergernya. Tugas guru untuk mendorong teman-teman agar dia bisa diterima. Kedua, orangtua bisa menghubungi guru, sehingga guru bisa membantu orangtua mengadaptasi anaknya di sekolah.
Anak asperger dalam akademik tidak bermasalah, orangtua bisa membantu mereka untuk membuat PR. Bila anak suka, ia akan belajar dengan sendirinya, bila tidak suka pelajarannya atau tidak suka gurunya, orangtua harus bisa memberi pengertian pada anak.
Tips praktis membantu anak baik di rumah maupun di sekolah :
1. Alat bantu visual seperti penjelasan tertulis di papan tulis, gambar-gambar di buku
2. jadwal yang rutin dan konsisten, dengan aturan yang jelas, dia akan merasa nyaman dan lebih optimal. Karena dia sangat suka keteraturan dan agak kaku. Buatkan jadwal harian, saat sekolah maupun hari libur
3. bila akan ada perubahan jadwal, beritahukan 1 hari sebelumnya. Karena ketidaktahuannya akan jadwal akan membuat dia bingung dan juga cemas. Disinilah letak kerentanannya.
4. anak asperger punya masalah sensori, mereka tidak suka tempat yang terlalu ramai/bising. Ketika mereka merasa stimulasi lingkungan berlebihan, mereka melakukan stimulasi diri dengan bicara sendiri atau menggerak-gerakkan tangan atau kakinya. Itu yang membuat dia sering disebut aneh oleh teman-temannya. Padahal tujuannya adalah agar tidak merasa tertekan. Stimulasi diri ini harus dibatasi. Perlu ada ruangan yang dinamakan Save Place, satu ruangan tenang yang bila stresnya terlalu tinggi, ia bisa masuk ke ruangan itu dan menenangkan diri, atau disediakan komputer di kelas atau ia bisa istirahat keluar kelas (di sekolah alam) agar ia bisa melakukan hal yang disukainya
5. biasanya anak asperger punya minat tertentu, karena itu sebaiknya digali minatnya. Dengan kemampuan yang didalaminya, dia bisa dimasukkan ke kelompok minat tersebut. Misalnya klub gambar komik, klub olahraga,
6. anak asperger biasanya bagus di sekolah. Di luar sekolah bisa tidak usah di leskan lagi. Kecuali bila ia benar-benar kurang di bidang pelajaran itu.
7. Ia lebih cenderung diam, walau diikutkan kursus kepribadian. Tidak bisa seperti anak normal. Saat remaja, masalahnya sama seperti anak lain, mengalami perubahan emosional, mudah tersinggung. Motivasi berprestasinya tinggi. Ia bisa dibantu untuk bersosialisasi seperti dianjurkan untuk berpakaian mengikuti mode seperti teman-temannya, agar ia bisa tidak dianggap aneh oleh kawan-kawannya, juga diajari soal musik yang sedang tren, gaya bahasa gaul, dan sebagainya.
http://www.apsi-himpsi.org/Artikel/Pendidikan-Terbaik-Ubtuk-Anak-Asperger.php


Mengenal Sindrom Asperger

Jumat, 2 Oktober 2009 | 15:33 WITA

SEKILAS penderita sindrom asperger terlihat normal, tidak memiliki gangguan fisik dan punya tingkat kecerdasan yang normal. Masalah baru timbul ketika penderita harus berinteraksi dengan orang lain.

Penderita sindrom asperger terlihat aneh dan tidak memiliki perhatian dan empati ketika berkomunikasi dengan orang. Penderita tidak tahu arti bahasa tubuh seperti tersenyum, wajah sedih, gembira sehingga orang yang tidak tahu bahwa lawan bicaranya pengidap sindrom asperger akan mengecapnya aneh.

Seperti dalam film Adam yang menceritakan pemuda penderita sindrom asperger bernama Adam yang bertemu dengan perempuan idamannya Beth. Si wanita kadang begitu kecewa karena Adam tidak pernah menunjukkan rasa empati ketika Beth bercerita sedih atau tak bisa mengartikan bahasa tubuh seperti senyum, mata melotot atau ketika harus bergembira.

Kemampuan mengartikan bahasa yang dimiliki juga terbatas dan sering mengulang-ulang atau memberikan komentar yang tidak relevan kepada lawan bicaranya. Jadinya penderita sindrom terlihat sangat kaku dan formal, kadang suka memotong pembicaraan orang, berdiri terlalu dekat atau memandang lawan bicaranya terlalu lama.

Itu semua terjadi karena penderita sindrom asperger tidak memahami gerakan-gerakan atau ekspresi wajah lawan bicaranya dan sulit untuk bicara ke topik lain.
Penyakit kelainan sindrom asperger memang masih terasa asing didengar. Kelainan ini biasanya baru dapat didiagnossis pada saat usia anak antara 5 tahun sampai 9 tahun. Sindrom asperger seringkali sulit untuk didiagnosis dan diobati.

Sindrom asperger adalah kelainan saraf (neurobiological) dan merupakan bagian dari autism spectrum disorders. Disebut dengan istilah 'autism spectrum' karena mengacu gangguan perkembangan saraf termasuk autisme serta gangguan lain yang memiliki karakteristik serupa.

Kelainan ini ditemukan setelah seorang dokter anak bernama Hans Asperger menemukan beberapa pola perilaku sama yang terjadi pada pasiennya dan rata-rata adalah laki-laki pada tahun 1940.

Asperger memperhatikan bahwa meskipun anak-anak memiliki kecerdasan yang normal, tapi memiliki gangguan pada keterampilan sosialnya yaitu tidak dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang lain dan memiliki koordinasi yang buruk.

Gejala yang dialami oleh penderita sindrom asperger seringkali sulit dibedakan dengan masalah perilaku yang lain. Karaktersitik yang paling menonjol adalah memiliki interaksi sosial yang buruk, obsesi, pola bicara yang aneh serta perilaku aneh lainnya.

Tanda serta gejala lainnya seperti dikutip dari Kidshealth, Jumat (2/10/2009), adalah memiliki interaksi sosial yang sedikit, percakapan hampir selalu seputar diri sendiri daripada orang lain, sering mengulang-ulang pembicaraan, kurang menggunakan akal sehat, memiliki masalah dalam matematika atau keterampilan menulis, memiliki kemampuan kognitif (pemahaman) nonverbal di bawah rata-rata meskipun kemampuan verbal kognitifnya di atas rata-rata, canggung dalam melakukan gerakan serta berperilaku aneh.

Hal yang sangat penting adalah sindrom asperger mungkin tidak menunjukkan keterlambatan dalam perkembangan bahasa, namun memiliki masalah dalam penggunaan masalah di lingkungan sosial.

Sampai saat ini diperkirakan penyebabnya adalah faktor turunan dan pada beberapa kasus dihubungkan dengan kelainan mental seperti depresi dan bipolar disorder, serta ada kemungkinan faktor lingkungan juga mempengaruhi.

Untuk mendiagnosis sindrom asperger sangat sulit, karena biasanya memiliki beberapa aspek kehidupan yang sangat baik. Para ahli kesehatan mental menilai penting untuk melakukan intervensi awal. Intervensi ini melibatkan pelatihan pendidikan dan kemampuan sosial yang dilakukan saat otak anak masih berkembang. Selain itu cermat dalam melihat perilaku anak seperti kegiatan favorit atau kebiasaan yang tidak biasa.

Penanganan untuk sindrom asperger adalah dengan melakukan pelatihan kemampuan sosial, terapi bahasa, memilih intervensi pendidikan khusus untuk anaknya, pelatihan untuk kemampuan sensoriknya, meminta bantuan psikoterapi serta jika dibutuhkan menggunakan bantuan obat-obatan.

Dukungan besar dari orangtua serta lingkungan keluarga dan sekitarnya sangat membantu perkembangan penderita sindrom asperger. Meskipun mengalami kelainan tapi penserita sindrom asperger tetap bisa membanggakan atau berprestasi, karena biasanya memiliki kelebihan di bidang lain jika dibandingkan dengan orang yang normal
http://www.banjarmasinpost.co.id/read/artikel/23581/mengenal-sindrom-asperger



Mengenal Sindrom Asperger Melalui Mary and Max
Jika ditanya film apakah yang ringan namun berkualitas dan layak tonton, maka saya akan menjawab Mary and Max. Film yang berlatar belakang 1976 sampai 1994 ini adalah karya Adam Elliot yang memenangkan animasi terbaik di Asia Pacific Screen Awards pada November 2009. Walaupun animasinya tidak secanggih karya Pixar, emosi dan pesan yang ditampilkan di Mary and Max begitu kuat.

Film Mary and Max bercerita tentang Mary, seorang gadis 8 tahun yang memiliki tanda lahir di dahi dan sering dihina karenanya. Mary, yang tinggal di Australia, memiliki pertanyaan-pertanyaan mengenai kehidupan namun tidak memiliki orang yang bisa ditanya. Ibunya seorang alkoholik dan ayahnya sibuk bekerja sebagai pegawai pabrik. Mary memiliki sebuah ide, ia memutuskan untuk memilih nama dan alamat orang yang secara acak didapat dari buku telepon ketika ia pergi bersama ibunya. Kemudian ia mengirim surat kepada orang yang namanya ada di sobekan kertas untuk bertanya pertanyaan pertama ‘darimana bayi berasal?’.

Surat itu tertuju pada Max Horowitz, seorang pria yang berumur 44 tahun dan tinggal di New York. Berbeda dengan Mary yang tinggal dikawasan pinggiran kota bersama orang tua, Max tinggal sendirian di pusat kota. Kesendiriannya ini diakibatkan oleh sindrom Asperger yang diidapnya sehingga Max sulit membangun komunikasi dan interaksi dengan orang lain.

Definisi dan Karakteristik Sindrom Asperger
Dalam psikologi perkembangan, terdapat pervasive developmental disorder (PDD) yang merupakan sekelompok gangguan perkembangan yang baru terlihat pada umur tiga tahun. Berdasarkan klasifikasi DSM IV, terdapat 5 bentuk PDD yaitu: 1) autism, 2) sindrom asperger, 3) childhood disintegrative disorder (CDD), rett disorder, dan 5) PDD NOS. Dalam sindrom asperger, gangguan ini ditandai dengan keterbatasan kemampuan sosial (anak sulit menjalin relasi dengan orang lain), kurang koordinasi motorik, dan kurang konsentrasi. Perbedaan mendasar antara sindrom asperger dengan gangguan lain adalah memiliki kecerdasan yang normal atau di atas normal, memiliki kemampuan berbahasa yang baik, terutama dalam tata dan kosa kata, walaupun agak sulit mengerti bahasa “humor dan ironi”, dan memiliki keterpakuan minat yang sangat mendalam.

Karakteristik sindrom asperger digambarkan dengan baik oleh penulis film ini. Dalam cerita, tokoh Max mengungkapkan sendiri lima karakteristik yang ia miliki. Ia menyebutkan:

1) I find the world very confusing and chaotic because my mind is very literal and logical
Salah satu karakteristik pada sindrom asperger ini adalah ketidakmampuan membaca situasi sosial. Misalnya ketika Max buang angin sembarangan di lift. Ia melihat hal tersebut sebagai suatu kejujuran dimana ia harus mengeluarkan gas tanpa ditahan. Namun orang lain malah melihat kejujuran yang ia maksud itu sebagai sesuatu yang tidak sopan. Max bingung dengan keadaan ini.
2) I have trouble understanding the expression on people’s faces
Orang-orang yang berada memiliki PDD ini sulit berkomunikasi secara verbal dan non verbal dengan orang lain. Dalam film ini, diceritakan seorang wanita yang ditemui di overeaters anonymous menyukai Max dan selalu memberikan tanda-tanda non-verbal namun Max tidak mengerti. Karena tidak mengerti dengan ekspresi non-verbal orang lain, Max memiliki buku mengenai gambar ekspresi wajah bagaimana wajah yang marah, sedih, dan lainnya. Ketika ia berurusan dengan orang lain yang menunjukkan ekspresi tertentu, ia membaca bukunya untuk menebak apa yang dirasakan orang lain tersebut.
Dalam film ini, dicertakan Max pernah diserang oleh seekor burung ketika berjalan sehingga ia harus menggunakan helm kemanapun ia pergi. Ia dan helm tersebut membuat orang lain geli melihatnya sehingga Max ditertawakan. Max tahu orang lain tertawa padanya namun ia tidak mengerti kenapa mereka menertawakannya.
3) Bad handwriting and hypersensitive, clumsy, and get very concerned
Hypersensitivitas yang dimiliki Max ditandai dengan sensitivitas sensori yang berlebih. Ini ditandai dimana Max mudah terkejut ketika mendengar suara dering telepon, ia menganggap New York – tempat tinggalnya – sangat tidak cocok baginya karena terlalu ramai, lampu-lampunya terang benderang, suara yang tiba-tiba, dan bebauan yang kuat. Max bilang ia ingin tinggal di bulan karena lebih hening.
Hipersensitivitas ini membuat Max menggunakan penyumbat hidung dan telinga ketika ia keluar dari apartment-nya.
4) Like solving problems
Max bisa memecahkan Rubik’s Cube.
5) I have trouble expressing my emotions
Selain tidak mengerti membaca ekspresi, orang dengan asperger sindrom pun sulit mengekspresikan emosinya. Dalam cerita ini ditandai dengan Max yang kesulitan untuk tersenyum walaupun ia melewati suatu hal yang menyenangkan. Lalu bagaimana jika orang dengan asperger sindrom merasakan cinta? Dalam film disebutkan pernah Max merasakannya namun sulit mengekspresikannya. Max mengatakan, “Love is a foreign language like a scuba diving or jogging”.

Terdapat karakteristik lain yang berada di dalam payung PDD yang ditunjukkan Max namun tidak diceritakan:
1) Rigid atau kekakuan yang ia miliki yaitu ia memiliki lebih dari dua pakaian olahraga yang selalu ia pakai dengan ukuran dan warna yang sama. Kekakuan biasanya membuat orang yang memiliki asperger sindrom ini memiliki rutinitas yang terjadwal. Biasanya, jika rutinitas itu berubah, mereka akan marah. Di film ini ditunjukkan ketika pertama kali Max menerima surat dari Mary dan ia mengelami anxiety attack karena rutinitasnya berubah. Dalam keseharian, contoh rutinitas yang tidak boleh berubah adalah orang yang biasanya harus melewati jalan tertentu ketika mencapai tujuan tertentu. Jika melewati jalan lain, biasanya orang itu akan marah.
2) Perilaku yang cenderung normatif atau taat peraturan. Misalnya Max sangat terganggu ketika orang membuat puntung rokok sembarangan, heran dan menganggap bodoh orang-orang yang menebang pohon sembarangan padahal mereka sendiri membutuhkan oksigen, dan Max mempertanyakan kenapa orang-orang harus membuat jadwal bis sementara bis selalu datang telat.
3) Pemilih dalam makanan juga salah satu karakteristik pada PDD. Walaupun ini tidak disebutkan oleh Max dalam cerita, namun terlihat sekali dimana Max hanya makan-makanan instan dan hotdog cokelat. Inilah yang membuat dirinya obesitas dan harus mengemui psikiater dan masuk ke dalam kelompok overeaters anonymous.
4) Gangguan tidur. Max hanya tidur dua jam setiap malamnya.


Manusia Sebagai Makhluk Sosial

“Max hoped Mary would write again. He’d always wanted a friend. A friend that wasn’t invisible, a pet or rubber figurine.”

Mary dan Max bersahabat pena. Aksi saling balas surat yang berisi tentang cerita diri, kehidupan sehari-hari, dan kehidupan orang yang ada disekitar ini sangat menarik. Dunia yang sederhana dari sudut pandang Mary ditimpali dengan dunia yang kompleks dari sudut pandang Max – seorang Yahudi atheis. Hubungan tanpa tatap muka ini terus berlanjut selama 20 tahun. Lama kelamaan, Mary menganggap Max sebagai sahabat dan orang yang paling mengertinya, begitu pula dengan Max. You are my best friend. You are my only friend.

Lalu jika Max memiliki gangguan untuk berinteraksi dan berkomunikasi, lantas mengapa ia bisa mempertahankan persahabatannya dengan Mary?

Pada umumnya anak yang memiliki sindrom asperger suka berteman, walaupun dengan gaya bahasa dan mimik yang formal. Mereka sulit memulai percakapan dan sulit mengerti makna dan interkasi sosial. Jika dilihat dari psikologi sosial, seorang psikiater asal Wina bernama Alfred Adler, berpendapat bahwa pada dasarnya setiap manusia dimotivasikan oleh dorongan-dorongan sosial dan manusia adalah makhluk sosial. Dorongan ini dibawa sejak lahir meskipun tipe-tipe khusus hubungan manusia dan pranata-pranata sosial yang berkembang ditentukan oleh corak masyarakat tempat manusia itu dilahirkan. Setiap manusia berada dalam suatu konteks sosial sejak hari pertama hidupnya karena semenjak saat itu manusia terlibat hubungan antarpribadi bayi dan ibunya.

Jadi, jika mengikuti teori Adler, tidak peduli seseorang memiliki pribadi yang introvert atau bahkan mengidap Asperger seperti Max, pasti memiliki minat sosial. Walaupun tidak muncul secara spontan, ini adalah sebuah kodrat – singkatnya – bukan karena kebiasaan belaka. Oleh karena itu, tidaklah heran ketika munculnya sebuah ironi dalam keterbatasannya berhubungan sosial ketika Max berkata kepada Mary melalui suratnya, “I find human is interesting but I have trouble understanding them. I think, however, I will understand and trust you.” (Nia Janiar)

Sumber:
Supratiknya, A. 1993. Teori-teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta: Kanisius
Deiner, Penny Low. 2005. Resources for Educating Children with Diverse Abilities. New York: Thomson Delmar
http://ruangpsikologi.com/mengenal-sindrom-asperger-melalui-mary-and-max









Asperger: Gangguan Anak Antisosial
Jakarta, Autisme seakan-akan jadi momok menakutkan bagi banyak orang tua. Tidak heran, karena jumlah angka penderitanya di seluruh dunia terus meningkat, termasuk di Indonesia. Meskipun belum ada angka pasti yang menyebutkan penderita autis di Indonesia.

Nyatanya tidak hanya penderitanya saja yang bertambah, kini varian autisme juga semakin banyak diketahui. Sindrom asperger merupakan salah satu varian autisme yang lebih ringan dibandingkan kasus autisme klasik.


Gangguan Asperger berasal dari nama Hans Asperger, seorang dokter spesialis anak asal kota Wina, Austria. Pada tahun 1940, Asperger ialah orang pertama yang menggambarkan pola perilaku khusus pada pasien-pasiennya, terutama pasien laki-laki.

Asperger memperhatikan, meskipun anak laki-laki tersebut memiliki tingkat intelegensia yang normal serta kemampuan bahasa yang baik, namun mereka memiliki kekurangan dalam kemampuan bersosialisasi. Umumnya mereka tidak mampu berkomunikasi secara efektif serta kemampuan koordinasi yang kurang baik.

Sindrom asperger banyak disebut sebagai varian dari autisme yang lebih ringan. Para ahli mengatakan, pada penderita sindrom asperger memiliki kondisi struktural otak secara keseluruhan lebih baik dibandingkan pada penderita autisme.

Menurut Clinical Assistant Professor of Pediatrics Jefferson Medical College Philadelphia, Susan B. Stine, MD karakter dari anak-anak yang mengalami sindrom asperger ialah kurangnya kemampuan berinteraksi sosial, pola bicara yang tidak biasa dan tingkah laku khusus lainnya.

Kemudian, anak-anak dengan sindrom asperger biasanya sangat sulit untuk menampilkan ekspresi di wajahnya serta sulit untuk membaca bahasa tubuh pada orang lain.

“Mereka kemungkinan juga merasa nyaman dengan rutinitas tertentu yang harus dilakukan setiap hari serta sensitif terhadap stimulasi sensori tertentu, misalnya mereka akan tertanggu oleh nyala lampu redup yang mungkin tidak diperhatikan oleh orang lain. Bisa saja mereka menutup kuping agar tidak dapat mendengarkan suara di sekitarnya atau mereka mungkin lebih memilih pakaian dari bahan-bahan tertentu saja,” jelas Stine.

Selain itu, tambah Stine, ciri dari anak yang mengalami sindrom asperger adalah terlambatnya kemampuan motorik, ceroboh, minat yang terbatas dan perhatian berlebihan terhadap kegiatan tertentu.

Hal senada diungkapkan oleh dokter spesialis anak konsultan Neurologi, dr Hardiono D Pusponegoro, Sp.A(K). Dia memaparkan, sindroma asperger adalah gangguan perkembangan dengan gejala berupa gangguan dalam bersosialisasi, sulit menerima perubahan, suka melakukan hal yang sama berulang-ulang, serta terobsesi dan sibuk sendiri dengan aktivitas yang menarik perhatian.

“Umumnya, tingkat kecerdasan si kecil baik atau bahkan lebih tinggi dari anak normal. Selain itu, biasanya ia tidak mengalami keterlambatan bicara,” kata Hardiono.

Jika dilihat secara sekilas, lanjutnya, anak tersebut tidak berbeda dengan anak yang pintar dan kreatif. Hanya saja, anak tersebut biasanya memiliki satu minat tertentu saja untuk dikerjakannya.

Memang secara keseluruhan anak-anak yang mengalami gangguan sindrom asperger mampu melakukan kegiatan sehari-hari, namun terlihat sebagai pribadi yang kurang bersosialisasi sehingga sering dinilai sebagai pribadi eksentrik oleh orang lain.

Menurut Stine, jika penderita sindrom asperger beranjak dewasa, biasanya mereka akan merasa kesulitan untuk mengungkapkan empati kepada orang lain serta tetap kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain.

“Pada ahli mengatakan bahwa penderita sindrom asperger biasanya akan menetap seumur hidup. Namun, gejala tersebut dapat dikurangi dan diperbaiki dalam kurun waktu tertentu terutama deteksi dini sindrom asperger akan sangat membantu,” pungkasnya.

Gangguan sindrom asperger pada umumnya akan terus mengikuti perkembangan usia seseorang. Meski tidak membahayakan jiwa, namun gangguan itu bisa membuat anak takut berada di keramaian dan membuat anak depresi.

Ciri yang menonjol pada anak asperger adalah mereka tidak bisa membaca kode-kode atau ekspresi wajah seseorang. Karena ketidakmampuannya itu, anak asperger dijauhi teman-temannya.

“Biasanya mereka jadi anak yang antisosial, sulit berinteraksi dengan orang lain,” kata Hardiono.

Ketika anak asperger tidak mempunyai teman, lalu tidak tahu harus bersikap bagaimana untuk menghadapi sebuah situasi, dia akan merasa putus asa dan akhirnya depresi.

Sesuai dengan perkembangan otak, kalau kelainan itu diketahui lebih dini, maka bisa distimulasi atau diberi obat agar berkembang ke arah yang baik.

Namun, kalau sudah terlambat deteksinya, yaitu sudah berusia lima atau enam tahun, maka sulit penanganannya karena perkembangan otak sudah berhenti. Pada umur lima tahun, bagian otak yang disebut sinaps-sambungan antar saraf di mana bahan kimia serotonin bekerja-akan berhenti.

Kini teknik-teknik terapi sudah jauh lebih maju dan fasilitas sudah banyak. Hardiono menuturkan, salah satu terapi yang bisa dilakukan adalah dengan mengajak si anak bermain. Stimulasi ini diketahui memperbaiki sinaps dan meningkatkan kadar serotonin.

Menurut Hardiono, anak asperger masih bisa diterapi, terutama dalam hal kemampuan bersosialisasi. Pasalnya, kemampuan mereka bersosialisasi sangat kurang.

“Cara terapi yang paling baik adalah mengajarkan anak bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Terapi dalam bentuk peer group akan lebih baik lagi,” paparnya.

Anak asperger biasanya memiliki kecerdasan yang tinggi, maka orangtua akan dengan mudah mengajarkan emosi sosial. Misalnya, mengajarkan bagaimana harus bersikap jika menghadapi situasi tertentu.

R. Kaan Ozbayrak,MD, Assistant Professor of Psychiatry University of Massachusetts Medical School menambahkan, beberapa hal lain yang dapat dilakukan untuk membantu anak-anak penderita sindrom asperger. Terapi atau pengobatan yang dilakukan juga harus disesuaikan.

Secara umum Ozbayrak mengatakan, anak-anak penderita sindrom asperger akan banyak terbantu oleh orangtua yang memahami dan mampu membantunya. Kemudian, mereka juga membutuhkan pendidikan yang diperuntukan khusus bagi kebutuhannya. Selain itu, anak memerlukan latihan kemampuan untuk bersosialisasi serta terapi wicara.

“Terapi sensori integrasi juga dapat berguna bagi anak-anak yang masih kecil untuk meminimalisir kondisinya yang terlalu sensitif. Sementara itu, untuk anak-anak yang lebih tua dapat mendapatkan terapi kognitif atau psikoterapi,” papar Ozbayrak.
http://www.ilmupsikologi.com/?p=231


Terapi yang Efektif untuk Anak dengan Asperger Syndrome
A. Strategi Umum untuk Anak dengan Gangguan Asperger

1. Temukanlah bakat, hobi, minat, kemampuan, atau keterampilan yang terpendam di dalam diri anak, dan kembangkanlah hingga optimal dan maksimal.

2. Berikanlah guru atau pembimbing terbaik untuknya. Luangkanlah waktu untuk berinteraksi bersamanya setiap hari.

3. Berilah mereka apresiasi dan dukungan yang tulus dan sepenuh hati.

4. Jangan pernah melukai hati mereka dengan mengejek hasil karya atau kemampuan mereka meski hanya sekali.

5. Jangan pernah memotivasi atau mengapresiasi mereka dengan kata-kata bernada hinaan, cacian, ejekan, atau kata-kata negatif lainnya.







B. Strategi Sosialisasi Anak dengan Gangguan Asperger di Sekolah dan Lingkungan-Pergaulan Sosial

1. Ajarilah anak untuk mau berinteraksi, bergaul, bermain dengan anak sebaya atau seusianya. Libatkan anak di dalam klub bermain, sering diajak di dalam forum diskusi/debat. Bila perlu, orang tua dapat mengajak teman bermain (yang seusia) anaknya untuk mau diajak bermain ke rumah.

2. Buatlah jadwal belajar (di sekolah/rumah) yang tidak kaku, tetap dan tidak sering diubah-ubah, agar tidak membingungkan anak.

3. Idealnya, anak itu dibimbing oleh guru yang sama atau yang benar-benar telah akrab, tidak berganti-ganti guru.

4. Guru dan orang tua hendaknya ikut memilihkan teman bergaul dan bermain yang cocok untuknya.

C. Strategi Berkomunikasi dan Berbahasa untuk Anak dengan Gangguan/Sindrom Asperger

1. Ajarilah anak untuk mengingat frase tertentu, misalnya untuk membuka percakapan, latihlah mengucapkan, “Apa kabar?” atau, “Selamat pagi!”

2. Latihlah anak untuk berani bertanya apapun, trmasuk tentang instruksi yang membingungkan agar diulangi dengan sederhana, jelas, dan tertulis.

3. Ajarilah anak untuk berani mengatakan atau mengakui jika mereka tidak mengetahui jawabannya atau belum memahami sesuatu.

4. Ajarilah anak secara bertahap dan perlahan namun jelas dan mendetail; tentang gaya bahasa, metafora, perumpamaan, peribahasa, bahasa isyarat, dan interpretasi lainnya yang kompleks dan rumit.

5. Berhentilah sejenak bila Anda menginstruksikan serentetan tugas. Misalnya: ambillah buku…..duduklah disini…..tulislah “mama”…..

6. Latihlah dan biasakanlah anak untuk menahan diri dari menyurakan setiap ide, pikiran, atau niatnya.

7. Bermain peran (role-playing) dapat membantu anak dengan gangguan Asperger untuk memahami perspektif, sudut pandang, paradigma, pikiran, dan perasaan orang lain. Latihlah dan biasakanlah anak untuk berhenti sejenak dan berpikir bagaimana perasaan orang lain sebelum sang anak bertindak dan berbicara.

8. Beberapa anak dengan gangguan Asperger memiliki kemampuan berpikir visual yang bagus. Mereka dapat dilatih untuk memvisualisasikan ide atau pikiran mereka dengan (dibantu) gambar, diagram, simbol, atau analog visual lainnya.

9. Dianjurkan pula untuk melatih atau membiasakan anak untuk menggambarkan atau menuliskan apa yang telah dilihat, diingat, dialami, atau apa yang diinginkannya.

Beberapa terapi yang juga bermanfaat untuk anak dengan gangguan Asperger, misalnya:

* Pelatihan keterampilan sosial dengan “role modeling” dan “role playing” dapat membantu pemulihan anak dengan gangguan Asperger.

* Latihan relaksasi (relaxation training)

Ini amat berguna untuk meredakan dan mengendalikan stres atau emosi penderita gangguan Asperger. Bentuknya dapat bermacam-macam, seperti: meditasi, yoga, kundalini, senam/olahraga pernafasan, berdoa, berzikir, dsb. Hal ini tentunya memerlukan lingkungan yang tenang, nyaman, bebas dari polusi (udara, suara, dsb), peralatan tertentu, seperti: musik alam (suara air terjun, gelombang air laut, kicau burung, dsb), kepasrahan yang tinggi, pikiran yang tenang, dan posisi yang nyaman (sebisa mungkin duduk, jangan berbaring, dan jangan telentang). Relaksasi ini sebaiknya rutin dilakukan selama 10-20 menit, 2x sehari, pagi hari sebelum sarapan dan sore hari sebelum makan malam.

* Adapun diet yang dianjurkan untuk orang dengan gangguan Asperger adalah diet rendah kolesterol dan rendah LDL. Hal ini berdasarkan hasil penelitian Dziobek I, Gold SM, Wolf OT, Convit A. (2007) yang melaporkan peningkatan kolesterol total dan LDL (low-density lipoprotein) pada orang dengan gangguan Asperger. Berkonsultasilah dengan ahli gizi atau pakar diet di dalam memilih menu yang tepat untuk anak Anda.

* Obat-obatan

Terapi obat hanya boleh diberikan oleh dokter. Biasanya, dokter akan memberikan obat dari golongan antipsikotik, SSRI (selective serotonin reuptake inhibitors), neuroleptik atipikal, clonidine, atau naltrexone sesuai indikasi.

Sebagai informasi tambahan, intervensi farmakologis (obat-obatan) biasanya digunakan untuk mengobati berbagai gangguan penyerta (comorbid disorders), seperti: masalah pemusatan perhatian, gangguan mood, dysthymia, gangguan bipolar, dan gangguan obsessive-compulsive.

* Konsultasi

Untuk mengevaluasi terapi, diperlukan juga berkonsultasi dengan berbagai ahli, seperti: dokter spesialis saraf, dokter spesialis THT (otolaryngologist), audiologis, “speech pathologist”, terapis fisik dan okupasi.





* Bimbingan (Konseling) Karir dan Orientasi Kerja

Orang dengan gangguan Asperger paling cocok bekerja dengan bantuan teknologi, terutama internet. Ilmu komputer, teknik, ilmu alam juga merupakan pilihan karir yang tepat. Pada saat wawancara (job interviews), orang dengan gangguan Asperger memerlukan bantuan dan perhatian khusus, begitu pula di dalam bersikap dan beradaptasi di dalam lingkungan kerja yang baru.

* Saran dan Anjuran

Orang tua, guru, pendidik, pengasuh, atau siapapun yang memiliki anak atau saudara yang menderita gangguan Asperger atau sindrom Asperger, sebaiknya memperbanyak membaca literatur, buku, majalah anak, tabloid kesehatan, saling berdiskusi dan bertukar pikiran atau pengalaman, mengikuti seminar, atau browsing di internet untuk memperkaya wawasan tentang sindrom Asperger. Pemerintah bersama Dinas Kesehatan hendaknya juga memperbanyak brosur dan menggiatkan sosialisasi tentang sindrom Asperger hingga ke sekolah-sekolah, Puskesmas, Balai Pengobatan, dan masyarakat awam.
http://netsains.com/2010/03/terapi-yang-efektif-untuk-anak-dengan-asperger-syndrome/



Pervasive Developmental Disorder(PDD)/Gangguan Perkembangan Pervasif(GPP) adalah suatu gangguan perkembangan pada anak, dimana terutama terdapat 3 bidang perkembangan yang terganggu, yaitu : komuniukasi, interaksi sosial dan perilaku.
Terminologi Gangguan Perkembangan Pervasif ini menaungi beberapa sindroma atau gangguan perkembangan yang mempunyai ciri seperti diatas tersebut.
Kondisi yang dapat diklasifikasikan kedalam Gangguan Perkembangan Pervasif, menurut ICD-10(International Classification of Diseases, WHO 1993), maupun menurut DSM-IV (American Psychiatric Association, 1994) adalah :
1. Masa Kanak (Childhood Autism)
2. Gangguan Perkembangan Pervasif yang tak tergolongkan (GPP-YTT)
3. (Pervasif Developmental Disorder Not Otherwise Specified (PDD-NOS)
4. Sindroma Rett (Rett’s Syndrome)
5. Gangguan Disintegratif Masa kanak (Childhood Disintegrative Disorder)
6. Sindroma Asperger (Asperger’s Syndrome)
http://kulfahcenter.wordpress.com/2009/01/03/gangguan-perkembangan-pervasif-pdd/

Autisme Masa Kanak
Autisme Masa kanak ( Childhood Autism )

Autisme Masa Kanak adalah gangguan perkembangan pada anak yang gejalanya sudah tampak sebelum anak tersebut mencapai umur 3 tahun. Perkembangan yang terganggu adalah dalam bidang :
1. Komunikasi : kualitas komunikasinya yang tidak normal, seperti ditunjukkan dibawah ini :
• Perkembangan bicaranya terlambat, atau samasekali tidak berkembang.
• Tidak adanya usaha untuk berkomunikasi dengan gerak atau mimik muka untuk mengatasi kekurangan dalam kemampuan bicara.
• Tidak mampu untuk memulai suatu pembicaraan atau memelihara suatu pembicaraan dua arah yang baik.
• Bahasa yang tidak lazim yang diulang-ulang atau stereotipik.
• Tidak mampu untuk bermain secara imajinatif, biasanya permainannya kurang variatif.

2. Interaksi sosial : adanya gangguan dalam kualitas interaksi social :
• Kegagalan untuk bertatap mata, menunjukkan ekspresi fasial, maupun postur dan gerak tubuh, untuk berinteraksi secara layak.
• Kegagalan untuk membina hubungan sosial dengan teman sebaya, dimana mereka bisa berbagi emosi, aktivitas, dan interes bersama.
• Ketidak mampuan untuk berempati, untuk membaca emosi orang lain.
• Ketidak mampuan untuk secara spontan mencari teman untuk berbagi kesenangan dan melakukan sesuatu bersama-sama.
3. Perilaku : aktivitas, perilaku dan interesnya sangat terbatas, diulang-ulang dan
stereotipik seperti dibawah ini :
• Adanya suatu preokupasi yang sangat terbatas pada suatu pola perilaku yang tidak normal, misalnya duduk dipojok sambil menghamburkan pasir seperti air hujan, yang bisa dilakukannya berjam-jam.
• Adanya suatu kelekatan pada suatu rutin atau ritual yang tidak berguna, misalnya kalau mau tidur harus cuci kaki dulu, sikat gigi, pakai piyama, menggosokkan kaki dikeset, baru naik ketempat tidur. Bila ada satu diatas yang terlewat atau terbalik urutannya, maka ia akan sangat terganggu dan nangis teriak-teriak minta diulang.
• Adanya gerakan-gerakan motorik aneh yang diulang-ulang, seperti misalnya mengepak-ngepak lengan, menggerak-gerakan jari dengan cara tertentu dan mengetok-ngetokkan sesuatu.
• Adanya preokupasi dengan bagian benda/mainan tertentu yang tak berguna, seperti roda sepeda yang diputar-putar, benda dengan bentuk dan rabaan tertentu yang terus diraba-rabanya, suara-suara tertentu.
Anak-anak ini sering juga menunjukkan emosi yang tak wajar, temper tantrum (ngamuk tak terkendali), tertawa dan menangis tanpa sebab, ada juga rasa takut yang tak wajar.
Kecuali gangguan emosi sering pula anak-anak ini menunjukkan gangguan sensoris, seperti adanya kebutuhan untuk mencium-cium/menggigit-gigit benda, tak suka kalau dipeluk atau dielus.
Autisme Masa Kanak lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan dengan perbandingan 3 : 1.
Sindroma Rett
Sindroma Rett adalah gangguan perkembangan yang hanya dialami oleh anak wanita. Kehamilannya normal, kelahiran normal, perkembangan normal sampai sekitar umur 6 bulan. Lingkaran kepala normal pada saat lahir.

Mulai sekitar umur 6 bulan mereka mulai mengalami kemunduran perkembangan. Pertumbuhan kepala mulai berkurang antara umur 5 bulan sampai 4 tahun. Gerakan tangan menjadi tak terkendali, gerakan yang terarah hilang, disertai dengan gangguan komunikasi dan penarikan diri secara sosial. Gerakan-gerakan otot tampak makin tidak terkoordinasi.Seringkali memasukan tangan kemulut, menepukkan tangan dan membuat gerakan dengan dua tangannya seperti orang sedang mencuci baju.. Hal ini terjadi antara umur 6-30 bulan.

Terjadi gangguan berbahasa, perseptif maupun ekspresif disertai kemunduran psikomotor yang hebat.
Yang sangat khas adalah timbulnya gerakan-gerakan tangan yang terus menerus seperti orang yang sedang mencuci baju yang hanya berhenti bila anak tidur.

Gejala-gejala lain yang sering menyertai adalah gangguan pernafasan, otot-otot yang makin kaku , timbul kejang, scoliosis tulang punggung, pertumbuhan terhambat dan kaki makin mengecil (hypotrophik). Pemeriksaan EEG biasanya menunjukkan kelainan.
Disintegrasi Masa Kanak
Pada Gangguan Disintegrasi Masa Kanak, hal yang mencolok adalah bahwa anak tersebut telah berkembang dengan sangat baik selama beberapa tahun, sebelum terjadi kemunduran yang hebat. Gejalanya biasanya timbul setelah umur 3 tahun.

Anak tersebut biasanya sudah bisa bicara dengan sangat lancar, sehingga kemunduran tersebut menjadi sangat dramatis. Bukan saja bicaranya yang mendadak terhenti, tapi juga ia mulai menarik diri dan ketrampilannyapun ikut mundur. Perilakunya menjadi sangat cuek dan juga timbul perilaku berulang-ulang dan stereotipik.

Bila melihat anak tersebut begitu saja , memang gejalanya menjadi sangat mirip dengan autisme.
Sindrom Asperger
Seperti pada Autisme Masa Kanak, Sindrom Asperger (SA) juga lebih banyak terdapat pada anak laki-laki daripada wanita.
Anak SA juga mempunyai gangguan dalam bidang komunikasi, interaksi sosial maupun perilaku, namun tidak separah seperti pada Autisme.
Pada kebanyakan dari anak-anak ini perkembangan bicara tidak terganggu. Bicaranya tepat waktu dan cukup lancar, meskipun ada juga yang bicaranya agak terlambat. Namun meskipun mereka pandai bicara, mereka kurang bisa komunikasi secara timbal balik. Komunikasi biasanya jalannya searah, dimana anak banyak bicara mengenai apa yang saat itu menjadi obsesinya, tanpa bisa merasakan apakah lawan bicaranya merasa tertarik atau tidak. Seringkali mereka mempunyai cara bicara dengan tata bahasa yang baku dan dalam berkomunikasi kurang menggunakan bahasa tubuh. Ekspresi muka pun kurang hidup bila dibanding anak-anak lain seumurnya.

Mereka biasanya terobsesi dengan kuat pada suatu benda/subjek tertentu, seperti mobil, pesawat terbang, atau hal-hal ilmiah lain. Mereka mengetahui dengan sangat detil mengenai hal yang menjadi obsesinya. Obsesi inipun biasanya berganti-ganti.Kebanyakan anak SA cerdas, mempunyai daya ingat yang kuat dan tidak mempunyai kesulitan dalam pelajaran disekolah.

Mereka mempunyai sifat yang kaku, misalnya bila mereka telah mempelajari sesuatu aturan, maka mereka akan menerapkannya secara kaku, dan akan merasa sangat marah bila orang lain melanggar peraturan tersebut. Misalnya : harus berhenti bila lampu lalu lintas kuning, membuang sampah dijalan secara sembarangan.

Dalam interaksi sosial juga mereka mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan teman sebaya. Mereka lebih tertarik pada buku atau komputer daripada teman. Mereka sulit berempati dan tidak bisa melihat/menginterpretasikan ekspresi wajah orang lain.

Perilakunya kadang-kadang tidak mengikuti norma sosial, memotong pembicaraan orang seenaknya, mengatakan sesuatu tentang seseorang didepan orang tersebut tanpa merasa bersalah (mis. “Ibu, lihat, bapak itu kepalanya botak dan hidungnya besar ”). Kalau diberi tahu bahwa tidak boleh mengatakan begitu, ia akan menjawab : “Tapi itu kan benar Bu.”
Anak SA jarang yang menunjukkan gerakan-gerakan motorik yang aneh seperti mengepak-ngepak atau melompat-lompat atau stimulasi diri.
http://www.autis.info/index.php/tentang-autisme/jenis-autisme

ANAK DENGAN GANGGUAN SPEKTRUM AUTIS
Jika anda mendapatkan informasi tentang anak autis dari media, anda mungkin ingin tahu apakah yang menyebabkan penyimpangan dalam hidup mereka. Pada surat kabar, majalah atau artikel, biografi, dan roman terkadang anak autis dilukiskan seperti sesuatu yang istimewa namun esentrik, terkadang juga sebagai seseorang yang lemah, dan seolah-olah tidak dapat menjalani kehidupan sehari-hari. Sebenarnya, uraian di atas berdasarkan fakta. Autisme, sekarang ini umumnya dikenal sebagai gangguan spektrum autis, dan telah diuraikan sebagai suatu teka-teki, sebab secara luas jenis kelainan ini berbeda dan mempunyai karakteristik tersendiri dari kelainan lainnya.
• Apakah yang dimaksud dengan gangguan spektrum autis?
Studi tentang gangguan spektrum autis adalah suatu istilah baru dalam pendidikan khusus. Bagaimanapun, anda akan melihat perkembangan pemahaman tentang kelainan ini dengan cepat dan pada prakteknya, siswa-siswa ini menurut penelitian mereka memiliki karakteristik dan kebutuhan.
o Perkembangan
Pada tahun 1943, Leo Kanner, seorang psikolog membagi ke dalam sebelas kelompok anak-anak kelainan ini dengan kelainan yang lain. Menurut Kanner (1943), kebutuhan khusus anak-anak adalah nyata bahkan dari awal masa kanak-kanak, antara lain :
• Suatu ketidakmampuan dalam berhubungan dengan orang lain.
• Keterlambatan perkembangan bahasa, yaitu kegagalan perkembangan untuk tujuan komunikasi.
• Perkembangan dan pertumbuhan fisik.
• Perilaku akibat lingkungan.
• Memiliki suatu keasyikan dan daya tarik yang lebih pada suatu obyek.
• Perilaku yang berulang-ulang (stererotifik) dan memiliki stimulasi-stimulasi lain.
Karakteristik autis yang utama seperti telah dijelaskan oleh Leo Kanner yang lebih dari separuh abad yang lalu telah ditinjau kembali dan pada tahun terakhir definisi konseptual, autis berkembang menurut pengamatan Kanner. Kira-kira pada waktu yang sama sama kanner menulis tentang autis, Han Aspenger, seorang dokter, bekerjasama dengan kelompok anak-anak dengan gangguan perkembangan saraf dan gangguan sosial. Aspenger. Menjelaskan tentang kelompok anak diagnostik secara rinci (aspenger, 1944). Pekerjaan aspenger ini menekankan pada penyimpangan sosial, pengasingan, yaitu menyangkut kemampuan belajar anak. Ia mempercayai bahwa dalam beberapa hal anak-anak membentuk suatu kelompok yang berbeda.
 Awal Kepercayaan
Selama tahun 1950-an & 1960-an para ahli medis percaya bahwa autis disebabkan oleh pemisahkan, kurangnya ibu – terkadang disebut “ibu lemari pendingin” suatu acuan terhadpa dinginnya mereka – yang melakukan kesalahan dalam pengasuhan bayi mereka. Sebagi dampak dari kepercayaan ini, banyak ibu menginginkan bagaimana membuat yang memiliki autisme agar mendapatkan kehangatan dan cinta agar anak-anak dapat tumbuh dengan baik. Penelitian kemudian mulai mempertanyakan masalah ini, namun tidak sampai tahun 1970-an muncullah studi dari pertunjukan kembar berdasarkan genetika untuk austisma. Setelah 10 tahun kemudian, studi ini telah diperluas & ditinjau kembali, dan telah sepenuhnya dapat membuktikan ketidakbenaran dongeng dari kesalahan pengasuhan sebagai penyebab autisma.
 Penyusunan Pemahaman
Pada tahun 1981 perbedaan antara autisma & Sindrom Asperger menjadi hilang ketika Lorna Wing menulis tentang 35 anak & orang dewasa dengan gangguan keterlambatan, menimbulkan minat dalam perawatan & dalam hal ini. Sejak saat itu, para ahli lebih mempelajari sebagian besar tentang sekitar 2 perbedaan yang nyata. Sebagai contoh, mereka telah menentukan bahwa individu tersebut dengan gangguannya, mungkin memiliki gejala yang halus atau mungkin dampak yang cukup jelas (Wing, 1991). Autisme telah diidentifikasi sebagai salah satu katgori kecacatan dalam IDEA yang berawal pada tahun 1990 dan pada tahun 1994 ditambah menjadi gangguan khusus oleh Asosiasi Psikiater Amerika (APA) yang secara luas menggunakan Diagnostik dan Statistika Manual of Mentel Disorder, edisi ke 4 (Asosiasi Psikiater Amerika, 1994).
o Definisi Gangguan Spektrum Autis
Sebagaimana yang telah anda temukan untuk jenis kecacatan yang lain, bahasa yang berhubungan dengan autisma memerlukan suatu penjelasan yang ringkas. Istilah tradisional yang digunakan untuk kelompok ini adalah Autisma, dan istilah tersebut telah digunakan banyak orang dan digunakan dalam IDEA dan beberapa undang-undang pendidikan khusus. Istilah Gangguan Spektrum Autis digunakan dalam buku ini karena mengklasifikasikan bahwa gangguan ini terjadi dalam banyak cara dan tidak bisa diuraikan dalam masing-masing jalan. Gangguan spektrum Autis dengan cepat menjadi istilah yang dipilih oleh para ahli dalam bidangnya. Akhirnya, seperti yang akan anda pelajari nanti, di dalam lingkaran medis, Autisme & Sindrom Asperger keduanya dipertimbangkan menjadi bagian dan kecacatan yang disebut gangguan perkembangan pervasif (GPP).
 Definisi Pemerintah Pusat
Ketika autisma ditambahkan ke dalam IDEA pada tahun 1990, hal itu diartikan :
• Autisma berarti suatu kecacatan perkembangan yang dengan mantap mempengaruhi komunikasi lisan dan non lisan dan interaksi sosial, pada usia dibawah 3 tahun, yang berdampak pada perolehan pendidikan pada anak. Karakteristik lain yang dikaitkan dengan anak autis adalah perulangan aktifitas, penolakan terhadap perubahan lingkungan atau perubahan rutinitas harian dan tanggapan yang tak lazim pada perasaan. Istilah tersebut berlaku jika perolehan pendidikan anak kurang baik karena anak mengalami gangguan emosional
• Seorang anak yang memperlihatkan gejala “autis” pada usia di atas 3 tahun dapat didiagnosa mengalami “autisma” jika kriteria pada paragraf di atas terpenuhi.
Definisi ini mengikuti pedoman IDEA, menspesifikasikan beberapa karakter yang esensial dari siswa dengan gangguan tersebut, di luar kecacatan lain, dan ketetapan dampak dan perolehan pendidikan. Bagaimanapun, hal itu tidak menyediakan banyak detil dalam istilah-istilah dari pemahaman banyaknya jenis siswa yang mungkin mengalami gangguan-gangguan ini.
 Definisi Asosiasi Psikiater Amerika
Karena Gangguan Spektrum Autis umumnya didiagnosa oleh komunitas medis menggunakan ukuran-ukuran permanen di dalam Diagnostik and Statistikal Manual of Mental Disorder, edisi ke-4. Perbaikan teks (Asosiasi Psikiater Amerika, 2000), adalah penting bahwa anda memahami definisi ini sebagaimana yang disediaka IDEA. Seperti yang dicatat diawal APA menggolongkan autisma sebagai jenis Gangguan Perkembangan Peruasif (GPP) yang ditandai oleh perusakan-perusakan pelemahan di beberapa area perkembangan; kemampuan interaksi sosial, keterampilan komunikasi atau pengulangan perilaku, minat dan aktivitas.
Sub kategori dari gangguan perkembangan peruasif dalam diskusi ini meliputi gangguan autistik, sindrom asperger, dan gangguan perkembangan peruasif tidak termasuk yang ditetapkan.
Hasil diagnosa dari gangguan autis disediaka bagi individu yang menunjukkan penurunan interaksi sosial dan komunikasi, seperti halnya, perulangan, membeo dan diiringi oleh keterlambatan mental/retardasi mental.
Kriteria Gangguan Autisma
• Dari total enam (atau lebih) item dari (1), (2) dan (3), dengan sedikitnya dua dari (1) dan sisanya dari (2) atau (3).
• Penurunan kwalitatif dalam interaksi sosial, yang dinyatakan sedikitnya dua diantara yang berikut:
• Penurunan berbagai perilaku nonverbal seperti kontak mata, expresi wajah, perawakan badan dan isyarat dalam interaksi sosial.
• Kegagalan untuk mengembangkan hubungan kerjasama sesuai tingkatan perkembangan.
• Tidak adanya pergerakan spontan untuk mencari, memberi atau minat terhadap suatu benda dan menunjukkannya kepada orang lain.
• Tidak adanya sosialisasi atau timbal balik emosional.
• Penuruna kualitatif dalam komunikasi, yang dinyatakan sedikitnya satu dari yang berikut
• Kesulitan/tidak adanya perkembangan bahasa bicara (tidak diiringi oleh, usaha perbaikan dengan alternatif komunikasi seperti isyarat/mimik).
• Individu dengan suara yang cukup, penurunan dalam kemampuan berkomunikasi dan arah dengan orang lain.
• Penggunaan bahasa yang diulah atau membeo
• Perilaku yang spontanitas yang suka meniru sesuai tingkat perkembangan.
• Keterbatasan, pengulangan, dan peniruan perilaku, minat & aktivitas, yang dinyatakan sedikitnya satu dari yang berikut :
• Ketertarikan terhadap satu atau lebih peniruan dan minat terhadap suatu dengan intensitas dan fokus.
• Minat yang tidak fleksibel ke spesifik, rutinitas dan ritual yang tidak berfungsi
• Perulangan aktivitas dan peniruan.
• Keasyikan dengan bagian dari suatu benda.
• Keterlambatan/tidak bermalnya fungsi berikut sdikitnya satu dari yang beriku, sebelum usia 3 tahun : (1) Iteraksi sosial (2) Bahasa yang digunakan dalam komunikasi sosial atau (3) permainan imajinatif & simbolis.
• Gangguan-gangguan tersebut tidak lebih baik oleh gangguan Rett atau gangguan disintegratif pada kanak-kanak.
http://www.unj.ac.id/fip/plb/artikel.htm

Gangguan Disintegratif Anak

DEFINISI
Gangguan disintegratif masa kanak-kanak, anak yang rupanya normal mulai bertindak lebih muda (mundur) sesudah usia 3.

Pada kebanyakan anak, perkembangan fisik dan jiwa terjadi dengan cepat. Sering terjadi pada anak untuk mengalami langkah mundur; misalnya, seorang anak yang terlatih ke WC sekali-sekali mengompol. Gangguan masa kecil disintegratif, tetapi, adalah kekacauan serius yang langka dimana seorang anak dengan usia lebih dari3 berhenti berkembang sevcara normal dan mengalami kemunduran pada banyak fungsi di bawahnya, biasanya mengikuti sakitnya gawat, seperti infeksi otak dan susunan syaraf.

Ciri anak dengan gangguan disintegratif masa kanak-kanak berkembang secara normal sam[ai usia 3 atau 4 tahun, mempelajari ketrampilan wicara, buang air dengan benar, dan memperlihatkan prilaku sosial yangs sesuai. Lalu, setelah beberapa minggu atau bulan anak cepat-marah dan murung, anak menjalani kemunduran nyata. Dia mungkin kehilangan kemampuan berbahasa yang diperoleh dulunya, gerakan, atau ketrampilan sosial, dan dia mungkin tidak lagi mempunyai kontrol pada kandung kemih atau usus besarnya. Juga, anak mengalami kesukaran dengan interaksi sosial dan mulai melakukan kelakuan berulang mirip yang terjadi pada anak dengan penyakit autisme. Cukup sering anak lambat laun memburuk sampai derajat yang sangat terbelakang. Seorang dokter membuat diagnosa berdasarkan gejala dan pencarian untuk akar gangguan.

Gangguan disintegratif masa kanak-kanak tidak bisa diobati secara khusus atau disembuhkan, dan kebanyakan anak, khususnya dengan keterbelakangan yang parah, memerlukan perawatan seumur hidup.
http://medicastore.com/penyakit/3343/Gangguan_Disintegratif_Anak.html

Rett Disorder
________________________________________
Artikel Psikologi | 07/2009 | Pikirdong | Psikologi
Gangguan Rett atau dikenal dengan Rett syndrome (RS) merupakan gangguan genetika yang mengakibatkan adanya gangguan perkembangan otak. Gangguan ini muncul lebih banyak pada anak perempuan dibandingkan pria. Gangguan ini mirip sekali dengan gangguan autis, sehingga sindrom Rett juga dikenal sebagai gangguan spektrum autisme (autism spectrum disorders; ASDs).

American Psychiatric Association (APA) mengklasifikasikan gangguan Rett dalam gangguan perkembangan pervasif (pervasive development disorders; PDD) bersama dengan beberapa gangguan lain; gangguan autisme, sindrom Asperger, gangguan disintegratif pada anak, dan gangguan perkembangan pervasif yang tidak terdefinisikan.

Penyebab gangguan ini tidak diketahui dengan pasti, kebanyakan kasus disebabkan oleh faktor mutasi genetik yang terjadi secara tiba-tiba. Sampai saat ini masih terus dilakukan penelitian yang lebih mendalam penyebab dan pencegahan terjadinya gangguan ini.

Bayi dengan sindrom Rett pada awal perkembangannya terlihat normal, akan tetapi gangguan ini sebenarnya sudah dibawa sejak lahir, selama itu, gangguan berkembang lambat namun gangguan barulah akan tampak jelas pada usia anak menjelang 18 bulan kemudian. Gangguan yang muncul berupa fungsi motorik dalam menggunakan tangan, berjalan, berbicara, mengunyah dan bahkan adanya gangguan dalam bernafas.


Gangguan tersebut merupakan kemunduran dalam perkembangan, bayi dengan gangguan Rett pada awalnya terlihat normal layaknya bayi-bayi normal lainnya, gangguan tersebut mulai terlihat nyata ketika usia mencapai 5 bulan dan tahun-tahun berikutnya. Bentuk-bentuk kemunduran dapat berupa gerakan tangan menjadi tak terkendali, gerakan yang terarah hilang, disertai dengan gangguan komunikasi dan penarikan diri secara sosial. Gerakan-gerakan otot tampak makin tidak terkoordinasi.

Simtom
Gejala kemunculan adanya gangguan Rett sifatnya sangat bervariatif antara satu anak dengan anak yang lainnya. Beberapa bayi kadang secara langsung menunjukkan adanya gangguan pada awal kelahiran, sementara lainnya beberapa bayi dapat diketahui adanya gangguan dikemudian hari.

Gangguan Rett atau Rett sindrom terdiri dari beberapa tahap gangguan;
1) Stage I
Gejala gangguan ini dimulai pada usia 6 sampai 18 bulan usia bayi. Pada tahap ini bayi mulai menghindari kontak mata dan kehilangan minat pada benda-benda mainan. Pada tahap ini bayi mengalami keterlambatan dalam merangkak dan duduk.

2) Stage II
Gejala gangguan dimulai pada usia 1-4 tahun. Beberapa gangguan yang muncul;
- Kehilangan kemampuan untuk berbicara
- Mengulang-ulang perbuatan yang sama
- Suka menggerakan tangan seperti sedang mencuci
- Menangis atau menjerit tanpa adanya provokasi
- Hambatan atau kesulitan dalam berjalan

3) Stage III
Gejala gangguan dimulai berkisar antara usia 2-10 tahun. Meskipun gangguan gerak terus berlanjut, anak dengan gangguan Rett masih mengalami perkembangan perilaku. Beberapa gangguan lain pada tahap ini;
- Sering menangis atau menjerit tanpa sebab yang jelas
- Perilaku waspada
- Permasalahan atensi
- Hambatan dalam komunikasi nonverbal

4) Stage IV
Tahap gangguan ini merupakan lanjutan dari stage sebelumnya, gejala yang muncul pada usia relatif terutama pada ebilitas (kemampuan) mobilitas diri. Gangguan yang muncul berupa gangguan komunikasi, kesulitan dalam memahami bahasa, gangguan psikomotorik pada tangan. Penderita gangguan Rett terlihat lemah dan beberapa diantaranya didiagnosa mengidap scoliosis. Beberapa fakta, pada tahap ini terjadinya penurunan perilaku mengulang ―bermain-main jari-jari tangan seperti mencuci.

Banyak pasien dengan gangguan Rett meninggal secara tiba-tiba pada saat tidur. Diperkirakan adanya kerusakan syaraf otak yang berhubungan dengan sistem pernafasan., kondisi ini disebut dengan sudden infant death syndrome (SIDS). Rata-rata usia pasien dengan sindrom Rett dapat bertahan hidup 40-50 tahun. Hampir keseluruhan hidup pasien membutuhkan pertolongan dari orang lain.
Komplikasi
Kebanyakan anak dengan gangguan Rett memiliki permasalahan dalam makan, sehingga anak dengan gangguan ini memiliki berat badan dibawah rata-rata anak normal. Untuk mendapatkan makanan bergizi, beberapa anak harus mendapatkan makanan melalui infus.
Beberapa komplikasi anak dengan gangguan Rett;
1. Perubahan bentuk tubuh kurang normal dibandingkan anak / orang seusianya
2. Gangguan pernafasan (cardiac dysrhythmias)
3. Rapuh tulang
4. Scoliosis

Penyebab
Penyebab utama gangguan ini tidak diketahui secara pasti, namun banyak kasus yang terdeteksi disebabkan oleh mutasi dari gen MECP2, merupakan gen yang terlibat dalam pembuatan protein untuk perkembangan otak secara normal. Gen MECP2 terbentuk dari kromosom X, satu dari dua kromosom sebagai pembeda jenis kelamin seseorang.

Pada wanita terdapat 2 kromosom X dalam setiap sel, mutasi gen disebabkan oleh ketidakmampuan sel-sel dalam tubuh untuk bekerja atau tidak berfungsi salah satu kromosom tersebut. Sehingga sel-sel tersebut gagal memutasikan dirinya untuk memiliki 2 kromosom yang sama setiap selnya. Sekitar 20% wanita yang memiliki RS mengalami gangguan mutasi gen MECP2. Menurut penelitian ditemukan perbedaan dalam setiap sel yang ada. Perbedaan antar sel ini masih dalam penelitian para ahli.

Beda halnya pada anak laki-laki yang memiliki kromosom X dan Y. Gangguan disebabkan oleh tidak berfungsinya kromosom X, sehingga anak laki-laki memiliki dampak yang lebih parah dibandingkan anak perempuan, kebanyakan dari mereka (anak laki-laki) meninggal lebih dahulu pada masa perkembangan kehamilan atau awal-awal kelahiran.

Beberapa anak laki-laki dengan gangguan Rett yang dapat bertahan hidup karena memiliki mutasi gen MECP2 dengan kromosom X lebih. Sangat sedikit dari anak laki-laki dapat memutasikan gen tersebut hanya beberapa sel saja, diantaranya dapat bertahan hingga usia dewasa.
Sindrom Rett merupakan penyimpangan genetik, sangat sedikit kasus yang muncul akibat faktor turunan, mutasi genetik tersebut sifatnya random dan terjadi dengan spontan saat konsepsi terjadi.


Test dan Diagnosis
Diagnosa RS dilakukan dengan hati-hati, observasi perkembangan dan pertumbuhkan, juga didalam catatan medis serta latar belakang keluarga perlu dilakukan. Anak juga diharuskan mengikuti beberapa tes sebagai studi banding dari beberapa simtom yang hampir serupa.

Disebabkan karena gangguan RS ini mulai tampak pada usia-usia awal kelahiran, orangtua mestilah memperhatikan tanda-tanda yang tidak lazim yang tampak pada anak seusianya. Setidaknya orangtua mengetahui pola-pola perkembangan anak baik secara fisik maupun mental (lihat: Tingkat Perkembangan Mental dan Fisik Anak, Developmental Milestones) untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan tersebut.

Anak yang diduga mengidap RS juga perlu mengikuti tes darah dan urin, pemetaan susunan syaraf dan uji imajinasi anak dengan CT scan (computerized tomography) atau MRI (magnetic resonance imaging) serta beberapa tes lainnya untuk diagnosa yang lebih tepat.

Beberapa diagnosa banding lainnya;
- Petunjuk perkembangan normal untuk usia 6 bulan
- Perkembangan otak normal pada usia 3-4 bulan
- Penggunaan bahasa
- Kebiasaan pergerakan tangan
- Gerakan kerangka badan
- Cara berjalan
- Bentuk tubuh
- Kesulitan tidur
- Kesulitan dalam pernafasan
- Uji genetik, seperti MECP2
Treatment
Sejauh ini belum diketemukan treatment yang dapat menyembuhkan dari gangguan Rett, dalam keseharian anak RS memerlukan bantuan dalam melakukan tugas-tugas rutin, hampir semua pekerjaan anak dengan diagnosa RS memerlukan bantuan dari orang lain seperti makan, berjalan dan menggunakan kamar mandi. Banyak orangtua merasa tertekan dan mengalami stres sepanjang harinya dalam anak dengan gangguan ini.

Dibutuhkan biaya sangat besar untuk perawatan anak dengan sindrom Rett sehingga kebanyak anak dengan RS lebih banyak dirawat di rumah. Orangtua haruslah memonitor anak secara lengkap dengan bantuan para ahli; dokter anak, ahli syaraf dan ahli perkembangan anak.

Sampai saat ini tidak ada obat-obatan yang dapat menyembuhkan sindrom Rett, oleh karenanya tidak ada obat-obatan khusus untuk penderita gangguan ini, dokter hanya memberikan obat-obatan terntentu dari simtom yang muncul.

Terapi fisik diberikan untuk mengurangi dampak dari scoliosis, latihan berjalan, keseimbangan dan fleksibiltas badan, dan penggunaan fungsi-fungsi tangan. Terapi ini juga membantu anak mengurangi dampak-dampak pengurangan kebiasaan mengulang.

Terapi bahasa dan bicara dilatih pada anak dengan RS bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa dan mengenal komunikasi nonverbal.

Disamping itu anak dengan RS juga mendapatkan diet makanan yang sehat untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan sehingga anak meningkat kemampuan sosial dan sehat secara fisik dan mental. Beberapa anak RS mendapatkan kebutuhan makanan bergizi melalui suntikan infus melalui selang sepanjang hidupnya. [PD]
http://www.pikirdong.org/psikologi/psi65rett.php

Keistimewaan Anak Asperger
Ditulis Oleh Gina Al - Ilmi, S.Psi
Banyak berprestasi, tapi sering dianggap aneh. Memiliki kebiasaan yang tidak lazim serta memiliki minat yang sempit. Ketidaklaziman mereka membuat mereka sering dianggap aneh oleh kawan-kawannya di sekolah. Siapakah mereka dengan Asperger itu? Einstein adalah salah satunya. Tokoh lainnya yang tak kalah menakjubkan adalah Bill Gates. Menurut para ahli,baik Einstein maupun Gates, memiliki ciri yang sama yang juga ditemukan pada anak-anak Asperger. Kesamaannya antara lain adalah pada hubungan interpersonal yang tidak biasa (mereka sering sekali penyendiri), dan kebiasaan melakukan gerakan berulang tanpa maksud (Bill Gates sering mengayun-ayunkan kursi duduknya tanpa maksud)
Apakah anda mengetahui ada saudara atau mungkin kawan anda yang kemungkinan adalah anak asperger? Bagaimana mereka bisa dibantu? Bagaimana mengeluarkan potensi terbesar mereka? Jawabannya akan coba diterangkan dalam edisi APSInfo kali ini. Asperger pada dasarnya adalah sejenis autisma. Namun, ada perbedaan yang mencolok. Anak asperger biasanya memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Namun, hanya pada bidang yang mereka anggap menarik saja. Kelebihan ini haruslah bisa dikenali hingga bisa kita bantu untuk dikembangkan. Siapa tahu, anak asperger yang anda kenal sekarang, 10 atau 15 tahun kemudian, akan menjelma menjadi Einstein, atau Bill Gates berikutnya. Siapa tahu bukan?
Makna, Penyebab dan Penanganan untuk Anak ASPERGER
* Dikutip dari Dr. Reni Akbar- Hawadi, Psikolog dan wawancara dengan DR. Endang Widyorini M.Si Psikolog Sejarah Asperger
Lorna Wing adalah tokoh pertama yang menggunakan istilah Sindrom Asperger dalam sebuah makalah yang dipublikasikan pada 1981. Ia menggambarkan sekumpulan anak dan orang dewasa yang memiliki karakteristik kecakapan dan perilaku yang untuk pertama kali dijelaskan oleh seorang pediatrik yang berasal dari Wina, Hans Asperger. Dalam tesis doktoral yang dipublikasikan pada 1944, Hans Asperger menggambarkan empat anak laki-laki yang benar-benar tidak lazim dalam kemampuan berinteraksi, linguistik, dan kognitifnya. Pada tahun 1990-an, Sindrom Asperger dipandang sebagai sebuah varian autisme dan kelainan perkembangan pervasif, yaitu suatu kondisi yang mempengaruhi perkembangan kecakapan dalam rentang yang luas. Kini, Sindrom Asperger dianggap sebagai suatu subkelompok dalam spektrum autistik dan memiliki kriteria diagnostik tersendiri (Attwood, 2002).
Para pengidap Sindrom Asperger mempersepsi dunia secara berbeda. Bagi mereka, semua orang sangat aneh dan membingungkan. Cara mereka dalam mempersepsi dunia kerap membawa mereka ke hal yang bertentangan dengan cara-cara berpikir, berperasaan, dan berperilaku yang konvensional (Attwood, 2002).
Kesulitan anak Asperger dalam besosialisasi dapat membuat mereka menjadi sangat stres di sekolah. Banyak kendala yang akan ditemukan pada saat anak Asperger memasuki masa remaja Untuk menghadapi hal tersebut, orang tua disarankan untuk segera mencari ahli profesional untuk melakukan intervensi yang diperlukan sesegera mungkin dengan berterus terang kepada guru atau kepala sekolah dan membawa referensi dari ahli tersebut.
Tanpa pemberitahuan dari orang tua, pihak sekolah, dan teman-teman sebaya, anak-anak Asperger sulit untuk mengetahui bahwa mereka berbeda. Hal inilah yang biasanya dapat menjadi pemicu terjadinya masalah serius pada anak Asperger. Mereka membutuhkan bantuan untuk menemukan cara beradaptasi dengan dunia sebagaimana mestinya, sehingga mereka dapat memanfaatkan keterampilan khususnya secara konstruktif, menggunakan keterampilan-keterampilan tertentu tanpa berkonflik dengan orang lain, dan sebisa mungkin mampu mencapai kemandirian pada tingkat tertentu dalam kehidupan orang dewasa serta hubungan sosial yang positif (Attwood, 2002).
Apakah Sindrom Asperger (asperger syndrome/AS) berbeda dengan Autism?
Menurut Ibu Endang Widyorini dari Pusat Keberbakatan Universitas Soegijapranata Semarang, Sindrom Asperger adalah sindrom yang mempunyai kecenderungan menyerupai pola perilaku para penderita autis di mana mereka susah berkomunikasi dan berinteraksi sosial namun penderita sindrom ini mempunyai intelegensi dan kemampuan verbal yang normal. Artinya, mereka sehat-sehat saja dan tidak mengalami keterbelakangan mental seperti kebanyakan anak-anak autis
Penderita sindrom Asperger rata-rata memiliki gramatikal dan vocabulary yang cukup baik pada masa awal pertumbuhannya. Hanya saja mereka tidak bisa menerapkan bahasa secara harafiah dan kontekstual atau dengan kata lain tidak mempunyai kemampuan mengungkapkan pesan melalui penggunaan bahasa dengan lancar sehingga mereka susah diterima oleh komunitas sosial. Kita tidak bisa mengerti dan memahami apa yang ingin disampaikannya karena penderita sindrom ini memiliki gangguan sistem saraf sehingga mereka tidak mempunyai koordinasi yang baik untuk berkomunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai orang yang tidak bisa berbahasa dengan lancar, terdengar kaku, sangat formal . Tidak jarang dari mereka mempunyai potensi tersembunyi dalam dirinya dan bahkan mungkin lebih jenius ketimbang orang normal

.Penyebab Asperger
Menurut Attwood (2002), hal-hal yang dapat menyebabkan seseorang memiliki gangguan Asperger, antara lain:
• Gangguan pada saat kelahiran atau kehamilan
• NeurologisSindrom Asperger merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengacu
pada disfungsi struktur dan sistem dalam otak.
Penanganan untuk anak Asperger
Menurut Attwood (2002), ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi gejala-gejala yang dimunculkan oleh seseorang yang mengalami gangguan Asperger, antara lain:
1) Bila ada gangguan perilaku sosial, pelajari cara untuk:
- Mengawali, memelihara, dan mengakhiri permainan kelompok
- Bersikap fleksibel, kooperatif, dan mau bebagi
- Mempertahankan kesendirian tanpa mengganggu orang lain
• Doronglah seorang teman untuk bermain dengan anak di rumah
• Daftarkan anak di perkumpulan-perkumpulan atau kelompok-kelompok
• Ajari anak untuk mengamati anak-anak lain untuk menunjukkan hal yang harus dilakukan
• Doronglah permainan-permainan yang kompetitif dan kooperatif
• Doronglah anak untuk menjalin persahabatan yang prospektif
• Sediakan hiburan di saat-saat istirahat
• Sediakan guru pendamping
Gunakan kisah-kisah tentang sosial untuk memahami petunjuk-petunjuk dan tindakan-tindakan bagi situasi-situasi sosial tertentu
2) Bila ada masalah bahasa, bantu anak untuk pelajari :
- Komentar-komentar pembuka yang tepat
- Cara untuk mencari bimbingan ketika mengalami kebingungan
• Ajari petunjuk-petunjuk tentang saat untuk membalas, menginterupsi, atau mengubah topik
• Berbisiklah di telinga anak tentang ucapan yang harus dikatakan kepada orang lain
• Gunakan kisah-kisah tentang bermasyarakat dan percakapan dalam bentuk komik sebagai
suatu representasi lisan atau piktoral pada tingkat komunikasi yang berbeda
• Ajarkan bagaimana memodifikasi tekanan, irama, dan nada untuk menekankan kata-kata
kunci dan emosi-emosi terkait
3) Pada masalah minat dan rutinitas :
• Ajari konsep waktu dan jadwal untuk menunjukkan rangkaian aktivitas
• Kurangi tingkat kecamasan anak
4) Masalah koordinasi motorik yang kikuk, bantu anak untuk :
• Memperbaiki keterampilan-keterampilan menangkap dan melempar bola sehingga anak bisa
turut bermain bola
• Menggunakan perangkat permainan di taman bermain dan tempat berolahraga
• Pengawasan dan dorongan untuk memperlambat tempo gerakan
• Merujuk pada ahli kesehatan yang relevan
5) Pada masalah kognisi, Bantu anak untuk :
• Belajar memahami perspektif dan pikiran-pikiran orang lain dengan menggunakan permainan
peran dan instruksi-instruksi
• Dorong anak untuk berheni memikirkan perasaan orang lain sebelum mereka bertindak atau
berbicara
• Belajar untuk meminta pertolongan, terkadang menggunakan sebuah kode rahasia
• Periksa apakah anak menggunakan strategi yang tidak konvensional dalam membaca,
menulis, atau berhitung
• Hindari kritik dan omelan 6) Masalah kepekaan sensoris
• Minimalkan bunyi yang ada di sekitar kita, khususnya bila sejumlah orang berbicara pada
waktu yang sama
• Lakukan terapi integrasi sensoris
• Kurangi sensitivitas pada area tertentu dengan menggunakan pemijatan dan vibrasi
• Hindari cahaya yang terlalu terang
• Dorong anak untuk melaporkan rasa sakit yang dialami tubuhnya
http://www.apsi-himpsi.org/Artikel/Wacana-APSI.php

Pendidikan Terbaik untuk Anak Asperger
Ditulis Oleh Dr. Adriana S Ginanjar, M.Psi, Psikolog

Anak Asperger sering dikaitkan dengan autistic. Tapi anak autis memiliki gangguan interaksi sosial dan komunikasi, juga perilaku dan minat yang sempit. Sedangkan anak asperger sering diebut high fuction autis. Mereka memiliki ciri-ciri autis tapi IQnya tinggi hingga bisa masuk ke sekolah umum. Masalah utamanya adalah kesulitan mereka dalam interaksi sosial, diantara teman-temannya sering dianggap aneh.
Asperger sering tidak disadari oleh orangtuanya hingga anak masuk usia Sekolah Dasar, saat anak harus interaksi dengan temannya. Mereka tidak memiliki masalah bicara seperti anak autis, namun mereka biasa menggunakan bahasa yang kaku atau formal, bukan bahasa sehari-hari. Dari kecil biasanya mereka punya minat yang sangat dalam pada ensiklopedia, kartun jepang, dan sebagainya. Sesudah masuk SD baru dicap aneh karena hanya bisa ngobrol tentang minatnya saja. Aturan sosial sangat pintar, tapi kemampuan sosialnya rendah. Biasanya suka menarik diri, lebih suka sendiri, lebih suka belajar. Dia sebenarnya ingin sekali berteman, tapi karena dia aneh, jadi sering diganggu teman, disuruh apa saja nurut saja.
Pada dasarnya kemampuan yang paling terbatasnya pada anak asperger adalah pada segi sosialisasi. Dia susah membaca situasi sosial. Tidak punya insting sosial, kecerdasan emosinya kurang, empatinya kurang, cara berpikirnya berbeda, emosinya meledak-ledak, dan tingkah lakunya tidak sesuai lingkungan. Sebenarnya karena dia pintar, banyak temannya, tapi biasanya temannya hanya meminta bantuan untuk tanya PR, atau mengerjakan tugas-tugas sekolah
Saat kelihatan dia sulit sosialisasi, orangtua bisa mulai menerangkan tentang aturan-aturan sosial yang sepantasnya, saat sedang berlangsung, misalnya ia menghadiri acara ulangtahun temannya, ia bisa dijelaskan untuk memberi selamat, menyerahkan kado yang dibawanya, dan seterusnya. Selain itu mereka juga bisa diberikan buku social stories, berisi cerpen-cerpen situasi sosial. Bila dibohongi teman tidak langsung berubah karena kurang mengerti.
Untuk membantu anak asperger di sekolah, nomor satu saat anak asperger pada satu sesi dia tidak masuk, guru harus memberi penjelasan pada teman-temannya mengenai kondisi aspergernya. Tugas guru untuk mendorong teman-teman agar dia bisa diterima. Kedua, orangtua bisa menghubungi guru, sehingga guru bisa membantu orangtua mengadaptasi anaknya di sekolah.
Anak asperger dalam akademik tidak bermasalah, orangtua bisa membantu mereka untuk membuat PR. Bila anak suka, ia akan belajar dengan sendirinya, bila tidak suka pelajarannya atau tidak suka gurunya, orangtua harus bisa memberi pengertian pada anak.
Tips praktis membantu anak baik di rumah maupun di sekolah :
1. Alat bantu visual seperti penjelasan tertulis di papan tulis, gambar-gambar di buku
2. jadwal yang rutin dan konsisten, dengan aturan yang jelas, dia akan merasa nyaman dan lebih optimal. Karena dia sangat suka keteraturan dan agak kaku. Buatkan jadwal harian, saat sekolah maupun hari libur
3. bila akan ada perubahan jadwal, beritahukan 1 hari sebelumnya. Karena ketidaktahuannya akan jadwal akan membuat dia bingung dan juga cemas. Disinilah letak kerentanannya.
4. anak asperger punya masalah sensori, mereka tidak suka tempat yang terlalu ramai/bising. Ketika mereka merasa stimulasi lingkungan berlebihan, mereka melakukan stimulasi diri dengan bicara sendiri atau menggerak-gerakkan tangan atau kakinya. Itu yang membuat dia sering disebut aneh oleh teman-temannya. Padahal tujuannya adalah agar tidak merasa tertekan. Stimulasi diri ini harus dibatasi. Perlu ada ruangan yang dinamakan Save Place, satu ruangan tenang yang bila stresnya terlalu tinggi, ia bisa masuk ke ruangan itu dan menenangkan diri, atau disediakan komputer di kelas atau ia bisa istirahat keluar kelas (di sekolah alam) agar ia bisa melakukan hal yang disukainya
5. biasanya anak asperger punya minat tertentu, karena itu sebaiknya digali minatnya. Dengan kemampuan yang didalaminya, dia bisa dimasukkan ke kelompok minat tersebut. Misalnya klub gambar komik, klub olahraga,
6. anak asperger biasanya bagus di sekolah. Di luar sekolah bisa tidak usah di leskan lagi. Kecuali bila ia benar-benar kurang di bidang pelajaran itu.
7. Ia lebih cenderung diam, walau diikutkan kursus kepribadian. Tidak bisa seperti anak normal. Saat remaja, masalahnya sama seperti anak lain, mengalami perubahan emosional, mudah tersinggung. Motivasi berprestasinya tinggi. Ia bisa dibantu untuk bersosialisasi seperti dianjurkan untuk berpakaian mengikuti mode seperti teman-temannya, agar ia bisa tidak dianggap aneh oleh kawan-kawannya, juga diajari soal musik yang sedang tren, gaya bahasa gaul, dan sebagainya.
http://www.apsi-himpsi.org/Artikel/Pendidikan-Terbaik-Ubtuk-Anak-Asperger.php


GANGGUAN PSIKIATRIK ANAK-ANAK DAN REMAJA

Gangguan jiwa pada anak-anak merupakan hal yang banyak terjadi, yang umumnya tidak terdiagnosis dan pengobatannya kurang adekuat. Masalah kesehatan jiwa terjadi pada 15% sampai 22% anak-anak dan remaja, namun yang mendapatkan pengobatan jumlahnya kurang dari 20% (Keys, 1998). Gangguan hiperaktivitas-defisit perhatian (ADHD/ Attention Deficit-Hyperactivity Disorder) adalah gangguan kesehatan jiwa yang paling banyak terjadi pada anak-anak, dimana insidensinya diperkirakan antara 6% sampai 9%.
Diagnosis gangguan jiwa pada anak-anak dan remaja adalah perilaku yang tidak sesuai dengan tingkat usianya, menyimpang bila dibandingkan dengan norma budaya, yang mengakibatkan kurangnya atau terganggunya fungsi adaptasi (Townsend, 1999). Dasar untuk memahami gangguan yang terjadi pada bayi, anak-anak, dan remaja adalah dengan menggunakan teori perkembangan. Penyimpangan dari norma-norma perkembangan merupakan tanda bahaya penting adanya suatu masalah.
Gangguan spesifik dengan awitan pada masa kanak-kanak meliputi retardasi mental, gangguan perkembangan, gangguan perkembangan, gangguan eliminasi, gangguan perilaku disruptif, dan gangguan ansietas. Gangguan yang terjadi pada anak-anak dan juga terjadi pada masa dewasa adalah gangguan mood dan gangguan psikotik. Gejala-gejala gangguan jiwa pada anak-anak atau remaja berbeda dengan orang dewasa yang mengalami gangguan serupa.

Jenis Gangguan Jiwa Anak-anak

1. Gangguan perkembangan pervasif. Ditandai dengan masalah awal pada tiga area perkembangan utama: perilaku, interaksi sosial, dan komunikasi.
a. Retardasi mental.
Muncul sebelum usia 18 tahun dan dicirikan dengan keterbatasan substandar dalam berfungsi, yang dimanifestasikan dengan fungsi intelektual secara signifikan berada dibawah rata-rata (mis., IQ dibawah 70) dan keterbatasan terkait dalam dua bidang keterampilan adaptasi atau lebih (mis., komunikasi, perawatan diri, aktivitas hidup sehari-hari, keterampilan sosial, fungsi dalam masyarakat, pengarahan diri, kesehatan dan keselamatan, fungsi akademis, dan bekerja.
b. Autisme
Dicirikan dengan gangguan yang nyata dalam interaksi sosial dan komunikasi, serta aktivitas dan minat yang terbatas (Johnson, 1997). Gejala-gejalanya meliputi kurangnya responsivitas terhadap orang lain, menarik diri dari hubungan sosial, kerusakan yang menonjol dalam komunikasi, dan respon yang aneh terhadap lingkungan (mis., tergantung pada benda mati dan gerakan tubuh yang berulang-ulang seperti mengepakkan tangan, bergoyang-goyang, dan memukul-mukulkan kepala)
c. Gangguan perkembangan spesifik
Dicirikan dengan keterlambatan perkembangan yang mengarah pada kerusakan fungsional pada bidang-bidang, seperti membaca, aritmetika, bahasa, dan artikulasi verbal.



Implementasi untuk anak atau remaja dengan gangguan perkembangan pervasif
• Ciptakan lingkungan yang aman, dan bantu orangtua untuk melakukannya juga di rumah
• Bantu orangtua mengurangi perasaan bersalah dan menyalahkan atas apa yang mereka alami
• Pertahankan konsistensi pengasuh anak di rumah sakit, sekolah, dan rumah
• Bantu orangtua dan saudara kandung anak dalam mengidentifikasi dan mendiskusikan
perasaannya, berbagai hal dan masalah yang berkaitan dengan tinggal bersama anak yang
menderita gangguan serius
• Alihkan perhatian anak bila ansietasnya meningkat dan perilakunya memburuk
• Berikan benda-benda yang dikenal anak
http://keswais.com/index.php


Gangguan Asperger dan Perkembangan Pervasiv yang tidak Spesifik

DEFINISIGangguan perkembangan pervasif ini berhubungan erat dengan penyakit autisme tetapi kurang parah.

Anak dengan gangguan Asperger menghalangi interaksi sosial mirip yang dipunyai anak dengan penyakit autisme, seperti stereotip atau kelakuan dan tindak-tanduk berulang dan ritual yang tak wajar. Tetapi, ketrampilan bahasa normal dan kadang-kadang superior dibanding seorang anak rata-rata, dan IQ normal.

Anak yang secara signifikan menghalangi interaksi sosial atau berprilaku stereotip tanpa semua gelagat penyakit autisme atau gangguan Asperger dianggap memilki gangguan perkembangan pervasif lain yang tidak ditetapkan (disingkat PDD-NOS). Anak dengan gangguan Asperger atau PDD-NOS cenderung memiliki fungsi dengan derajat yang lebih tinggi daripada anak dengan penyakit autisme dan mungkin dapat berfungsi secara mandiri. Anak dengan gangguan Asperger sering menanggapi dengan baik psikoterapi.
http://medicastore.com


Gangguan Perkembangan Bahasa pada Anak
KOMPAS.com - Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab terhambatnya tumbuh-kembang anak yang sering ditemui. Adapun gangguan yang sering dikeluhkan orangtua yaitu keterlambatan bicara. Gangguan ini tampaknya semakin hari dilaporkan meningkat.

Beberapa laporan menyebutkan angka kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5-10 persen pada anak sekolah. Anak dikatakan mengalami keterlambatan bicara dan harus berkonsultasi dengan ahli, bila sampai usia 12 bulan sama sekali belum mengeluarkan ocehan atau babbling, sampai usia 18 bulan belum keluar kata pertama yang cukup jelas, padahal sudah dirangsang dengan berbagai cara, terlihat kesulitan mengatakan beberapa kata konsonan, seperti tidak memahami kata-kata yang kita ucapkan, serta terlihat berusaha sangat keras untuk mengatakan sesuatu, misalnya sampai ngiler atau raut muka berubah.

Penyebab keterlambatan bicara sangat luas dan banyak. Ada yang ringan sampai yang berat, mulai yang bisa membaik hingga yang sulit dikoreksi. Yang pasti, semakin dini mendeteksi keterlambatan bicara, maka semakin baik kemungkinan pemulihan gangguan tersebut.

Ada beberapa gangguan yang perlu diperhatikan orangtua:
1. Disfasia
Gangguan perkembangan bahasa yang tidak sesuai dengan perkembangan kemampuan anak seharusnya. Ditengarai gangguan ini muncul karena adanya ketidaknormalan pada pusat bicara yang ada di otak. Anak dengan gangguan ini pada usia setahun belum bisa mengucapkan kata spontan yang bermakna, misalnya mama atau papa.

Kemampuan bicara reseptif (menangkap pembicaraan orang lain) sudah baik tapi kemampuan bicara ekspresif (menyampaikan suatu maksud) mengalami keterlambatan. Karena organ bicara sama dengan organ makan, maka biasanya anak ini mempunyai masalah dengan makan atau menyedot susu dari botol.

2. Gangguan disintegratif pada kanak-kanak (Childhood Diintegrative Disorder/CDD)
Pada usia 1-2 tahun, anak tumbuh dan berkembang dengan normal, kemudian kehilangan kemampuan yang telah dikuasainya dengan baik. Anak berkembang normal pada usia 2 tahun pertama seperti kemampuan komunikasi, sosial, bermain dan perilaku. Namun kemampuan itu terganggu sebelum usia 10 tahun, yang terganggu di antaranya adalah kemampuan bahasa, sosial, dan motorik.

3. Sindrom Asperger
Gejala khas yang timbul adalah gangguan interaksi sosial ditambah gejala keterbatasan dan pengulangan perilaku, ketertarikan, dan aktivitas. Anak dengan gangguan ini mempunyai gangguan kualitatif dalam interaksi sosial. Ditandai dengan gangguan penggunaan beberapa komunikasi nonverval (mata, pandangan, ekspresi wajah, sikap badan), tidak bisa bermain dengan anak sebaya, kurang menguasai hubungan sosial dan emosional.

4. Gangguan multisystem development disorder (MSDD)
MSDD digambarkan dengan ciri-ciri mengalami problem komunikasi, sosial, dan proses sensoris (proses penerimaan rangsang indrawi). Ciri-cirinya yang jelas adalah reaksi abnormal, bisa kurang sensitif atau hipersensitif terhadap suara, aroma, tekstur, gerakan, suhu, dan sensasi indra lainnya. Sulit berpartisipasi dalam kegiatan dengan baik, tetapi bukan karena tertarik, minat berkomunikasi dan interaksi tetap normal tetapi tidak bereaksi secara optimal dalam interaksinya. Ada masalah yang terkait dengan keteraturan tidur, selera makan, dan aktivitas rutin lainnya.
http://community.um.ac.id/showthread.php?78896-Gangguan-Perkembangan-Bahasa-pada-Anak








Mengenal Sindrom Asperger

Jumat, 2 Oktober 2009 | 15:33 WITA

SEKILAS penderita sindrom asperger terlihat normal, tidak memiliki gangguan fisik dan punya tingkat kecerdasan yang normal. Masalah baru timbul ketika penderita harus berinteraksi dengan orang lain.

Penderita sindrom asperger terlihat aneh dan tidak memiliki perhatian dan empati ketika berkomunikasi dengan orang. Penderita tidak tahu arti bahasa tubuh seperti tersenyum, wajah sedih, gembira sehingga orang yang tidak tahu bahwa lawan bicaranya pengidap sindrom asperger akan mengecapnya aneh.

Seperti dalam film Adam yang menceritakan pemuda penderita sindrom asperger bernama Adam yang bertemu dengan perempuan idamannya Beth. Si wanita kadang begitu kecewa karena Adam tidak pernah menunjukkan rasa empati ketika Beth bercerita sedih atau tak bisa mengartikan bahasa tubuh seperti senyum, mata melotot atau ketika harus bergembira.

Kemampuan mengartikan bahasa yang dimiliki juga terbatas dan sering mengulang-ulang atau memberikan komentar yang tidak relevan kepada lawan bicaranya. Jadinya penderita sindrom terlihat sangat kaku dan formal, kadang suka memotong pembicaraan orang, berdiri terlalu dekat atau memandang lawan bicaranya terlalu lama.

Itu semua terjadi karena penderita sindrom asperger tidak memahami gerakan-gerakan atau ekspresi wajah lawan bicaranya dan sulit untuk bicara ke topik lain.
Penyakit kelainan sindrom asperger memang masih terasa asing didengar. Kelainan ini biasanya baru dapat didiagnossis pada saat usia anak antara 5 tahun sampai 9 tahun. Sindrom asperger seringkali sulit untuk didiagnosis dan diobati.

Sindrom asperger adalah kelainan saraf (neurobiological) dan merupakan bagian dari autism spectrum disorders. Disebut dengan istilah 'autism spectrum' karena mengacu gangguan perkembangan saraf termasuk autisme serta gangguan lain yang memiliki karakteristik serupa.

Kelainan ini ditemukan setelah seorang dokter anak bernama Hans Asperger menemukan beberapa pola perilaku sama yang terjadi pada pasiennya dan rata-rata adalah laki-laki pada tahun 1940.

Asperger memperhatikan bahwa meskipun anak-anak memiliki kecerdasan yang normal, tapi memiliki gangguan pada keterampilan sosialnya yaitu tidak dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang lain dan memiliki koordinasi yang buruk.

Gejala yang dialami oleh penderita sindrom asperger seringkali sulit dibedakan dengan masalah perilaku yang lain. Karaktersitik yang paling menonjol adalah memiliki interaksi sosial yang buruk, obsesi, pola bicara yang aneh serta perilaku aneh lainnya.

Tanda serta gejala lainnya seperti dikutip dari Kidshealth, Jumat (2/10/2009), adalah memiliki interaksi sosial yang sedikit, percakapan hampir selalu seputar diri sendiri daripada orang lain, sering mengulang-ulang pembicaraan, kurang menggunakan akal sehat, memiliki masalah dalam matematika atau keterampilan menulis, memiliki kemampuan kognitif (pemahaman) nonverbal di bawah rata-rata meskipun kemampuan verbal kognitifnya di atas rata-rata, canggung dalam melakukan gerakan serta berperilaku aneh.

Hal yang sangat penting adalah sindrom asperger mungkin tidak menunjukkan keterlambatan dalam perkembangan bahasa, namun memiliki masalah dalam penggunaan masalah di lingkungan sosial.

Sampai saat ini diperkirakan penyebabnya adalah faktor turunan dan pada beberapa kasus dihubungkan dengan kelainan mental seperti depresi dan bipolar disorder, serta ada kemungkinan faktor lingkungan juga mempengaruhi.

Untuk mendiagnosis sindrom asperger sangat sulit, karena biasanya memiliki beberapa aspek kehidupan yang sangat baik. Para ahli kesehatan mental menilai penting untuk melakukan intervensi awal. Intervensi ini melibatkan pelatihan pendidikan dan kemampuan sosial yang dilakukan saat otak anak masih berkembang. Selain itu cermat dalam melihat perilaku anak seperti kegiatan favorit atau kebiasaan yang tidak biasa.

Penanganan untuk sindrom asperger adalah dengan melakukan pelatihan kemampuan sosial, terapi bahasa, memilih intervensi pendidikan khusus untuk anaknya, pelatihan untuk kemampuan sensoriknya, meminta bantuan psikoterapi serta jika dibutuhkan menggunakan bantuan obat-obatan.

Dukungan besar dari orangtua serta lingkungan keluarga dan sekitarnya sangat membantu perkembangan penderita sindrom asperger. Meskipun mengalami kelainan tapi penserita sindrom asperger tetap bisa membanggakan atau berprestasi, karena biasanya memiliki kelebihan di bidang lain jika dibandingkan dengan orang yang normal
http://www.banjarmasinpost.co.id/read/artikel/23581/mengenal-sindrom-asperger